38 Kondisi di mana tingkat rate of return yang ditawarkan dalam
berbagai valuta asing adalah sama bila dihitung dengan satu satuan yang sama yang disebut kondisi paritas tingkat bunga interest parity.
b. Teori Keseimbangan Daya Beli Theory of Purchasing Power Parity Pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo pada tahun 1817
dan kemudian dikembangkan oleh Gustav Cassel pada tahun 1916. Prinsip Paritas Daya Beli, dipopulerkan oleh seorang ekonom Swedia
Levi, 2001:85, dinyatakan bahwa kurs antara dua mata uang dari dua negara, sama dengan nisbah atau rasio tingkat harga kedua negara yang
bersangkutan. Teori ini mendasari logika bahwa mata uang dalam standar kertas
tidak mempunyai nilai intrinsik atau dapat dikatakan tidak didukung dan dikaitkan nilainya dengan suatu komoditi tertentu yang dijadikan
standar sehingga nilai tersebut di dalam negeri ditentukan oleh kemampuan daya belinya.
c. International Fischer Effect Theory IFE
Menurut Hamdy Hady 2005:62 jika semua kondisi lainnya
tetap ceteris paribus, kenaikan perkiraan titik inflasi suatu saat pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan titik bunga dari simpanan mata
uang negara yang bersangkutan. Begitu pula sebaliknya, penurunan perkiraan inflasi tingkat inflasi di masa yang akan datang pada
gilirannya akan mengakibatkan penurunan tingkat bunga .
39
2. Sistem Nilai Tukar
Pada dasarnya terdapat tiga sistem nilai tukar, yaitu: Pertama, fixed exchange rate atau sistem nilai tukar tetap. Kedua, floating exchange rate
atau sistem nilai tukar mengambang Ketiga, managed floating axchange rate atau sistem nilai tukar mengambang terkendali Mugi Rahardjo,
2009:109-111. a. Sistem Nilai Tukar Tetap
Pada sistem nilai tukar ini, nilai tukar atau kurs suatu mata uang terhadap mata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu, misal; nilai
tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dolar Amerika adalah Rp.8000 per dolar. Pada sistem nilai tukar ini bank sentral akan siap
menjual atau membeli kebutuhan devisa untuk mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan pemerintah, sebab, sebetulnya nilai tukar mata
uang dengan mata uang lain bergantung atas permintaan dan penawaran mata uang itu sendiri. Apabila nilai tukar tersebut tidak lagi
dapat dipertahankan, maka bank sentral dapat melakukan devaluasi ataupun revaluasi atas nilai tukar yang ditetapkan.
Devaluasi adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah pada suatu negara untuk secara sepihak menurunkan nilai tukar mata uang
negara tersebut terhadap mata uang lainnya; misal nilai tukar rupiah yang semula ditetapkan sebesar Rp.8000 per dolar AS diturunkan
menjadi Rp.9000 per dolar AS. Sebaliknya, revaluasi adalah kebijakan menaikkan nilai tukar negara tersebut terhadap mata uang lain.
40 b. Sistem Nilai Tukar Mengambang
Pada sistem nilai tukar ini, nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar.
Dengan demikian nilai tukar akan menguat apabila terjadi kelebihan permintaan diatas penawaran, dan sebaliknya nilai tukar akan melemah
apabila terjadi kelebihan penawaran diatas permintaan yang terjadi di pasar valuta asing.
Nilai tukar dikatakan melemah apabila diperlukan nilai uang yang lebih banyak untuk membeli valuta asing dalam jumlah yang
sama, misal nilai tukar rupiah melemah dari semula per dolar dapat dibeli dengan Rp.8000 menjadi Rp.9000 per dolar. Bank sentral dapat
melakukan intervensi di pasar valuta asing, yaitu dengan menjual devisa dalam hal terjadi kekurangan pasokan atau membeli devisa
apabila terjadi kelebihan penawaran untuk menghindari gejolak nilai tukar yang berlebihan di pasar, akan tetapi intervensi dimaksud tidak
diarahkan untuk mencapai target tingkat nilai tukar tertentu atau dalam kisaran tertentu.
c. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali Sistem nilai tukar mengambang terkendali merupakan sistem
yang berada diantara kedua sistem nilai tukar diatas. Dalam sistem nilai tukar ini, bank sentral menetapkan batasan suatu kisaran tertentu
dari pergerakan nilai tukar yang disebut intervention band batas pita intervensi. Nilai tukar akan ditentukan sesuai mekanisme pasar