34
BAB III ANALISA ASPEK FUNGSIONAL
BANGUNAN AMALIUN FOOD COURT
3.1 Aspek Fungsional Bangunan Amaliun Food Court
Fungsi dasar dari bangunan dalam buku Funtinalism Revisited yang ditulis oleh Jhon Lang dan Walter Moleski adalah membahas akomodasi dari aktivitas, tempat
tinggal dan menyehatkan lingkungan; keamanan fisik dan psikologi dan keamanan; arsitektur, keamanan finansial, dan keuntungan; identitas dan masyarakat; identitas,
individualisme, dan keunikannya; bangunan sebagai tanda dan simbol status. Konsep fungsi ini diterapkan dalam fisik bangunan Amaliun Food Court untuk mengukur
kinerja bangunan. Konsep fungsi dasar bangunan ini menekankan kondisi awal adalah bagaimana bangunan mengakomodasi aktivitas yang juga berperan dalam
menyehatkan lingkungan sebelum akhirnya memenuhi fungsi yang lain dalam bangunan.
Fisik bangunan Amaliun Food Court melalui aspek fungsionalkegunaannya berusaha mengakomodasi aktivitas bangunan sebagai containertempat aktivitas
hang outnongkrong yang ditujukan kepada masyarakat kelas ekonomi menengah kebawah yang berada pada wilayah strategis ekonomis dan budaya memnuhi fungsi
identitas dan mayarakat. Hal ini menjadikan bangunan yang direncanakan adalah restorantempat makan yang memiliki fasilitas layanan food court dimana penjual
Universitas Sumatera Utara
35
makanan disebar dengan sistem retail dan area duduk digelar dengan sistem guna bersama.
Bangunan Amaliun Food Court secara fisik didisain dengan sistem pengudaraan terbuka. Sistem pengudaraan terbuka menjadikan bangunan tidak memerlukan
pengkondisian udara yang bisa menyebabkan meningkatnya biaya operasional. Penggunaan sistem pengudaraan terbuka terutama bagi area duduk food court
menjadikan pengunjung yang hang outnongkrong dapat menikmati pemandangan area di sekitar yang memang memiliki tampilan fisik bangunan yang baik fungsi
sebagai tempat tinggal dan menyehatkan lingkungan serta keamanan finansial, dan keuntungan. Tampilan ruang dalam Amaliun Food Court pada Gambar 3.1 secara
fisik berada di lingkungan sekitar yang baik, lokasi yang strategis dengan pengudaraan terbuka menjadi suatu hal yang memiliki daya tarik besar bagi
pengunjung.
Gambar 3.1 Kondisi Tampilan Ruang Dalam Amaliun Food Court
Universitas Sumatera Utara
36
Daya tarik yang dimiliki bangunan Amaliun Food Court untuk dalam aktivitas nongkrong memberi dampak pada jumlah pengunjung yang tinggi yang akan terus
bertambah seiring berjalannya waktu fungsi bangunan sebagai simbol status. Pertumbuhan jumlah pengunjung ini disebabkan tidak adanya fasilitas sejenis berupa
tempat hang outnongkrong yang nyaman secara setting tempatarsitektural pada lingkungan sekitar. Pertumbuhan pengunjung ternyata tidak hanya pada kuantitasnya
saja namun juga pada kualitas. Kualitas pengunjung yang dimaksud adalah bahwa pengunjung tidak hanya datang untuk menghabiskan waktu dengan memandang view
sekitar dan mengobrol tanpa tujuan. Pengunjung bangunan Amaliun Food Court juga melaksanakan pertemuan informal bisnisusaha maupun diskusi ilmiah dalam lingkup
melaksanakan pekerjaanprofesi. Kondisi diatas menjadikan kemungkinan untuk menaikkan jumlah pengunjung
dengan variasi kegiatan nongkronghang out semakin besar. Hal ini sudah terlihat dari jumlah pengunjung dengan type berbeda, maupun permintaan akan variasi
aktivitas perdagangan yang meningkat. Permintaan akan variasi tersebut berupa jumlah losd pedagang yang bertambah serta hadirnya kegiatan panggung live band.
