dengan interval 95 - 104, dengan interval 45 -
artinya histogram pada melenceng ke kiri. K
atau bentuk kurva dat mayoritas atau kebany
II. Kemampuan Kon Bahasan Turuna
Dari hasil t menggunakan pembe
tertinggi 95. Untuk l matematika siswa kela
Distrib
No Interval
Bb 1
30 - 38 29,5
2 39 - 47
38,5 3
48 - 56 47,5
4 57 - 65
56,5 5
66 - 74 65,5
6 75 - 83
74,5 Jumlah
Mean Median
Modus Varians
Simpangan Baku
104, dan 4 siswa yang memiliki kemampuan 54. Histogram di atas memiliki kemiringan
ada kelas eksperimen memiliki kurva model ne Ketajaman atau kurtosis sebesar 2.115 distri
datar. Histogram tersebut juga menunjukkan ke anyakan siswa memiliki koneksi yang tinggi.
Koneksi Matematika Siswa Kelompok Kontr nan dengan Menggunakan Pembelajaran Ek
tes yang diberikan kepada kelompok kont belajaran ekspositori diperoleh nilai terenda
lebih jelasnya, deskripsi data hasil tes kema kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel .7. stribusi Frekuansi Kemampuan Koneksi Mate
Siswa Kelompok Kontrol
Ba Frekuensi
Titik tengah
fi fk
9,5 38,5
2 6,667
34 1225
68 8,5
47,5 6
20 43
2116 258
7,5 56,5
9 30
52 3249
468 6,5
65,5 6
20 61
4624 366
5,5 74,5
2 6,667
70 7744
140 4,5
83,5 5
16,67 79
9801 395
30 100
1695
puan koneksi rendah an sebesar -0,368
negatif atau kurva stribusi platikurtik
kelas eksperimen
ontrol pada Pokok Ekspositori
kontrol dengan ndah 30 dan nilai
mampuan koneksi kut :
atematika
2450 58
12696 68
29241 66
27744 40
15488 95
49005 695
136624 56,50
45,5 43
1408,84 37,53
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat dilihat banyak kelas interval adalah 6 kelas dengan nilai rata-rata
ݔҧሻ 56,50, median Me45,5, Modus Mo 43, varians s
2
1408,84, simpangan baku s 37,53, tingkat kemiringan sk 0,360 dan ketajaman atau kurtosis
ߙ
4
0,032. Distribusi frekuensi hasil tes kelompok kontrol tersebut ditunjukkan pada
grafik histogram berikut:
Gambar.8. Histogram dan Poligon Kemampuan Koneksi Matematika
Siswa Kelompok Kontrol
Berdasarkan histogram distribusi frekuensi hasil tes kelas kontrol di atas diketahui bahwa terdapat 2 siswa yang memiliki kemampuan koneksi rendah
dengan interval 30 – 38, dan 5 siswa yang memiliki kemampuan koneksi tinggi dengan interval 75 - 83. Histogram pada kelas kontrol diatas di atas memiliki
kemiringan sebesar 0,360 artinya histogram pada kelas kontrol memiliki kurva
model positif atau kurva melenceng ke kanan. Ketajaman atau kurtosis sebesar 0,032 distribusi platikurtik atau bentuk kurva datar. Histogram tersebut juga
f
Batas kelas
2 5
6 9
38,5 47,5
56,5 65,5
74,5 83,5
29,5
menunjukkan kelas kontrol mayoritas atau kebanyakan siswa memiliki koneksi yang rendah.
III. Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Koneksi
Data statistik hasil tes pada materi turunan dengan metode pembelajaran retensi dan metode pembelajaran ekspositori disajikan dalam bentuk table berikut:
Tabel. 8. Statistik Hasil Penelitian
Statistik Eksperimen
Kontrol Nilai terendah
48 30
Nilai tertinggi 100
83 Jumlah Sampel
30 30
Mean 71,50
56,50 Median
71,2 45,5
Modus 77
43 Varians
223,45 1408,84
Simpangan baku 14,95
37,53 Kemiringan
-0,368 0,362
Ketajaman Kurtosis 2,115
0,032
Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa jumlah kedua sampel yang diteliti adalah sama, yaitu 30 untuk kelas eksperimen dan 30 untuk kelas
kontrol. Untuk nilai masing-masing kelompok diperoleh nilai terendah pada kelas eksperimen adalah 48. Mayoritas siswa salah di nomor soal 3 dan 6 dapat dilihat
pada lampiran 7, karena siswa kurang teliti dalam membaca soal, sehingga ketika menulis diketahui siswa kurang tepat merubah kalimat soal kedalam kalimat
matematika. Yang menyebabkan pengerjaan selanjutnya menjadi salah. Hal ini disebabkan pula karena pada saat pembelajaran siswa terlalu menganggap soal
seperti ini mudah, karena kalimatnya yang sederhana dan pendek, tanpa disadari sebenarnya ada bagian yang mengecoh pada soal no. 3 dan 6 dapat dilihat pada
lampiran 7. Dan nilai tertinggi pada kelas eksperimen adalah 100. Mayoritas siswa pada kelas eksperimen benar pada saat mengerjakan soal pada nomor 1 dan
2 dapat dilihat pada lampiran 7. Hal ini disebabkan karena pada saat proses pembelajaran berlangsung memang pada kelas eksperimen ditekankan untuk
dapat menghafal rumus dengan fasih, bahkan mereka pernah membuat rumus tersebut kedalam mading, yang menyebabkan mereka masih mengingat apa yang
pernah diperoleh pada pembelajaran sebelumnya, sehingga ketika diberikan soal seperti pada nomor 1 dapat dilihat pad lampiran 7 mereka akan dengan mudah
mengerjakannya, karena mereka hanya tinggal menulis rumus dan memasukkan angka-angka yang dimaksud dalam soal. Dan pada soal nomor dua selain mereka
hafal dengan urutan rumus yang harus digunakan untuk soal tersebut mereka juga telah mampu mengkoneksikan bahwa pada soal nomor dua berhubungan dengan
materi persamaan garis singgung yang telah dipelajarinya pada saat SMP sehingga mereka dapat kembali mengingatnya.
