46 2. Lembaga keuangan konvensional ribawi, termasuk perbankan dan
asuransi konvensional. 3. Produsen, distributor, dan atau penyedia barang-barang ataupun jasa
yang merusak moral dan bersifat mudarat. 4. Melakukan investasi pada emiten perusahaan yang pada saat
transaksi tingkat nisbah hutang perusahaan kepada lembanga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya.
Kemudian selain dari segi kegiatan usaha, kriteria perusahaan juga ditentukan oleh indeks: a Kapitalisasi pasar dari saham dimana JII
menggunakan kapitalisasi harian rata-rata selama satu tahun; b Perdagangan saham di bursa, JII menggunakan rata-rata harian perdagangan reguler saham
dibursa selama satu tahun. Dari kriteria tersebut saham-saham yang dipilih untuk dapat masuk kedalam inderks syariah ialah sebagai berikut Burhanuddin
Susanto, 2009:130 : 1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan kecuali termasuk 10 kapitalisasi besar.
2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva
maksimal sebesar 90. 3. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-
rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
47 4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-
rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir. 5. Evaluasi terhadap komponen indeks dilakukan setiap enam bulan
sekali. Perubahan pada jenis usaha utama emiten akan dimonitor secara terus
menerus berdasarkan data publik yang tersedia. Perusahaan yang mengubah lini bisnisnya sehingga menjadi tidak konsisten dengan prinsip syariah akan
dikeluarkan dari indeks. Sedangkan saham emiten yang dikeluarkan akan diganti oleh saham emiten lain. Semua prosedur tersebut bertujuan untuk
mengeliminasi adanya saham spekulatif. Meskipun sebagian saham – saham spekulatif memilki tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan yang tinggi
memiliki tingkat kapitalisasi sektor riil yang rendah.
G. Nilai Aktiva Bersih NAB Nilai Aktiva Bersih NAB adalah nilai yang menggambarkan total
kekayaan reksadana per hari atau dalam tenggang waktu tertentu . Nilai ini tidak hanya di pengaruhi oleh pembelian dan penjualan reksadana oleh para
investor, tetapi juga oleh harga pasar dari portofolio yang menjadi underlying assets reksadana tersebut Parluhutan Situmorang dkk, 2010:91.
NAB Nilai Aktiva Bersih merupakan salah satu tolok ukur dalam memantau hasil dari suatu reksadana. Nilai Aktiva Bersih adalah total nilai
investasi dan kas yang dipegang dikurangi dengan biaya–biaya hutang dari kegiatan operasional yang harus dibayarkan, sedangkan NAB per unit
48 penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu reksadana setelah
dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah sahamunit penyertaan yang telah beredar dimiliki investor pada saat tertentu. I.H.Achsien, 2003 :
75. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung pada perubahan
nilai efek dari portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang saham atau Unit Penyertaan. Begitu juga sebaliknya,
menurunnya NAB berarti berkurangnya nilai investasi pemegang Unit Penyertaan atau saham. Nilai Aktiva Bersih perusahaan investasi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus Sawidji Widoatmodjo, 2007 : 201. NABt = NPWt – LIABt
NSOt Dimana :
NABt = Nilai Aktiva Bersih pada waktu t NPW = Nilai pasar wajar dari asset pada waktu t
LIABt = Kewajiban yang dimiliki oleh reksa dana pada waktu t NSOt = Jumlah Unit Penyertaan yang beredar pada waktu t
H.Hubungan Antara Variabel Eksogen dengan Variabel Endogen
1. Hubungan antara nilai tukar rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih Hubungannya nilai tukar dengan harga saham yang di kemukakan
oleh Madura 2000:173 sebagai berikut : “Stock prices primarilly involved in exporting could be favorably affected by a weak dollar and adversely by
49 strong dollar. Stock prices of importing firms could be affected in the
opposite manner. ....foreign investor attempt to purchase stocks when the dollar is weak and then sell the stock when the dollar is strong”. Dalam
pernyataan oleh madura ini yang menjadi negara domestik adalah Amerika serikat. Pada saat mata uang suatu negara mengalami depresiasi dan hal-hal
lain tetap maka para pemodal mengalihkan investasinya dengan melakukan pembelian saham akibatnya permintaan saham naik dan demikian juga
dengan harga saham. Hal ini berlaku sebaliknya bila mata uang negara tersebut mengalami apresiasi.
Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar memilki hubungan positif terhadap return saham yang diperdagangkan emiten yang bergerak dibidang
impor dalam artian makin tinggi nilai tukar rupiah maka makin tinggi return yang dihasilkan pada bursa saham. Ketika rupiah terdepresiasi terhadap US
Dollar karena pada saat ekspor, keuntungan yang didapatkan dalam bentuk dollar sehingga laba perusahaan meningkat. Hal ini menyebabkan
meningkatnya kinerja perusahaan tersebut sehingga harga saham yang dijual pada bursa saham meningkat, dimana hal ini akhirnya akan mengakibatkan
return yang di dapat investor meningkat Tayibnapis, 2008:44. Begitu pula hubungan nilai tukar dengan NAB. Penelitian yang
dilakukan Sjahputra 2005 menunjukan hasil bahwa nilai tukar rupiah mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja reksadana syariah dan
Tayibnapis 2008 menunjukan hasil bahwa valuta asing mempunyai
50 pengaruh positif terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah
Berimbang. 2. Hubungan antara inflasi dengan Nilai Aktiva Bersih
Hubungan antara inflasi dan harga saham yang secara lebih khusus diungkapkan oleh Ritchie 1996:98 sebagai berikut : “...Stock perform
poorly during an accerelating phase of inflation,...when inflation rates slow down appreciably, stock prices move up substandtrally” hubungan yang
terjadi antara tingkat inflasi dan harga saham adalah berlawanan arah negatif yang berarti bahwa pada saat inflasi tinggi harga saham akan turun
dan sebaliknya. Begitu pula hubungan inflasi dengan NAB sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Hadori Yunus dan idrus Mahidin 2005
serta Tayibnapis 2008 yang menunjukan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap Nilai Aktiva Bersih NAB reksadana syariah.
3. Hubungan antara SWBI dengan Nilai Aktiva Bersih Hubungan SWBI dengan NAB seperti halnya hubungan antara suku
bunga dengan harga saham adalah negatif atau berlawanan arah sebagaimana pernyataan dari Gup 2000: 227 “A close examination reveals
that they tend to be inversely related....when market rates of interest go up, stock prices tend to go down, conversely, when market rates of interest
decline, stock price tend to increase”. Dari pernyataan tersebut maka bila suku bunga naik dengan tingkat
yang memadai maka pemodal akan berusaha memindahkan investasinya dari saham ke deposito. Dengan kata lain, akan terjadi aksi jual saham yang
51 berakibat turunnya harga saham, demikian pula sebaliknya. Begitu pula
yang terjadi pada SWBI dengan NAB sama dengan suku bunga dengan harga saham, apabila SWBI dengan tingkat yang memadai maka pemodal
akan memindahkan investasinya dari reksadana ke deposito syariah sehingga NAB dari reksadana akan turun, demikian pula sebaliknya.
Dalam penelitian Hadori Yunus Idrus Mahidin 2005, SWBI mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan dengan NAB Danareksa
Syariah Berimbang. Penelitian yang dilakukan Reno Virlandana A dan Budi Hermana 2005 SWBI mempunyai hubungan kuat negatif terhadap
pergerakan nilai aktiva bersih unit reksadana syariah. 4. Hubungan Antara JII dengan Nilai Aktiva Bersih
IHSG berhubungan positif dengan return saham dalam artian makin tinggi nilai IHSG makin tinggi pula return yang dihasilkan karena IHSG
menunjukkan semakin stabilnya BEI dimana bila bursa saham tersebut semakin baik secara otomatis kinerja perusahaan yang ikut sebagai emiten
semakin baik sehingga return yang dihasilkan meningkat Tungka, 2007. Penelitian yang dilakukan oleh Pasha 2005 menunjukkan hasil
bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif antara IHSG dengan NAB reksadana saham. Penelitian yang dilakukan oleh Tayibnapis 2008
menunjukkan hasil bahwa JII memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap NAB reksadana syariah dan penelitian yang dilakukan oleh Hadori
Yunus Idrus Mahidin 2005 menunjukan bahwa JII berpengaruh positif dan signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang.
52
I. Penelitian Terdahulu
Penelitian Abdul Muthalib 2005, mengenai “Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Tingkat Kinerja Reksadana Saham Periode 1998-2004”.
