1. Landasan Hukum Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS
Setelah lama dinanti oleh perbankan syariah, akhirnya Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia No. 1011PBI2008 tentang Sertifikat
Bank Indonesia Syariah SBIS
19
. PBI itu mulai diberlakukan sejak 31 Maret 2008. Beleid tersebut dikeluarkan setelah Bank Indonesia mengantongi izin
dari Dewan Syariah Nasional-Majlis Ulama Indonesia DSN-MUI untuk menerbitkan SBIS.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia ini, maka Peraturan Bank Indonesia Nomor. 67PBI2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Semua istilah SWBI yang selama ini digunakan dalam ketentuan
Bank Indonesia yang masih berlaku, harus dibaca sebagai SBIS. Dan ketentuan lebih lanjut dari peraturan BI ini diatur dengan Surat
Edaran Bank Indonesia, termasuk diantaranya tentang Surat Edaran Bank Indonesia No. 1016 DPM tanggal 31 Maret 2008 tentang tata cara penerbitan
SBIS melalui lelang. Dengan berlakunya Surat Edaran Bank Indonesia No. 737DPM tanggal 8 Agustus 2005 tentang tata cara pelaksanaan dan
penyelesaian SWBI dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Ketentuan dalam Surat Edaran ini berlaku sejak tanggal 31 Maret 2008. Dan Surat Edaran No.
19
Bank Indonesia, Peraturan BI No. 10 11 PBI 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah
1017DPM tanggal 31 Maret 2008 tentang tata cara transaksi Repo Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan Bank Indonesia.
Berdasarkan fatwa DSN-MUI, SBIS selain menggunakan akad Ju’alah juga dapat dierbitkan dengan menggunakan akad mudharabah, musyarakah,
wadiah, qardh, dan wakalah .
20
2. Peranan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Di tahun 2008, Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,4. Pertumbuhan 6,4 tersebut terutama diharapkan dari pertumbuhan investasi.
Berdasarkan prospek kondisi makro ekonomi indonesia tersebut, maka dapat diprediksikan pertumbuhan industri perbankan syariah pada tahun depan
masih akan menikmati high-growth dibandingkan pertumbuhan perbankan secara nasional. Kondisi perekonomian secara umum akan mempengaruhi
pendapatan masyarakat dan kemampuannya dalam melakukan konsumsi dan saving
tabungan. Pada saat yang sama kapasitas perbankan untuk melakukan pembiayaan sektor riil banyak dipengaruhi oleh besarnya dana masyarakat
yang mampu diserap dalam bentuk tabungan. Kini, bank syariah memiliki alternatif tambahan dalam pengelolaan dana investasinya.
Bank Indonesia telah menerbitkan instrumen moneter berbasis syariah yang bernama Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS. Instrmen khusus
20
www.bi.go.id diakses pada tanggal 5 Agustus 2008
untuk perbankan syariah ini menggantikan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI yang selama ini berlaku sebagaimana Peraturan Bank Indonesia No.
1011PBI2008. Regulasi yang dinanti-nantikan oleh para pelaku perbankan syariah yaitu
berupa pemberlakuan undang-undang Surat Berharga Syariah Negara SBSN, penghapusan pengenaan pajak berganda double taxtion pada
transaksi syariah dan pemberlakuan UU Perbankan Syariah. Kehadiran SBI Syariah setidaknya merupakan langkah awal dan sinyal untuk memantapkan
dan meningkatkan pertumbuhan perbankan syariah dari berbagai masalah krusial yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah, DPR, dan BI.
Terlebih, SBI Syariah dengan tingkat return yang setara atau mendekati bunga SBI Konvensional akan menjadi pilihan instrumen investasi yang
menarik disaat perbankan mengalami kelebihan likuiditas serta akan membuat perbankan syariah untuk aktif menggenjot perolehan dana pihak ketiga DPK
yang selama ini masih lebih banyak membatasi diri. Penempatan dana perbankan syariah di instrumen Bank Indonesia selama ini terbilang kecil.
SBI Syariah hanya sebagai wadah atau instrumen alternatif sementara, alternatif investasi disaat bank mengalami kelebihan likuiditas. Meski
demikian, menyimak kondisi sekarang dengan share perbankan syariah masih relatif kecil dibandingkan bank konvensional, tentunya peran ideal bank dan
lembaga keuangan syariah unutuk mengatasi kelebihan likuiditas belum begitu terasa. Dalam kondisi seperti ini, salah satu elemen pokok dalam
sistem ekonomi islam, yaitu pemerintah regulator, perlu mengambil alaih dan memegang peranan kunci perekonomian dengan didukung oleh kalangan
lembaga keuangan syariah.
21
3. Mekanisme dan Penyelesaian Transaksi SBIS