Pengertian Resepsi Pernikahan RESEPSI PERNIKAHAN

ىراخبلا اورُ ٍةاـَشِب َ 11 Artinya: “Abdurrahman bin Auf berkata: Nabi Saw bersabda kepadaku: Adakanlah walimah meskipun hanya dengan seekor kambing”. HR. Bukhari Selanjutnya, Imam Bukhari meriwayatkan dalam haditsnya : َع ْن َص ِف يــ َة ِب ْ ِت َش ْي َب َة َقــ َلا ْت َأ : ْو َلـ َم لاـ ِبـ ي ّلَص ــــ َلَع ُها ى ْيــــ ــّلَسَو ِـ ــ َم َعل ــ َب ى ــ ْع ِض ِن َس ِئاـ ِ ب ِـ ُم د ْي ِن ِم ْن َش ِع ٍْي ىراخبلا اورُ 12 Artinya: “Dari Safiyyah binti Syaibah, ia berkata: Nabi Saw mengadakan walimah terhadap beberapa istrinya dengan dua mud gandum”. HR. Bukhari Berdasarkan hadis tersebut, dapat difahami bahwasanya Rasulullah Saw mengadakan walimah dengan dua mud gandum saat menikahi seorang istri beliau, hal ini yang menjadi dasar hukum mengadakan resepsi pernikahan. 13 Wahbah az-Zuhaili dalam kitabnya fiqih islam wa adillatuhu, menjelaskan bahwa resepsi pernikahan menurut jumhur „ulama merupakan sunnah yang sangat dianjurkan dan hal tersebut merupakan pendapat yang mashur dari madzhab Malikiah dan Hanabilah serta pendapat sebagian ulama Syafi‟iah. Karena itu adalah makanan untuk kejadian yang membahagiakan maka hukumnya tidak diwajibkan. 14 Menurut pendapat Imam Malik dan yang tertera di dalam kitab al-Umm karya Imam Syafi‟i dan pendapat Zhahiriah, sebagaimana yang dikutip oleh Wahbah az- 11 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Penerjemah Rahmatullah, dkk, Jilid. IV, Cet. I, Jakarta: Pustaka Azzam, 2013, h. 796. 12 Ibid, h. 800. 13 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Penerjemah Abdurrahim dan Masrukhin, h. 512-513. Lihat pula H.M.A. Tihami, dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat : Kajian Fikih Nikah Lengkap, h. 132-133. 14 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, penerjemah Abdul Hayyie al-kattani, dkk, cet. I, Jilid IX, Jakarta: Gema Insani, 2011, h. 121. Zuhaili dalam kitabnya fiqih islam wa adillatuhu, bahwasanya walimah tersebut hukumnya wajib, 15 berdasarkan sabda Nabi Saw: َو َقـــــ َلا مـْحرلا ُدْبَع ْب ِن ــ ـَق : ٍفءوَع ُن ــــــ ل َلا ـــ ِـ يـِب لا ى ّلَص ـــــ ْيـَلَع ُها ى ــــ لَسَو ِ ـــ َم ِلْوَأ : ــ ْوَلَو ْمـ ىراخبلا اورُ ٍةاـَشِب َ 16 Artinya: “Abdurrahman bin Auf berkata: Nabi Saw bersabda kepadaku: Adakanlah walimah meskipun hanya dengan seekor kambing”. HR. Bukhari Alasan demikian karena menurut pendapat mereka bahwa zahir dari sebuah perintah adalah untuk mewajibkan. 17

C. Waktu Melaksanakan Resepsi Pernikahan

Para ulama salaf berbeda pendapat mengenai waktu resepsi pernikahan, apakah itu ketika akad atau setelahnya, ketika bersenggama atau setelahnya atau ketika memulai akad hingga akhir persenggamaan. 18 Imam Nawawi berkata, “Para „ulama berbeda pendapat mengenai waktu resepsi pernikahan. Qadhi iyadl mengisahkan bahwasanya pendapat yang paling benar dari ulama Malikiah adalah dianjurkan setelah bersenggama. Sedangkan sebagian Malikiah berpendapat dianjurkan ketika akad.” Sedangkan menurut Ibnu Jundub dianjurkan ketika akad dan setelah persenggamaan. As-Subki berkata: yang diriwayatkan dari perbuatan Nabi Saw bahwasanya resepsi pernikahan tersebut 15 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, penerjemah Abdul Hayyie al-kattani, dkk, h. 121. 16 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Penerjemah Rahmatullah, h. 796. 17 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, penerjemah Abdul Hayyie al-kattani, dkk, h. 121. 18 Ibid. dilakukan setelah persenggamaan. Di dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas oleh Imam Bukhari menyatakan dengan jelas bahwa resepsi pernikahan tersebut dilakukan setelah persenggamaan, karena sabda Nabi Saw: َىراخبلا اورُ َمْوَقْلا اَعَدَف ,َبَْـيَزِب اًسْوُرَع َحَبْصَأ 19 Artinya: “Beliau Nabi bangun pagi sebagai pengantin Zainab, lantas beliau mengundang orang- orang”. HR. Bukhari Inilah pendapat yang mu’tamad di kalangan Malikiah. Ulama Hanabilah berkata: resepsi pernikahan sunnah dikerjakan sebab terjadinya akad nikah. Mengadakan resepsi pernikahan telah menjadi adat istiadat yang dilakukan sebelum kedua mempelai melakukan hubungan suami istri. 20 Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqh al-Sunnah menjelaskan bahwasanya waktu resepsi pernikahan adalah saat diadakan akad nikah, atau setelahnya, atau saat mempelai pria menemui mempelai wanita, atau setelahnya. Pengadaan resepsi pernikahan merupakan perkara yang relatif leluasa dalam pelaksanaannya sesuai dengan tradisi dan adat. 21 19 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Penerjemah Rahmatullah, h. 797. 20 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, penerjemah Abdul Hayyie al-kattani, dkk, h. 121. 21 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Penerjemah Abdurrahim dan Masrukhin, h. 513.