Tujuan dan Manfaat Penelitian Metode Penelitian.

3. “Kekerasan Seksual

Sebagai Alasan Perceraian Analisis Putusan No. 322Pdt.G2007PA.JT .” Rahmat Hidayat, 2010. 1. Menjadikan kekerasan seksual sebagai topik utama kajian. 2. Penelitian mengenai kedudukan hukum kekerasan seksual sebagai alasan perceraian. 3. Penelitan terhadap perkara yang terdapat di Pengadilan Agama Jakarta Timur. 1. Menjadikan batalnya resepsi pernikahan sebagai topik utama kajian. 2. Penelitian mengenai kedudukan hukum batalnya resepsi pernikahan sebagai alasan perceraian. 3. Penelitan terhadap perkara yang terdapat di Pengadilan Agama Bogor.

4. Homoseksual Sebagai

Alasan Perceraian Analisis Putusan Nomor: 838Pdt.G2009PA.Dp k dan Nomor: 211Pdt.G2009PA.JT . Imam Hanafi, 2010. 1. Menjadikan homoseksual sebagai topik utama kajian. 2. Penelitian mengenai kedudukan hukum homoseksual sebagai alasan perceraian. 3. Penelitan terhadap perkara yang terdapat di Pengadilan Agama Depok dan Pengadilan Agama Jakarta Timur. 1. Menjadikan batalnya resepsi pernikahan sebagai topik utama kajian. 2. Penelitian mengenai kedudukan hukum batalnya resepsi pernikahan sebagai alasan perceraian. 3. Penelitan terhadap perkara yang terdapat di Pengadilan Agama Bogor.

5. Perselisihan Terus

Menerus Antara Suami Isteri Akibat Turut Campur Orang Tua Sebagai Dasar Alasan Perceraian Kajian Terhadap Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur No. 1164Pdt.G2008PA.J T. Ahmad Sauqi, 2010. 1. Menjadikan perselisihan terus menerus antara suami isteri sebagai topik utama kajian. 2. Penelitian mengenai kedudukan hukum perselisihan terus menerus antara suami isteri akibat turut campur orang tua sebagai alasan perceraian. 3. Penelitan terhadap perkara yang terdapat di Pengadilan Agama Jakarta Timur. 1. Menjadikan batalnya resepsi pernikahan sebagai topik utama kajian. 2. Penelitian mengenai kedudukan hukum batalnya resepsi pernikahan sebagai alasan perceraian. 3. Penelitan terhadap perkara yang terdapat di Pengadilan Agama Bogor.

E. Metode Penelitian.

Untuk memperoleh bahan yang diperlukan didalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1. Penelitian dan Pendekatan Penelitian memiliki arti dan tujuan se bagai “suatu upaya pencarian” dan tidak hanya merupakan sekedar pengamatan dengan teliti terhadap suatu obyek yang terlihat kasat mata. 18 Suatu penelitian ilmiah yang dilakukan oleh manusia bertujuan untuk menyalurkan hasrat ingin tahunya yang telah mencapai taraf ilmiah, disertai dengan suatu keyakinan bahwa setiap gejala akan dapat ditelaah dan dicari hubungan sebab akibatnya, atau kecenderungan yang timbul, oleh karena itu, menurut H.L. Manheim, bahwa suatu penelitian pada dasarnya usaha secara cermat dan teliti untuk menyelidiki berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh suatu subjek ke dalam cara berfikir ilmiah. 19 Jenis penelitian yang diterapkan pada penyusunan skripsi ini adalah Penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa argumentasi tertulis maupun lisan yang berasal dari orang atau pelaku yang diteliti. Kemudian sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu suatu penelitian 18 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, h. 27-28. 19 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, h. 9. yang dilakukan untuk menggambarkan dan memberikan analisa terhadap kejadian nyata dilapangan dari suatu obyek. 20 Selanjutnya penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma- norma dalam hukum positif. 21 2. Sumber Data 1. Data Primer Data primer terdiri dari peraturan perundang-undangan yang diurut berdasarkan hierarki peraturan undang-undang sesuai dengan Undang-undang No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, 22 catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. 23 Dalam penelitian ini yakni: a. Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan alasan-alasan perceraian, yaitu: 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 20 Sudarwan Damin, Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancaman Metodologi, Presentasi dan Publikasi Hasil Penelitian, cet.I, Bandung: Pustaka Setia, 2002, h. 51. 21 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia Publishing, 2008, h. 294. 22 Dalam Undang-undang No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan Pasal 7 ayat 1 Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat c. Undang-UndangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; d. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan presiden f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah KabupatenKota 23 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 141-142. 2 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. 3 Kompilasi Hukum Islam. b. Putusan Pengadilan Agama Bogor Nomor 583Pdt.G2012PA.Bgr telah BHT. 2. Data sekunder Data sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen resmi. 24 Bahan hukum tersebut terdiri dari atas buku-buku teks yang ditulis para ahli hukum, jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, komentar- komentar atas putusan pengadilan, kasus-kasus hukum, yurisprudensi, dan hasil- hasil simposium mutakhir yang berkaitan dengan tema skripsi ini. 25 3. Data Tersier Data tersier adalah data yang dapat memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap data primer dan data sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain. 26 3. Proses Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode: 24 Ibid., h. 141. 25 Soejono Sokanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Pustaka Pelajar, 1992, h. 51. 26 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, h. 296. 1. Studi dokumentasi yaitu dengan melihat dan mencari hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, media online, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda, dan sebagainya. 27 2. Wawancara, yakni suatu proses komunikasi interpersonal 28 berupa tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih dengan cara bertatap muka langsung antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai. 29 4. Analisis Data Selanjutnya dalam analisis data pada skripsi ini penulis akan melakukan kegiatan antara lain sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data, yakni data-data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini berupa data primer, sekunder maupun tersier. 2. Mengolah, menganalisis dan memberikan interpretasi terhadap data-data yang telah dikumpulkan tersebut untuk dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini dengan didukung oleh pandangan hakim berdasarkan hasil wawancara penulis dengan hakim atau majlis hakim yang memutuskan perkara Nomor 583Pdt.G2012PA.Bgr tersebut. 27 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, h. 201. 28 “Komunikasi Interpersonal menunjuk kepada suatu makna berupa komunikasi dengan orang lain ”. Agus M. Hardjana, Komunikasi Interpersonal dan Intrapersonal, Yogyakarta: Kanisius Anggota IKAPI, 2003, h. 110. 29 Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis, cet.III, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, h. 23. 5. Tekhnik Penulisan. Adapun dalam tekhnik penulisan pada skripsi ini penulis menggunakan tekhnik dasar dalam penulisan karya ilmiah yang dalam hal ini berpedoman kepada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012.