Peningkatan kapasitas berikut aktivitas yang dipenuhi oleh aspek bangunan Amaliun Food Court dengan menggunakan area tepi bangunanteras yang berbatasan dengan
jalan yang memiliki personalisasi area publik karena terbatasnya luas area yang dimiliki Gambar 3.2.
Universitas Sumatera Utara
37
Gambar 3.2 Penggunaan Area Tepi Bangunan dan Jalur Pedestrian Pengakomodasian aktivitas yang tinggi dan variatif menjadi sangat rentan dalam
luasan yang terbatas. Standar keamanan dan kenyamanan pelaksanaan aktivitas menjadi tantangan berat bagi bangunan Amaliun Food Court dalam aspek
fungsionalnya. Standarisasi disain fisik pada pelaksanaan aspek fungsionalkegunaan dalam pengakomodasian aktivitas akan ditinjau melalui penataan ruang yang
memiliki flexibilitas serta sirkulasi. Penjabaran diatas menggambarkan bagaimana aspek fungsionalkegunaan pada fisik bangunan Amaliun Food Court yang memiliki
pelayanan dan tampilan modern dengan suasana lokalitas dimana kegiatan pedagang makanan terekspos Gambar 3.3 serta jumlah pengunjung yang tinggi tetap dapat
memenuhi standarisasi pelaksanaan aktivitas pada lokasi yang terbatas. Kondisi aspek fungsional bangunan Amaliun Food Court ini akan diteliti mengenai kinerjanya
fisiknya dalam mengakomodasi aktivitas Aspek Fungsionalismekegunaan dari fungsi fisik.
Universitas Sumatera Utara
38
Gambar 3.3 Suasana Lokal dengan Adanya Losd Tambahan
3 .2 Studi Perancangan Aspek Fungsional dalam Pengakomodasian Aktivitas
3.2.1 Pelaksanaan Aktivitas Bangunan Amaliun Food Court didasarkan pada keinginan pemilikowner yang
berniat melengkapi klasifikasi jenis fungsi bangunan pada lingkungan sekitar yang didominasi dengan klasifikasi fungsi banguann dari bisniskomersial dan wisata.
Fungsi bangunan dengan klasifikasi bisniskomersial mengakomodasi aktivitas melalui aktivitas perdagangan area food court dengan sistem penyewaan losd
pedagang makanan dan persewaan area ruang serba guna untuk acara seminar atau ulang tahun maupun arisan. Sementara pengakomodasian aktivitas wisata yang
dihadirkan digabungkan dengan sistem kuliner dari pedagang makanan yang sarat dengan selera lokal yang ada.
Kedua pengakomodasian aktivitas pada fungsi utama bangunan Amaliun Food Court ini didukung dengan aktivitas servis dan pelayanan serta admintrasi yang
langsung dikoordinir oleh seorang supervisor. Fungsi pendukung bangunan ini hanya
Universitas Sumatera Utara
39
sebagian besar harus berhubungan dengan pengunjung area duduk pengunjung yang dikelilingi losd pada sisi barat dan utara. Sementara sebagian lagi berada pada satu
bangunan disebelah utara site yang dikoneksikan pada satu jalurpintu khusus agar koordinasi dapat dilakukan dengan mudah dan terkendali. Berikut adalah tabel
pengakomodasian aktivitas pada bangunan Tabel 3.1. Tabel 3.1 Tabel Aktivitas, Fasilitas Ruang dan Personalisasi.
Fungsi Bangunan Aktivitas yang dilakukan
Personalisasi Restoran dengan sistem
Food Court Penjualan makanan
Semi Privat Menikmati Makananmiunuman
Semi Publik Penjualan Minuman
Semi Privat Kebersihan diri
Semi Privat Sirkulasi Pengunjung
Semi Publik Sirkulasi Servis
Semi Privat Sirkulasi penghubung antar fungsi
Semi Privat Ruang Serba Guna
Pertemuanrapatpesta Semi Publik
Menyiapkan makanan Semi Publik
Pencapian dan penerimaan Semi Publik
Menyimpan peralatan Privat
Lalu lintas vertikal makanan Semi Privat
Administrasi Pembayaran makananminuman
Semi Privat Adminstrasi Servis
Pencatatanpendataan kebersihan Privat
Universitas Sumatera Utara
40
Food Court Tangga
Lobby Ruang
Serba Guna
Area Losd
dan jalur
Servis
Pengakomodasian aktivitas pada Amaliun Food Court memiliki pola seperti ini Gambar 3.4.
Area Duduk Pengunjung
Gambar 3.4 Bagan Pola Perletakan Aktivitas Amaliun Food Court
3.2.2 Luasan Pengakomodasian aktivitas pada bangunan juga membutuhkan penyediaan
luasan ruang. Penyediaan luasan ruang bagi aktivitas direncanakan menurut kebutuhan aktivitas yang direncanakan berdasarkan kapasitas yang diharapkan
sehingga besaran bagi ruang aktivitas dapat diperhitungkan. Fisik bangunan Amaliun
Ruang Serba GunaLantai 2
Administrasi dan Servis Servis
area
Servis Area
Jalur Service Sirkulasi Vertikal
Entrance Bangunan
Universitas Sumatera Utara
41
Food Court direncanakan menutupi hampir keseluruhan besaran luas lahan dalam upaya optimalisasi kapasitas secara ekonomi aktivitas. Besaran luas lahan yang ada
juga secara khusus hanya diperuntukan untuk aktivitas utama sementara aktivitas pendukung berada di sebelah areal lahan yang dikoneksikan dengan sebuah pintu
yang berada pada daerah transfer sirkulasi pada lantai 1. Berikut adalah tabel kebutuhan ruang, kapasitas serta besaran ruang dari aspek fungsional bangunan
Amaliun Food Court Tabel 3.2. 3.2.3 Aksesibilitas
Fisik bangunan Amaliun Food Court berada pada sudut persimpangan tiga Jl. Amaliun dan Jl Nusantara. Berada pada sudut persimpangan kedua jalan ini
menjadikan bangunan dapat dicapai dari dua arah dengan orientasi arah utama adalah dari Jl. Amaliun. Namun karena area parkir berada di seberang timur bangunan yang
memiliki akses dari Jl Nusantara menjadikan akses alternatif ini merupakan jalur pencapaian yang besar bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan. Area parkir
yang berada diseberang bangunan awalnya hanya untuk kendaraan roda empat, tetapi karena aktivitas yang berkembang menyebabkan parkir kendaraan roda dua berada
pada area ini. Area parkir kendaraan roda dua ini yang tadinya berada pada tepi bangunan dan dipindahkan ke area seberang karena area tepi bangunan telah
digunakan sebagai area bagi aktivitas food court. .
Universitas Sumatera Utara
42
Tabel 3.2 Aktivitas, Kebutuhan ruang, Kapasitas dan LuasanBesaran ruang Amaliun Food Court
Bangunan Amaliun Food Court yang berlantai dua memiliki sirkualasi yang tersendiri dari kedua aktivitas utama. Aktivitas food court yang berada di lantai dasar
memiliki sirkulasi linier dalam pencapaiannya ke lokasi dan jalur servis yang berada
Fungsi Bangunan
Aktivitas yang dilakukan Kebutuhan Ruang
Kapasitas orang
Besaran Ruang
m2 Utama
Restoran Food Court
Penjualan makanan Losd Penjual
makanan 1-2
8 Menikmati
Makananmiunuman Area duduk
pengunjung 200
300 Penjualan Minuman
Bar 1-2
20 Kebersihan diri
Toilet 10
360 Sirkulasi Pengunjung
Sirkulasi Pengunjung
- Sirkulasi Sevis
Sirkulasi Servis -
Sirkulasi penghubung antar fungsi
Area Tranfer Bangunan ke Servis
5-10 20
Ruang Serba Guna
Pertemuanrapatpesta Area hall
+panggung 250
- Menyiapkan makanan
Ruang persiapan makanan
2 Pencapian dan penerimaan
Lobbyhall 10
3 Menyimpan peralatan
Gudang Peralatan Lalu lintas vertikal makanan
Area Tranfer Logistik Vertikal
Pendukung Administrasi
Pembayaran makananminuman
Kasir 1-2
4 Adminstrasi
Servis Pencatatanpendataan
kebersihan Bangunan Servis
-
Universitas Sumatera Utara
43
di belakang losd. Sementara jalur sirkulasi pada area duduk food court adalah grid dimana pengunjung bisa bergerak bebas ke segala arah.
Keterangan Gambar:
No Kode Gambar
Keterangan 1
Area Sirkulasi transfer 2
Area Sirkulasi vertikal R.Serba guna 3
Area Losd Tambahan 4
Area Entrance 5
Sirkulasi Servis 6
Sirkulasi Pengunjung grid
Gambar 3.5 Aksesibilitas Amaliun Food Court
Universitas Sumatera Utara
44
Sementara jalur sirkulasi pada area duduk food court adalah grid dimana pengunjung bisa bergerak bebas ke segala arah. Sirkulasi untuk ruang serba guna
adalah linier dengan titik awal di lantai dasar berupa lobby kecil dan difasilitasi tangga untuk naik ke lantai dua diatas. Sementara sirkulasi pendukung area servis
juga linier dengan dipersiapakannya lift khusus mengangkut konsumsi bila terjadi acara pada ruang serba guna. Sirkulasi servis untuk food court dan ruang serba guna
terkoneksi secara linier berupa pintu ke bangunan di utara yang berfungsi sebagai
bangunan pendukung Gambar 3.5.
3.3 Kinerja Aspek Fungsional Pengakomodasian Aktivitas 3.3.1 Pelaksanaan aktivitas
Aspek fungsional Amaliun Food Court mengalami perkembangan aktivitas dari perencanaan awal yang ada. Berdasarkan perencanaan awal dari denah yang ada
hubungan ruang sebagai berikut dibawah ini Gambar 3.6. Kondisi hubungan ruang pada fisik bangunan akhirnya berubah seiring dengan diletakkannya losd baru akibat
perkembangan aktivitas. Losd yang baru ini juga merubah hal mengenai personalisasi aktivitas Tabel 3.3 serta adanya tumpang tindih jalur sirkulasi:
Universitas Sumatera Utara
45
Gambar 3.6 Hubungan Ruang dan Perubahan Hubungan
AktivitasKegiatan Kebutuhan Ruang Food Court
Losd Penjual makananminuman bar Area duduk pengunjung
Sirkulasi Pengunjung Sirkulasi servis
Toilet Area Transfer
Ruang Serba Guna Area pertemuan+panggung Ruang persiapan makanan
Lobbyhall Gudang Peralatan
Toilet Administrasi
Kasir Gedung Administrasi dan Servis
Universitas Sumatera Utara
46
Tabel 3.3 Perubahan Personalisasi Aktivitas
Fungsi Bangunan Utama
Aktivitas yang dilakukan Personalisasi
Perubahan Personalisasi
Food Court Penjualan makanan
Semi Privat PublikSemi Publik
Menikmati Makananmiunuman Semi Publik
Semi PrivatSemi Publik
Penjualan Minuman Semi Privat
- Kebersihan diri
Semi Privat -
Sirkulasi Pengunjung Semi Publik
Semi PrivatSemi Publik
Sirkulasi Servis Semi Privat
Semi PublikSemi Privat
Sirkulasi penghubung antar fungsi
Semi Privat -
Pejalan kaki dan Parkir Publik
Semi Publik Ruang Serba
Guna Pertemuanrapatpesta
Semi Publik -
Menyiapkan makanan Semi Publik
- Pencapian dan penerimaan
Semi Publik -
Menyimpan peralatan Privat
- Lalu lintas vertikal makanan
Semi Privat -
Pendukung Administrasi
Pembayaran makananminuman Semi Privat
-
Adminstrasi Servis
Pencatatanpendataan?kebersihan Privat -
Universitas Sumatera Utara
47
Berdasarkan diagram hubungan ruang diatas terjadi perbedaan berdasarkan hasil pengamatan di lapangan. Perbedaan ini diakibatkan peningkatan aktivitas food court
