5.5. Persepsi Stakeholders tentang PengawasanSupervisi dalam Pelaksanaan
Kemitraan Pertolongan Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh gambaran pengawasansupervisi pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan, dimana tanggung jawab pengawasan
pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar ada pada Kepala Puskesmas selaku pimpinan puskesmas yang memiliki
kewenangan penuh di bidang kesehatan. Pemantauan kemitraan pertolongan persalinan dalam lingkup puskesmas
adalah pemantauan yang berjenjang, dimulai dari kepala puskesmas – bidan koordinator – bidan desa – kader – dukun bayi. Masing-masing bertanggung jawab
terhadap bawahannya dalam pencapaian kinerja kemitraan pertolongan persalinan. Peran dan tugas tersebut telah diatur dalam Kepmenkes RI No.
1529MenkesSKX2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Ketika ditanyakan tentang pengawasan pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan di wilayah kerjanya, informan kepala puskesmas menyatakan telah
melakukan pengawasan kepada stafnya, misalnya pengawasan lebih kepada bidan desa. Informan ini juga menyatakan bahwa ada praktik ilegal dari luar yang
beroperasi di wilayah kerjanya. Praktik ilegal dari luar yang dimaksud informan adalah adanya orang yang mengaku medis kepada masyarakat dan melakukan
tindakan pertolongan persalinan dengan operasi. Tindakan oknum tersebut diketahui oleh pihak puskesmas, namun belum pernah ada larangan atau sanksi yang berikan
Universitas Sumatera Utara
puskesmas, alasannya oknum tersebut bekerja secara mobile dengan sepeda motor dan alamatnya tidak diketahui puskesmas.
Bidan koordinator puskesmas selaku staf dan pihak yang mengkoordinir langsung tugas bidan-bidan desa, juga menyatakan telah melakukan pengawasan
terhadap bawahannya. Informan menyatakan memantau laporan bulanan tiap bidan desa.
Pemantaun bidan desa terhadap kader biasanya dilakukan saat posyandu. Bidan desa meminta atau mencatat data tentang jumlah persalinan yang ada di desa
berdasarkan informasi kader. Kader lebih mengetahui siapa dan berapa orang yang bersalin ditolong oleh dukun bayi di lingkungannya.
Pemantauan bidan desa terhadap dukun bayi dilakukan saat posyandu atau saat terjadi kegawatdaruratan persalinan. Pada saat posyandu, dukun bayi dipanggil
kemudian diberi beberapa arahan oleh bidan desa tentang cara pertolongan persalinan yang bersih dan aman. Disamping itu, jika terjadi kegawatdaruratan persalinan, bidan
desa akan menanyakan beberapa hal yang menyebabkannya terjadi, misalnya : apa yang dipakai saat menolong persalinan, bagaimana cara pertolongan yang diberikan,
dan sebagainya. Menurut Notoatmodjo 2005, pencapaian tujuan-tujuan kemitraan
memerlukan langkah-langkah strategis, seperti: penjajakan, penyamaan persepsi, pengaturan peran, komunikasi intensif, pelaksanaan kegiatan dan
pemantauanpengawasan. Pemantauanpengawasan harus disepakati sejak awal yang mencakup cara pemantauan terhadap kemitraan dalam pelaksanaan upaya
penanggulangan masalah kesehatan yang telah disepakati bersama.
Universitas Sumatera Utara
5.6. Persepsi Stakeholders tentang ManfaatKeuntungan yang Dirasakan dari