Landasan Hukum PUAS Strategi Pengembangan PUAS

dengan bank yang lainnya. Transaksinya dilakukan secara langsung melalui telepon dan melalui lembaga kliring. 25 Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor. 37DSN-MUI2002, pengertian PUAS adalah kegiatan transaksi keuangan jangka pendek antar peserta pasar berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Pasal 1 butir 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor. 28PBI2000, memberikan definisi PUAS yang lebih teknis, yaitu kegiatan investasi jangka pendek dalam rupiah antar peserta pasar berdasarkan prinsip mudharabah. 26 Sedangkan pengertian mudharabah pada pasal 1 butir 5 PBI tersebut adalah ”Perjanjian antara penanaman dana dan pengelolaan dana untuk melakukan kegiatan usaha guna memperoleh keuntungan, dan keuntungan tersebut akan dibagikan kepada kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya”. 27

1. Landasan Hukum PUAS

Ketentuan mengenai PUAS diatur dalam Peraturan Bank Indonesia PBI Nomor. 28PBI2000 tentang Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah PUAS yang dikeluarkan tanggal 23 Februari 2000 jo PBI 25 Herman Darmawi, Pasar Financial dan Lembaga-lembaga Financial, Jakarta: PT. Bumi Aksara cet 1 2006, h.98 26 Bank Indonesia, Peraturan BI No. 2 8 PBI 2000, tentang PUAS, pasal 1 butir 4. 27 Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005, cet ke 2 h. 142 No. 726PBI2005 tanggal 8 Agustus 2005 tentang perubahan atas PBI No.28PBI2000 tentang PUAS. Mengenai PUAS ini juga telah dikeluarkan Fatwa DSN-MUI, yaitu Fatwa DSN–MUI No. 37DSN-MUIX2000 tanggal 23 Oktober 2002 Masehi atau 16 Sya’ban 1423 Hijriah. 28 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 37DSN-MUIX2002 tentang Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah PUAS, memutuskan bahwa pasar uang antar bank yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu pasar uang antarbank berdasarkan bunga. Dan pasar uang antarbank yang dibenarkan menurut syariah yaitu pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah, dimana pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah adalah transaksi keuangan jangka pendek antar peserta pasar berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

2. Strategi Pengembangan PUAS

Strategi pengembangan pasar uang syariah diarahkan untuk meningkatkan kompetensi usaha yang sejajar dengan sistem pasar uang konvensional yang dilakukan secara komprehensif dengan mengacu kepada analisis, kekuatan dan kelemahan pasar uang syariah saat ini. Upaya tersebut dilakukan melalui peningkatan keahlian sumber daya manusia, 28 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan Syariah dan Perasuransian di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006, h. 110 penyempuranaan ketentuan dan program sosialisasi. Fokus utama strategi pengembangan pasar uang syariah meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Penciptaan instrumen pasar uang syariah Surat-surat berharga yang beredar di pasar keuangan konvensional adalah surat-surat berharga berbasis bunga sehingga perbankan syariah tidak dapat memanfaatkan pasar uang yang ada, kalaupun ada juga saham sebagai surat tanda penyertaan modal yang berbasis bagi hasil, dan masih memerlukan penelitian, apakah objek penyertaan tersebut terbebas dari kegiatan yang tidak disetujui oleh islam. Dengan kata lain, harus ada kepastian bahwa emiten tidak menyelenggarakan perniagaan barang- barang yang dilarang oleh syariah islam atau mengandung unsur riba, maisir perjudian dan spekulasi dan gharar ketidakjelasan dan menipulatif Dan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan dana, bank syariah dapat melakukan kegiatan usahanya pada pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah yang telah ada. Oleh karena itu untuk menciptakan pasar uang yang bermanfaat bagi perbankan syariah harus dikembangkan instrumen pasar uang yang berbasis syariah dimana perbankan syariah dapat menjalankan fungsinya secara penuh, tidak saja dalam memfasilitasi perdagangan jangka pendek, tetapi juga berperan dalam investasi jangka panjang. Struktur keuangan dari proyek-proyek pembangunan berbasis syariah akan memperkaya piranti keuangan syariah dan membuka pertisipasi lebih besar dari seluruh pelaku pasar tidak terkecuali non-muslim, karena pasar tersebut terbuka. 29 b. Mekanisme oprasi pasar keungan syariah Seseorang akan tertarik menanamkan dananya pada instrument keuangan apabila dapat diyakini bahwa insrumen tersebut dapat dicairkan setiap saat tanpa mengurangi pendapatan efektif dari investasinya. Oleh karena itu, setiap instrumen keuangan harus memenuhi beberapa syarat antara lain 30 : 1 Pendapatan yang baik good return; 2 Resiko yang rendah low rik; 3 Mudah dicairklan reedamable; 4 Sederhana simple; 5 Fleksibel. c. Peranan company Peranan utama dari company adalah sebagai pembuat transaksi transaction maker. Sebagaimana kita ketahui, semua lembaga keungan berusaha memobilisasi dana-dana dari para penabung dan mempertimbangkan jalan terbaik untuk menggunakannya. Salah satu kelemahan dari tingkah laku ini adalah adanya dana-dana yang 29 Muhammad Syafi’i Antonio, BANK SYARIAH Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani cet-11 2007 h. 188 30 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah, Jakarta: Alva Bet 1999, h. 82 menganggur atau digunakan secara tidak layak hanya semata-mata mengambil keuntungan dari waktu dan seringkali menanamkan dana-dana tersebut pada transaksi yang meragukan. Untuk menghindari hal itu, diperlukan adanya inisiatif dari pembuat transaksi dengan mekanisme kerja sebagai berikut. Pertama . Melakukan verifikasi atas kesempatan investasi, baik secara internal perusahaan maupun secara eksternal pasar. Apabila transaksi tersebut dapat diterima, pembuat transaksi yang bekerja berdasarkan komisi melakukan usaha lebih lanjut. Proyek itu akan dibeli oleh atau ditawarkan kepada initial investor dari bagian saham yang telah ditanam untuk memperoleh partisipasi dari pasar. Dengan peranan demikian, dimungkinkan penciptaan surat-surat berharga jangka pendek. Kedua, untuk mengatasi kesulitan dan guna memastikan adanya kemungkinan bagi investor untuk mencairkan kembali investasi mereka sewaktu-waktu dibutuhkan, tanpa mempengaruhi pendapatan efektif yang mereka harapkan. 31

3. Piranti PUAS

Dokumen yang terkait

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

1 65 87

Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio), FDR (Financing To Deposit Ratio), Dan NPF (Non Performing Financing) Terhadap Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Perbankan Syariah Periode 2010-2014

1 98 90

Respon perbankan Syariah terhadap krisi keuangan global 2008 dalam penempatan dana pada SBIS dan puas

0 23 132

Analisis inlfansi, Sertifikat Bank Indonesia syariah (SBSIS) dan pasar uang antra bank syariah (PUAS) tehadap financing deposit ratio (FDR) serta inplikasinya kepada return on assets (ROA) Bank Syariah di Indonesia

2 10 155

Analisis Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR) Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Suariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA), Periode Januari 2009-2012

1 14 151

Pengaruh financing to deposit ratio, pendapatan bagi hasil dan total asset terhadap profitabilitas industri perbankan syariah di Indonesia

0 9 108

Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap pembiayaan bagi hasil perbankan syariah

1 8 126

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Return On Asset (ROA) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode

1 16 131

Pengaruh Jumlah Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Inflasi Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah Yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode 2010-2014

4 36 130