yang menghadirkan losd baru pada bagian tepi bangunan serta menggunakan area teras dan pedestrian bagi area duduk pengunjung. Perletakan losd penjual pada bagian
tepi menyebabkan personalisasi area duduk pengunjung yang awalnya semi publik menjadi sebagian publik tepi bangunan dan pedestrian serta sebagian semi privat
bagian dalam karena terbatasi oleh deretan losd tambahan. Berubahnya personalisasi sebagian area duduk pengunjung ini menurunkan efektivitas
penggunaan pengudaraan terbuka pada fungsi food court karena tertutupnya sebagian area pandang yang menampilkan kondisi sekitar serta lalulintas pengudaraan alami.
Terganggunya pengudaraan alami ini terlihat dengan tidak berefeknya kipas Gambar 3.7 a yang ada untuk membuang panas sehingga pengunjung beralih memilih duduk
di tepi bagian luar agar pandangan view lebih luas serta udara yang yang lebih sejuk Gambar 3.7 b. Namun pemilihan duduk di tepi luar dan area pedestrian juga hanya
dilakukan pada sore hari ketika matahari surut karena area ini pada siang hari tidak memiliki sistem peneduhan yang permanen. Kinerja aktivitas food court dalam
bangunan pasca digunakan untuk area duduk pengunjung menjadi terganggu akibat perletakan perkembangan aktivitas yang hanya berorientasi pada efisiensi
pelaksanaan aktivitas tanpa menimbang efektivitas kegunaan ruang yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
48
Gambar 3.7 a Gambar 3.7.b
Gambar 3.7 Suasana Food Court Hal lain yang mempengaruhi kinerja dalam aktivitas adalah efisiensi penggunaan
fasilitas yang informatif dari produk makananminuman yang diperjualbelikan. Hal ini terjadi akibat berubahnya hubungan ruang akibat hadirnya losd tambahan yang
ternyata jauh lebih informatif walaupun kurang representatif dalam konsep modern yang rapi dan terencana. Hubungan jalur sirkulasi servis ke setiap retail yang awalnya
tidak tergabung memang efektif dalam mengurangi ketidaknyamanan visual, namun nilai efektif ini berubah akibat adanya losd baru yang jalur servisnya tidak
direncanakan dimana hal ini menyebabkan terinformasinya kegiatan domestik retail yang ternyata lebih menghidupkan suasana dibandingkan retail yang berada pada losd
Gambar 3.8. Hal ini semakin nyata mempengaruhi kinerja aktivitas pedagang retail yang ada. Pedagang retail yang berjualan sejak jam buka pukul 09.00 pagi lebih
banyak pedagang retail tambahan daripada pedagang retail losd awal.
Universitas Sumatera Utara
49
Gambar 3.8 Kondisi Losd Awal dan Tambahan
3.3.2 Luasan Perkembangan aktivitas pada aspek fungsional bangunan Amaliun Food Court
juga mengalami perubahan pada kebutuhan ruang, kapasitas dan besaran ruang yang ada. Kebutuhan, besaran dan kapasitas yang berubah menurut Tabel 3.4.