F. Sistematika Penulisan.

Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari lima bab, yang perinciannya sebagai berikut: Bab pertama berisi tentang pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua menjelaskan tentang pengertian, dasar hukum dan alasan-alasan perceraian, perbedaan antara cerai talak dengan cerai gugat serta menjelaskan prosedur penyelesaian perkara perceraian. Bab ketiga menjelaskan tentang pengertian dan dasar hukum resepsi pernikahan, waktu melaksanakan resepsi pernikahan, serta kedudukan hukum dalam memenuhi undangan resepsi pernikahan. Bab keempat menjelaskan tentang profil Pengadilan Agama Bogor dan menjelaskan pula mengenai para pihak, kedudukan masalah, pertimbangan hakim dan amar putusan hakim dalam putusan Pengadilan Agama Bogor nomor 583Pdt.G2012PA.Bgr dan diakhiri oleh analisis penulis. Bab kelima berisi tentang bagian akhir dari pembahasan skripsi ini yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. 21

BAB II PERCERAIAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Perceraian

1. Pengertian Perceraian Secara harfiyah perceraian berasal dari istilah bahasa arab yaitu berasal dari kata ṯalaq atau iṯlâq yang artinya ialah lepas dari ikatannya, berpisah, bercerai, 1 atau melepas tali dan membebaskannya. 2 Yakni yang dimaksud ialah lepasnya suatu ikatan perkawinan, 3 berakhirnya hubungan perkawinan, 4 atau bubarnya hubungan suami istri. 5 Wahbah Az-Zuhaili menerangkan bahwa istilah perceraian menurut bahasa yaitu furqah, yakni memiliki makna al-iftirâq berpisah, jamak‟nya adalah furaq, sedangkan menurut istilah ialah terlepasnya ikatan perkawinan, dan terputusnya hubungan diantara suami istri akibat salah satu dari beberapa sebab. 6 Termasuk diantara kalimat talak adalah kalimat nâqatun ṯ âliqun, maksudnya, dilepaskan dengan tanpa kekangan. Juga kalimat asîrun mu ṯṯaliqun, yang artinya terlepas ikatannya dan terbebas darinya. Akan tetapi, tradisi mengkhususkan talak 1 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia Terlengkap, cet. XIV, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997, h. 861. 2 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat: Khitbah, Nikah dan Talak, Penerjemah H. Abdul Majid Khon, Jakarta: AMZAH, 2009, h. 255. 3 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, cet. VI, Jakarta: At-tahiriyyah, 1976, hal. 376. 4 H.M.A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Cet. III, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, h. 229. Lihat pula H.S.A. Al-Hamdani, Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Pustaka Amani, 2002, h. 202. 5 Mustofa Hasan, Pengantar Hukum Keluarga, Bandung: CV Pustaka Setia, 2011, h. 185. 6 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, penerjemah Abdul Hayyie al-kattani, dkk, cet. I, Jilid IX, Jakarta: Gema Insani, 2011, h. 311. dengan pengertian bebas pada terlepasnya ikatan secara indrawi pada orang yang selain perempuan. 7 Lafal talak telah ada sejak zaman jahiliah. Penduduk jahiliah menggunakannya ketika melepas tanggungan, tetapi dibatasi tiga kali. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Urwah bin Zubair RA, beliau berkata: “Dulunya manusia mentala k istrinya tanpa batas dan bilangan.” Seseorang yang mentalak istrinya, ketika mendekati habis masa menunggu, ia kembali kemudian mentalak lagi begitu seterusnya, kemudian kembali lagi dengan maksud menyakiti wanita, maka turunlah ayat dalam QS. Al-Baqarah 2 : 229 8 229: 2 ِناـَتَرَم ُقٰـلَطلا ةرقبلا Artinya: “Talak yang dapat dirujuki hanya dua kali.” Dalam riwayat lain, bahwasanya terdapat seorang laki-laki pada zaman jahiliah mentalak istrinya kemudian kembali sebelum habis masa menunggu. Andaikan wanita ditalak seribu kali, kekuasaan suami untuk kembali masih tetap ada. Maka datanglah seorang wanita kepada Aisyah r.a., mengadu bahwa suaminya telah mentalaknya dan kembali tetapi kemudian menyakitinya, kemudian Aisyah r.a., melaporkan hal tersebut kepada Rasulullah Saw, maka turunlah firman Allah Swt dalam QS. Al-Baqarah 2 : 229 9 7 Ibid, h. 318. 8 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat: Khitbah, Nikah dan Talak, Penerjemah H. Abdul Majid Khon, h. 255. 9 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat: Khitbah, Nikah dan Talak, Penerjemah H. Abdul Majid Khon, h. 255-256.