Tentang Reksadana Syariah Penelitian Terdahulu

79 Pada tabel 4.1 menunjukkan adanya fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai tukar rupiah sangat lemah terhadap dollar amerika terjadi pada bulan September yaitu dengan nilai Rp 10.232,57, sedangkan nilai tukar rupiah paling kuat terhadap dollar amerika terjadi di bulan Januari yaitu dengan nilai Rp 9.204,15. selanjutnya untuk tahun 2006 dimana nilai tukar rupiah sangat lemah terhadap dollar amerika terjadi pada bulan Januari yaitu dengan nilai Rp 9.493, sedangkan nilai tukar rupiah paling kuat terhadap dollar amerika terjadi di bulan April yaitu dengan nilai Rp 8.936,94. Selanjutnya untuk tahun 2007 dimana nilai tukar rupiah sangat lemah terhadap dollar amerika terjadi pada bulan Agustus yaitu dengan nilai Rp 9.366,68, sedangkan nilai tukar rupiah paling kuat terhadap dollar amerika terjadi di bulan Mei yaitu dengan nilai Rp 8.844,33. Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari dan Februari, nilai tukar rupiah sangat lemah terjadi dibulan Januari Rp 9.409,68 dibandingkan bulan Februari Rp 9.178,95. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari 2008 menunjukan nilai tukar rupiah paling lemah terhadap dollar amerika terjadi dibulan September 2005 dan nilai rupiah paling kuat terhadap dollar amerika terjadi pada bulan Mei 2007. b. Analisa Deskriptif Variabel Inflasi. Inflasi merupakan perubahan harga secara agregat, pembangunan akan berjalan lancar bila inflasi dapat ditekan serendah mungkin. Apabila inflasi naik, akan berdampak pada naiknya harga bahan baku yang pada 80 akhirnya akan menyebabkan menurunnya daya saing terhadap produk barang yang dihasilkan suatu perusahaan. Hal ini akan berdampak buruk pada harga saham perusahaan itu di pasar modal. Selain itu, meningkatnya inflasi akan menaikkan biaya perusahaan yang mengakibatkan menurunnya profitabilitas perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa efek yang pada akhirnya akan memperkecil deviden yang diterima oleh pemegang saham. Menurunnya pendapatan deviden yang diterima oleh investor maka akan semakin menurunkan minat masyarakat investor untuk berinvestasi dipasar modal seperti reksa dana. Adapun data inflasi pada periode Januari 2005 – Februari 2008 : Tabel 4.2 Data Tingkat Inflasi Bulan Tahun 2005 2006 2007 2008 Januari 0,0061 0,0142 0,0052 0,0061 Februari 0,0060 0,0149 0,0053 0,0062 Maret 0,0073 0,0131 0,0054 April 0,0068 0,0128 0,0052 Mei 0,0062 0,0130 0,0050 Juni 0,0062 0,0129 0,0048 Juli 0,0065 0,0126 0,0051 Agustus 0,0069 0,0124 0,0054 September 0,0076 0,0121 0,0058 Oktober 0,0149 0,0052 0,0057 November 0,0153 0,0044 0,0056 Desember 0,0143 0,0055 0,0055 Sumber : BI Data sekunder diolah Tabel 4.2 menunjukkan bahwa inflasi mengalami penurunan dan kenaikan, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai Inflasi tertinggi terjadi pada bulan November yaitu dengan nilai 0,0153, sedangkan nilai Inflasi 81 terendah terjadi di bulan Februari yaitu dengan nilai 0,0060. selanjutnya untuk tahun 2006 dimana nilai inflasi tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu dengan nilai 0,0149, sedangkan nilai inflasi terendah terjadi di bulan November yaitu dengan nilai 0,0044. Selanjutnya untuk tahun 2007 dimana nilai inflasi tertinggi terjadi pada bulan September yaitu dengan nilai 0,0058, sedangkan nilai inflasi terendah terjadi di bulan Juni yaitu dengan nilai 0,0048. Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari dan Februari, nilainya lebih tinggi dibulan Februari 0,0062 dibandingkan bulan Januari 0,0061. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari 2008 menunjukan nilai inflasi tertinggi terjadi dibulan November 2005 dan nilai inflasi terendah terjadi pada bulan November 2006. c. Analisa Deskriptif Variabel Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia. SWBI merupakan SBI-nya bagi perbankan syariah. SWBI berbeda dengan SBI yang dijadikan investasi oleh perbankan konvensional. Jika SBI memakai suku bunga satu dan tiga bulanan, SWBI memakai sistem bagi hasil dengan pemberian bonus dari sejumlah dana yang ditanamkan perbankan syariah. Apabila SWBI naik maka investor akan beralih pada kegiatan investasi lain yang lebih menguntungkan dan bebas resiko sehingga indeks pasar modal akan turun, sebaliknya apabila SWBI turun maka masyarakat akan beralih ke jenis investasi lain yang lebih menguntungkan di pasar modal seperti reksa dana. Adapun data SWBI selama periode Januari 2005 – Februari 2008 sebagai berikut : 82 Tabel 4.3 Data Tingkat Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Bulan Tahun 2005 2006 2007 2008 Januari 0,0034 0,0036 0,0067 0,0050 Februari 0,0031 0,0039 0,0038 0,0051 Maret 0,0030 0,0040 0,0054 April 0,0037 0,0040 0,0052 Mei 0,0031 0,0066 0,0052 Juni 0,0039 0,0041 0,0044 Juli 0,0038 0,0042 0,0048 Agustus 0,0033 0,0048 0,0043 September 0,0034 0,0037 0,0055 Oktober 0,0040 0,0044 0,0054 November 0,0043 0,0071 0,0057 Desember 0,0045 0,0072 0,0057 Sumber :BI Data diolah Tabel 4.3 menunjukkan bahwa SWBI mengalami penurunan dan kenaikan, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai SWBI tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 0,0045, sedangkan nilai SWBI terendah terjadi di bulan Maret yaitu dengan nilai 0,0030. selanjutnya untuk tahun 2006 dimana nilai SWBI tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 0,0072, sedangkan nilai SWBI terendah terjadi di bulan Januari yaitu dengan nilai 0,0036. Selanjutnya untuk tahun 2007 dimana nilai SWBI tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu dengan 0,0067, sedangkan nilai SWBI terendah terjadi di bulan Februari yaitu dengan nilai 0,0038. Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari dan Februari, nilainya lebih tinggi dibulan Februari 0,0051 dibandingkan bulan Januari 0,0050. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari 2008 menunjukan nilai SWBI tertinggi terjadi dibulan Desember 2006 dan nilai SWBI terendah terjadi pada bulan Maret 2005. 83 d. Analisa Deskriptif Variabel Jakarta Islamic Index JII Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur benchmark untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah. Adapun Data Indeks JII periode Januari 2005 – Februari 2008 : Tabel 4.4 Data Tingkat Jakarta Islamic Indeks Bulan Tahun 2005 2006 2007 2008 Januari 174,187 215,357 296,958 476,969 Februari 171,834 218,261 294,062 508,945 Maret 169,334 233,821 315,245 April 161,002 260,193 344,963 Mei 178,201 237,238 354,580 Juni 187,884 233,272 356,853 Juli 198,242 239,301 388,630 Agustus 178,261 251,352 368,153 September 183,731 263,497 399,747 Oktober 181,422 268,992 463,055 November 188,836 295,479 483,964 Desember 199,749 311,281 493,014 Sumber : Jakarta Stock Exchange Tabel 4.4 menunjukkan bahwa data JII mengalami penurunan dan kenaikan, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai JII tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 199,749, sedangkan nilai JII terendah terjadi di bulan April dengan nilai 161,002. selanjutnya untuk tahun 2006 dimana nilai JII tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 311,281, sedangkan nilai JII terendah terjadi di bulan Januari yaitu 84 dengan nilai 215,357. Selanjutnya untuk tahun 2007 dimana nilai JII tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 493,014, sedangkan nilai JII terendah terjadi di bulan Februari yaitu dengan nilai 294,062. Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari dan Februari, nilainya lebih tinggi dibulan Februari 508,945 dibandingkan bulan Januari 476,969. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari 2008 menunjukan nilai JII tertinggi terjadi dibulan Februari 2008 dan nilai JII terendah terjadi pada bulan April 2005. e. Analisa Deskriptif Variabel Nilai Aktiva Bersih. NAB Nilai Aktiva Bersih merupakan salah satu tolok ukur dalam memantau hasil dari suatu reksadana. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung pada perubahan nilai efek dari portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang saham atau Unit Penyertaan. Begitu juga sebaliknya, menurunnya NAB berarti berkurangnya nilai investasi pemegang Unit Penyertaan. Nilai NAB tidak hanya dipengaruhi oleh pembelian dan penjualan reksadana oleh para investor, tetapi juga oleh harga pasar dari portofolio yang menjadi underlying asset reksadana tersebut. Adapun data NAB Reksadana Syariah berdasarkan total NAB dari seluruh produk reksadana syariah periode Januari 2005 – Februari 2008 adalah sebagai berikut : 85 Tabel 4.5 Data NAB Reksadana Syari’ah dalam Jutaan Bulan Tahun 2005 2006 2007 2008 Januari 671.703,65 596.310,40 883.792,01 2.918.133,12 Februari 827.962,99 547.873,80 924.071,17 3.095.632,86 Maret 1.193.699,01 574.350,81 1.001.817,95 April 1.583.093,03 608.660,33 1.071.334,91 Mei 1.481.725,76 637.544,49 1.200.217,51 Juni 1.463.981,06 652.772,25 1.285.810,83 Juli 1.517.151,99 668.189,95 1.485.454,30 Agustus 1.506.366,60 681.064,66 1.525.622,92 September 577.880,68 713.939,55 1.611.855,05 Oktober 622.564,96 736.110,05 1.803.281,40 November 572.289,53 797.317,94 2.353.286,12 Desember 563.927,13 868.008,70 2.512.391,76 Sumber : BAPEPAM Tabel 4.5 menunjukkan bahwa data NAB mengalami penurunan dan kenaikan, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai NAB tertinggi terjadi pada bulan April yaitu dengan nilai 1.583.093,03 sedangkan nilai NAB terendah terjadi di bulan Desembar dengan nilai 563.927,13. selanjutnya untuk tahun 2006 dimana nilai NAB tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 868.008,70 , sedangkan nilai NAB terendah terjadi di bulan Februari yaitu dengan nilai 547.873,80 Selanjutnya untuk tahun 2007 dimana nilai NAB tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 2.512.391,76, sedangkan nilai NAB terendah terjadi di bulan Januari yaitu dengan nilai 883.792,01. Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari dan Februari, nilainya lebih tinggi dibulan Februari 3.095.632,86 dibandingkan bulan Januari 2.918.133,12. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari 2008 86 menunjukan nilai NAB tertinggi terjadi dibulan Februari 2008 dan nilai NAB terendah terjadi pada bulan Desember 2005.