Tabel 3.4 menampilkan bahwa pelaksanaan aktivitas aspek fungsional mengalami penambahan luasan akibat perkembangan aktivitas yang terjadi. Akibat
luas site bangunan Amaliun Food Court yang terbatas maka penambahan luasan menggunakan area tepi bangunan dan area pedestrian serta parkir roda dua. Khusus
penggunaan tepi bangunan yang awalnya area duduk pengunjung berubah menjadi area retail pedagang tambahan. Retail berupa losd tambahan ini memiliki area
aktivitas yang lebih sedikit dari losd awal yang terencana namun memiliki tingkat kesibukan yang lebih aktif dibandingkan retail losd awal. Hal ini disebabkan tampilan
retail losd tambahan menjadi memiliki kesan lokal yang lebih merupakan bagian dari kehidupan masyarakat dibanding dengan retail losd awal serta kenyataan bahwa
Universitas Sumatera Utara
50
setiap retailer tidak menggunakan peralatan yang besar dan rumit serta peralatan makan yang disediakan oleh pihak pengelola.
Tabel 3.4 Perubahan kebutuhan, kapasitas dan besaran ruang
Keadaan diatas menjadikan pertimbangan kinerja aspek fungsional untuk besaran ruang dari retail losd awal kurang efektif dan efisien. Hal ini terjadi akibat minimnya
informasi aktivitas dalam perencanaan tentang perilaku pedagang retail dalam mempersiapkan dagangannya. Ternyata retail tidak memerlukan jalur servis khusus
AktivitasKegiatan Kebutuhan Ruang
Luas Ruangan
m2 Kapasitas
Aktivitas Utama Food Court
Losd Penjual makananminuman 8
3 Losd Tambahan
3 2
Area duduk pengunjung Awal yang berkurang akibat dikonversi
menjadi area losd tambahan 200
Menjadi ± 170
200
Area duduk pengunjung Tambahan
80 100
Toilet 20
10 Ruang Serba Guna Area pertemuan+panggung
360 300
Ruang persiapan makanan 9
Lobbyhall Gudang Peralatan
20 Toilet
- -
Kegiatan Pendukung
Administrasi Kasir
3 1
Universitas Sumatera Utara
51
serta besarannya tidak terlalu luas dan dengan kondisi yang lebih terbuka. Kondisi retail losd yang lebih terbuka juga lebih informatif dalam menginformasi produk
dagangan makananminuman yang akan dipilih oleh pengunjung. 3.3.3 Aksesibilitas
Lalu lintas aktivitas yang menjadi sirkulasi pada area food court mengalami perubahan akibat hadirnya perkembangan aktivitas retail berupa penambahan lokasi
losd pedagang pada area publiktepi bangunan yang berbatasan dengan jalan. Perkembangan ini mengakibatkan sirkulasi servis yang tadinya berada pada bagian
belakang losd menjadi tidak berguna dan terpisah dari sirkulasi pengunjung mengalami penggabungan sirkulasi Area 1 dan 2 pada Gambar 3.9. Dampak lain
dari perkembangan aktivitas terhadap pola sirkulasi adalah tereksposnya sirkulasi servis yang awalnya tidak terlihat oleh pengunjung Amaliun Food Court.
Kondisi tidak bergunanya sirkulasi servis yang direncanakan berada dibelakang losd semakin nyata karena pengguna retail losd memasukkan logistik dagangannya
melalui dinding pemisah losd pada bagian depan yang berhubungan dengan area duduk pengunjung Gambar 3.10. Hal ini juga disebabkan tidak bisanya akses pintu
untuk jalur sirkulasi yang berada di tepi bangunan yang tertutup karena adanya retail losd tambahan Gambar 3.9.
Universitas Sumatera Utara
52
Keterangan Gambar
No Kode Gambar
Keterangan 1
Area Sirkulasi transfer 2
Area Sirkulasi vertikal R.Serba guna 3
Area Losd Tambahan 4
Area Entrance 5
Sirkulasi Servis 6
Sirkulasi Pengunjung
Gambar 3.9 Diagram Pola Sirkulasi Amaliun Food Court
Area 1 dan 2 Pintu akses sirkulasi
Universitas Sumatera Utara
53
Gambar 3.10 Keadaan Pedagang Memasukkan Logistik
3.4 Studi Banding Penunjang