Dalam analisis ini menggunakan lima indikator makro ekonomi yang meliputi Pertumbuhan pendapatan nasional bersih, pertumbuhan jumlah uang yang
beredar, tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI serta perubahan nilai tukar Rp terhadap US dollar. Hasil dari metode regresi linear berganda menunjukkan
bahwa variabel makro ekonomi secara simultan tidak berpengaruh terhadap tingkat kinerja reksadana saham. Dari uji yang dilakukan dengan metode
regresi linear berganda enter method maupun stepwise method hanya terdapat satu variabel independen yang signifikan yaitu tingkat pertumbuhan
pendapatan nasional bersih. Penelitian ini menyimpulkan bahwa hanya tingkat pertumbuhan pendapatan nasional bersih merupakan variabel makro yang
paling signifikan mempengaruhi tingkat kinerja reksadana saham. Penelitian yang dilakukan oleh M Romas Sjahputra 2005, tentang
“Pengaruh Perubahan Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Uang, Tingkat Suku Bunga Bebas Resiko dan Indeks Syariah Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah”,
menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah,
sedangkan hasil regresi menunjukkan pengaruh yang beragam. Untuk inflasi, kurs, nilai tukar, dan Jakarta Islamic Index JII pengaruhnya positif,
sedangkan untuk SBI pengaruhnya negatif. Dari semua variabel yang diteliti, JII merupakan variabel yang mempunyai pengaruh yang signifikan sedangkan
53 pengaruh variabel lainnya tidak signifikan, dari uji koefisien determinasi R
2
dapat diketahui bahwa selama periode penelitian besarnya perubahan kinerja reksa dana syariah yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang diteliti
adalah 49,4 persen. Sementara 50,6 persen dijelaskan oleh factor-faktor lain diluar penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan Hadori Yunus Idrus Mahidin 2005 dalam penelitiannya yang berjudul “Critical Factors yang Mempengaruhi Niali Aktiva
Bersih Reksadana Syariah” yang menggunakan variabel NAB, SWBI, JII dan Inflasi. Studi empirisnya pada Danareksa Syariah Berimbang. Dalam penelitian
ini terlebih dahulu membandingkan secara langsung antara return Darareksa Syariah Berimbang dengan return rata-rata suku bunga deposito selama periode
penelitian yaitu Januari 2002-Desember 2004 untuk mengetahui tingkat return yagn lebih menarik diantara keduanya.Hasil penelitian ini ternyata Return dari
NAB Danareksa Syariah Berimbang lebih baik dari return suku bunga deposito selama periode penelitian, secara berganda atau bersama-sama ketiga variabel
yang digunakan dalam penelitian tersebut : SWBI X
1
, JII X
2
, dan Tingkat Inflasi X
3
mempunyai hubungan positif yang sangat kuat dengan NAB Danareksa Syariah Berimbang dan secara bersama-sama ketiga variabel
independen dalam penelitian tersebut juga sangat mempengaruhi NAB Danareksa Syariah Berimbang dari PT. Danareksa Investment Management.
secara parsial SWBI mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan dengan NAB Danareksa Syariah Berimbang, sedangkan JII berpengaruh positif yang
sangat kuat serta signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang dan
54 inflasi berhubungan negatif yang rendah dan tidak signifikan terhadap NAB
Danareksa Syariah berimbang. Penelitian Reno Virlandana A dan Budi Hermana 2005 mengenai
“Hubungan Antara Reksadana Syariah, Nisbah Bank Syariah dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Pada Periode Januari 2001 - Desember 2004” Dengan
teknik analisis statistik deskriptif dan analisis korelasi. Hasilnya bahwa pergerakan Nilai Aktiva Bersih unit reksadana syariah berhubungan kuat
positif dengan index syariah JII dan Index Harga Saham Gabungan IHSG. tetapi berhubungan kuat negatif dengan equivalent rate nisbah simpanan bank
syariah dan sertifikat wadiah bank indonesia SWBI. Penelitian yang dilakukan oleh Shandy Rahmadani Tayibnapis 2008
mengenai “Analisis Pengaruh Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, Jakarta Islamic Index, Inflasi dan Valuta Asing Terhadap Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah Studi kasus Reksadana Danareksa Syariah Berimbang”. Dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi berganda hasilnya
dimana SWBI dan JII memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang sedangkan inflasi dan valuta
asing pengaruhnya tidak signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Pasha 2005 mengenai “Pengaruh IHSG
di Bursa Efek Jakarta Terhadap NAB Reksadana Saham di PT. BNI Securities Bandung”. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana. Hasil
penelitiannya bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif antara IHSG dengan NAB Reksadana Saham. Besarnya kontribusi IHSG
55 mempengaruhi NAB reksadana saham sebesar 75,8, dengan uji t IHSG
berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana saham. Penelitian Hafizal Mohamed Fadhil, Azlinna noor Azizan , Roselee Shah
Shaharudin 2007 dengan judul “The Interaction Between Macroeconomics Variables and The Performance Mutual Fund in Malaysia”. Variabel yang
digunakan adalah Kuala Lumpur Composite Index KLCI, Indeks Harga
Konsumen CPI, uang beredar M2 , Inter Bank Rate IBR dan NAB reksadana. Dengan menggunakan teknik analisis ECM. Hasil penelitian
menunjukan bahwa bahwa NAB cointegrated dengan KLCI, M2 dan CPI. Ibr
tidak cointegrated dengan NAB. KLCI memiliki hubungan positif yang signifikan dengan NAB. NAB adalah cointegrated dengan uang beredar secara
tidak langsung sejalan dengan permintaan dan penawaran. Dari hasil ECM menunjukan bahwa KLCI IHK dan M2 mempengaruhi NAB. Hubungan
adalah searah yang berjalan dari KLCI, IHK dan M2 untuk NAB. Penelitian yang dilakukan Maysami, dkk 2004 yang berjudul
Relationship Between Macroeconomic Variabels and Stock Market Indices : Cointegration Evidence From Stock Exchange of Singapore’s All’s Sector
Indices. Mengkaji tentang hubungan keseimbangan jangka panjang antara peubah makro ekonomi yang terpilih seperti interest suku bunga, tingkat
harga inflasi, nilai tukar exchange rate, produksi industri dan money supply dengan indeks pasar modal Singapura STI serta beberapa indeks sektoral
seperti indeks property, keuangan, dan indeks perhotelan. Penelitian ini menggunakan pendekatan VECM Vector Error Corecction Model, hasil