Sedangkan pada siswa kelompok eksperimen nilai terendah adalah 30. Mayoritas siswa salah di nomor soal 1, 3, dan 6 dapat dilihat pada lampiran 7.
Sama dengan hal nya yang terjadi pada kelas eksperimen, siswa kurang teliti dalam membaca soal pada nomor 3 dan 6 yang mengakibatkan siswa salah ketika
merubah kalimat soal menjadi kalimat matematika. Sedangkan perbedaan terjadi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yang signifikan yaitu jika pada kelas
eksperimen mayoritas siswa dapat mengerjakan soal pada nomor 1, maka sebaliknya siswa pada kelas kontrol meyoritas salah ketika mengerjakan soal pada
nomor 1. Hal ini disebabkan karena pada proses pembelajaran berlangsung pada kelas kontrol tidak ditekankan menghafal rumus secara mendalam, dan siswa
tidak dibiasakan untuk mengulang kembali pelajaran yang telah dipelajarinya sehingga siswa menjadi kesulitan ketika mengerjakan soal yang berhubungan
dengan hafalan rumus. Padahal soal nomor satu telah mereka pelajari sebelumnya pada materi limit. Tetapi karena siswa tidak mengulang kembali pelajaran yang
telah dipelajari sebelumnya sehingga siswa sendiri masih bingung ketika harus menghubungkan materi turunan dengan materi limit.
F. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis
Berdasarkan persyaratan analisis, untuk uji coba perbedaan dua rata-rata populasi independen perlu dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap
pemenuhan asumsi. Uji persyaratan analisis yang perlu dipenuhi untuk uji hipotesis tersebut adalah:
1. Uji Normalitas Tes Kemampuan Koneksi Matematik Siswa a. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen
Uji normalitas yang digunakan adalah uji chi kuadrat. Dari hasil pengujian untuk kelompok eksperimen diperoleh nilai
߯
2 hitung
= 6,54 dan dari tabel nilai kritis uji chi kuadrat diperoleh nilai
߯
2 tabel
untuk n = 30 pada taraf signijfikansi
ߙ ൌ ͲǡͲͷ adalah 7,81. Karena ߯
2 hitung
߯
2 tabel
6,54 7,81 maka Ho diterima, artinya data yang terdapat pada kelompok eksperimen berasal
dari sampel yang berdistribusi normal. b. Uji Normalitas Kelompok Kontrol
Uji normalitas yang digunakan adalah uji chi kuadrat. Dari hasil pengujian untuk kelompok eksperimen diperoleh nilai
߯
2 hitung
= 6,53 dan dari tabel nilai kritis uji chi kuadrat diperoleh nilai
߯
2 tabel
untuk n = 30 pada taraf signijfikansi
ߙ ൌ ͲǡͲͷ adalah 7,81 Karena ߯
2 hitung
߯
2 tabel
6,53 7,81 maka H
o
diterima, artinya data yang terdapat pada kelompok kontrol berasal dari sampel yang berdistribusi normal.
Untuk lebih jelasnya, hasil dari uji normalitas antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 9. Hasil Uji Normalitas
Kelompok Jumlah
Sampel ߯
2 hitung
ߙ = 0,05 ߯
2 tabel
ߙ = 0,05 Kesimpulan
Eksperimen 30
6,54 7,81
berdistribusi normal
Kontrol 30
6,53
Karena ߯
2 hitung
pada kedua kelompok kurang dari ߯
2 tabel
maka dapat disimpulkan bahwa data kedua kelompok berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Tes Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Setelah
kedua kelompok
sampel pada
penelitian ini
dinyatakan berdistribusi normal, maka selanjutnya kita uji kehomogenannya dengan
menggunakan uji Fisher. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel homogen atau tidak. Dari hasi perhitungan diperoleh nilai
F
hitung
= 63,03 dan F
tabel
= 9,28 pada taraf signifikansi ߙ ൌ ͲǡͲͷ, dengan derajat
kebebasan pembilang 27 dan derajat kebebasan penyebut 27. Untuk lebih jelasnya hasil dari uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 10. Hasil Uji Homogenitas
Kelompok Jumlah
Sampel Varians
s
2
F ߙ = 0,05
Kesimpulan Hitung
Tabel Eksperimen
30 223,45
6,303 9,28
homogen Kontrol
30 1408,84
Karena F
hitung
kurang dari F
tabel
63,03 9,28 maka H
o
diterima, artinya kedua kelompok sampel homogen.
G. Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
1. Pengujian Hipotesis Setelah uji prasyarat di atas, asumsi normalitas dan homogenitas telah
dipenuhi sehingga untuk menguji kesamaan dua rata-rata populasi dapat menggunakan uji-t. Langkah-langkah uji-t tersebut sebagai berikut:
1 Menentukan hipotesis statistik H
o
: ߤ
௫
ൌ ߤ
௬
H
a
: ߤ
௫
ߤ
௬
ߤ
௫
: rata-rata hasil tes koneksi dengan pembelajaran berorientasi retensi ߤ
௬
: rata-rata hasil tes koneksi dengan pembelajaran ekspositori
2 Menentukan t
tabel
dan kriteria pengujian Untuk mencari t
tabel
, karena hipotesisnya satu pihak maka untuk menentukan t
tabel
= t
1-αdb.
Dengan db = n
1
+n
2
-2 = 30 + 30 – 2=58 Pada taraf signifikansi
ߙ = 0,05 diperoleh pada t
tabel
= 2,35 Kriteria pengujian untuk normalitas sebagai berikut:
Jika t
hitung
t
tabel
, maka H
o
diterima Jika t
hitung
t
tabel
, maka H
a
diterima, H
o
ditolak 3 Menentukan t
hitung
Hasil pengujian untuk kelas eksperimen dengan uji-t diperoleh nilai t
hitung
= 10,96 4 Membandingkan t
tabel
dan t
hitung
Dari hasil pengujian hipotesis berikut:
Tabel. 11. Hasil Perhitungan Uji-t
Taraf Sinifikansi t
hitung
t
tabel
Kesimpulan 0,05
10,96 2,35
Ho ditolak, Ha diterima
5 Penarikan kesimpulan Dari data tersebut diketahui t
hitung
t
tabel
, ini berarti t
hitung
tidak berada pada daerah penerimaan Ho. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak
dan Ha diterima. Dengan demikian dapat dilihat pada taraf signifikansi 5 bahwa rata-rata skor tes koneksi matematika siswa dengan menggunakan
pembelajaran berorientasi
retensi lebih
besar dibandingkan
dengan kemampuan koneksi matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran
ekspositori. Sehingga dengan menggunakan pembelajaran berorientasi retensi dapat memperbaiki kemampuan koneksi matematika siswa.
2. Pembahasan Hasil pengujian hipotesis di atas menyatakan terdapat perbedaan
kemampuan koneksi matematika antara siswa kelompok eksperimen yang menerapkan pembelajaran berorientasi retensi dengan siswa kelompok kontrol
yang menggunakan pembelajaran ekspositori. Terdapatnya perbedaan kemampuan koneksi matematika siswa antara kedua kelas tersebut ditunjukkan dengan rata-
rata nilai kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
penerapan pembelajaran berorientasi retensi terhadap kemampuan koneksi matematika siswa.
Perbedaan rata-rata kemampuan koneksi matematika antara kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan pembelajaran
berorientasi retensi lebih baik daripada menggunakan pembelajaran ekspositori. Hal
tersebut didukung
oleh hasil
pengamatan selama
berlangsungnya pembelajaran. Dalam dua tahap pembelajaran berorientasi retensi, siswa diberikan
kesempatan untuk lebih meningkatkan kemampuan koneksi matematika mereka. Jika kita perhatikan kemampuan koneksi matematika kedua kelompok
maka di kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran berorientasi retensi hanya terdapat 11 siswa 36,67 yang memiliki kemampuan koneksi
matematika rendah, sedangkan 19 siswa 63,33 memiliki kemampuan koneksi tinggi. Untuk siswa kelompok kontrol yang diajarkan menggunakan pembelajaran
ekspositori, terdapat 23 siswa 76,67 yang memiliki kemampuan koneksi matematika rendah, sedangkan 7 siswa 23,33 memiliki kemampuan koneksi
tinggi. Jika kita lihat dari segi persentase, maka siswa yang memiliki
kemampuan koneksi matematika tinggi di kelompok eksperimen jumlahnya lebih banyak daripada kelompok kontrol. Hal ini juga terlihat dari perolehan nilai rata-
rata kedua kelompok, yaitu 71,50 untuk kelompok eksperimen dan 56,50 untuk kelompok kontrol. Artinya nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi
daripada kelompok kontrol.