2. Analisis Regresi Jalur

a. Analisis Regresi Dalam analisis ini di bagi menjadi dua bagian. Pertama, melihat pengaruh secara simultan dan kedua, melihat pengaruh secara parsial. 1 Melihat pengaruh nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII secara gabungan atau simultan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar, inflasi SWBI dan JII secara gabungan atau simultan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah, dilihat dari perhitungan model summary, khususnya angka R square di bawah ini. Tabel 4.6 Hasil Koefisien Determinasi Model Summary .836 a .698 .662 .12792 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Predictors: Constant, JII, inflasi, nilaitukar, SWBI a. Sumber : Output SPSS Besarnya angka R square r² adalah 0,698. angka tersebut dapat digunakan untuk melihat besarnya pengaruh nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah dengan cara menghitung koefisien determinasi KD dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 87 KD = r² x 100 KD = 0,698 x 100 KD = 69,8 Angka tersebut mengartikan bahwa pengaruh nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah adalah 69,8 .Sedangkan sisanya sebesar 30,2 100 - 69,8 dipengaruhi oleh varibel-variabel lain diluar model ini. Kemudian, untuk mengetahui apakah model regresi di atas sudah benar atau salah diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan uji F test berikut ini. Tabel 4.7 Uji F Regresi ANOVA b 1.249 4 .312 19.077 .000 a .540 33 .016 1.789 37 Regression Residual Total Model 1 Sum of Squares df Mean Square F Sig. Predictors: Constant, JII, inflasi, nilaitukar, SWBI a. Dependent Variable: NAB b. Sumber : Output SPSS Dengan membandingkan besarnya angka F penelitian dengan F tabel, dimana F penelitian 19,077 F tabel 2,66 dan Berdasarkan perhitungan angka signifikansi sebesar 0,000 0,05. Sehingga H di tolak dan H 1 diterima. Artinya ada pengaruh yang signifikan antara nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. Dengan demikian, model regresi di atas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII 88 secara simultan mempengaruhi reksadana syariah di Indonesia. Besarnya pengaruh adalah 69,8 dan sisanya sebesar 30,2 100 - 69,8 dipengaruhi oleh variabel lain di luar model regresi tersebut. 2 Melihat pengaruh nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII secara sendiri - sendiri atau parsial terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah Untuk melihat besarnya pengaruh variabel nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII secara sendiri - sendiri atau parsial terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah secara parsial, digunakan Uji t, sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh, digunakan angka Beta atau Standardized Coeffecient di bawah ini. Tabel 4.8 Uji t Regresi Coefficients a -7.900 6.686 -1.182 .246 4.521 1.637 .313 2.761 .009 -30.329 6.228 -.517 -4.870 .000 -51.562 24.663 -.260 -2.091 .044 1.010 .200 .697 5.045 .000 Constant nilaitukar inflasi SWBI JII Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Dependent Variable: NAB a. Sumber : Output SPSS a Pengaruh nilai tukar terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. Dengan nilai t hitung sebesar 2,761 t tabel sebesar 1,68 dan Berdasarkan perhitungan angka signifikansi sebesar 0,009 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H ditolak dan H 1 diterima. Artinya, nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. 89 Karena nilai beta menunjukan nilai yang positif, maka pengaruh nilai tukar terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah positif. Besarnya pengaruh nilai tukar berpengaruh terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah sebesar 0,313 atau 31,3, dianggap signifikan. b Pengaruh inflasi terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. Dengan nilai t hitung sebesar -4,870 t tabel sebesar -1,68 dan Berdasarkan perhitungan angka signifikansi sebesar 0,000 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H ditolak dan H 1 diterima. Artinya, inflasi berpengaruh signifikan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. Karena nilai beta menunjukan nilai yang negatif, maka pengaruh inflasi terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah negatif. Besarnya pengaruh inflasi terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah sebesar - 0,517 atau -51,7 dianggap signifikan. c Pengaruh SWBI terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. Dengan nilai t hitung sebesar -2,091 t tabel sebesar -1,68 dan Berdasarkan perhitungan angka signifikansi sebesar 0,044 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H ditolak dan H 1 diterima. Artinya, SWBI berpengaruh signifikan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. Karena nilai beta menunjukan nilai yang negatif, maka pengaruh SWBI terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah