Hasil Pengujian Prasyarat Analisis

2. Pembahasan Hasil pengujian hipotesis di atas menyatakan terdapat perbedaan kemampuan koneksi matematika antara siswa kelompok eksperimen yang menerapkan pembelajaran berorientasi retensi dengan siswa kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori. Terdapatnya perbedaan kemampuan koneksi matematika siswa antara kedua kelas tersebut ditunjukkan dengan rata- rata nilai kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran berorientasi retensi terhadap kemampuan koneksi matematika siswa. Perbedaan rata-rata kemampuan koneksi matematika antara kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan pembelajaran berorientasi retensi lebih baik daripada menggunakan pembelajaran ekspositori. Hal tersebut didukung oleh hasil pengamatan selama berlangsungnya pembelajaran. Dalam dua tahap pembelajaran berorientasi retensi, siswa diberikan kesempatan untuk lebih meningkatkan kemampuan koneksi matematika mereka. Jika kita perhatikan kemampuan koneksi matematika kedua kelompok maka di kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran berorientasi retensi hanya terdapat 11 siswa 36,67 yang memiliki kemampuan koneksi matematika rendah, sedangkan 19 siswa 63,33 memiliki kemampuan koneksi tinggi. Untuk siswa kelompok kontrol yang diajarkan menggunakan pembelajaran ekspositori, terdapat 23 siswa 76,67 yang memiliki kemampuan koneksi matematika rendah, sedangkan 7 siswa 23,33 memiliki kemampuan koneksi tinggi. Jika kita lihat dari segi persentase, maka siswa yang memiliki kemampuan koneksi matematika tinggi di kelompok eksperimen jumlahnya lebih banyak daripada kelompok kontrol. Hal ini juga terlihat dari perolehan nilai rata- rata kedua kelompok, yaitu 71,50 untuk kelompok eksperimen dan 56,50 untuk kelompok kontrol. Artinya nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Perbedaan hasil tes kemampuan koneksi matematika pada kelas XI SMA Muhammmadiyah 25 Tangerang Selatan disebabkan karena adanya perbedaan cara yang digunakan pada saat pembelajaran, khususnya pada materi turunan. Pada kelompok kontrol siswa diajarkan dengan pembelajaran ekspositori. Pembelajaran ekspositori yang diajarkan pada kelompok kontrol, yakni pada setiap pertemuan guru memberi penjelasan mengenai materi yang diajarkan. Setelah itu guru memberi contoh soal dan kemudian siswa diminta untuk mengerjakan latihan latihan dan siswa diperbolehkan untuk melihat catatan. Sedangkan proses pembelajaran pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran berorientasi retensi. Setelah guru selesai memberikan penjelasan, siswa digali kemampuanya untuk mengingat kembali apa yang sudah dipelajari dan siswa selalu diminta untuk menghafal rumus yang telah dipelajari. Setelah itu siswa baru diberikan contoh dan diminta untuk mengerjakan latihan tanpa melihat kembali rumus yang telah dipelajari. Tetapi ketika jawaban mereka salah guru baru memperbolehkan siswa untuk memperbaiki jawaban dengan melihat catatan. Hal ini menyebabkan siswa ingat pada poin kesalahannya, dan ingatan mengenai rumus menjadi lebih lama karena pertama siswa menghafal rumus, kemudian mencoba mengerjakan soal, ketika salah mereka kembali melihat rumus yang telah dicatat. Dari uraian di atas, jelas terlihat bahwa pembelajaran berorientasi retensi yang diterapkan pada mata pelajaran matematika mampu memperbaiki kemampuan koneksi matematika siswa. Selain dapat memperbaiki kualitas pembelajaran matematika yang meliputi peningkatan hasil belajar, peningkatan motivasi, dan peningkatan prestasi belajar matematika seperti yang telah dilakukan oleh: Roslani Supirah, Dwi Kurniati Zaenab, dan Dhini Kusumawati, ternyata pembelajaran berorientasi retensi juga dapat digunakan untuk memperbaiki kemampuan koneksi matematika siswa.