macet, tidak pernah merujuk persalinan kepada bidan. Informan merasa yakin dengan kemampuannya dan tidak butuh bantuan dari bidan.
Dalam hal ini, perbedaan persepsi informan disebabkan karena kurangnya pengetahuan informan terhadap tugas. Rakhmat 2005 menyatakan persepsi adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi yang berbeda-beda timbul
karena beberapa faktor seperti ketidaktahuan, informasi yang salah, penilaian yang prematur dan pengalaman yang tidak menyenangkan. Peran masing-masing
stakeholders berbeda satu dengan yang lainnya, maka diperlukan pengaturan peran oleh pemegang kewenangan yang lebih tinggi. Peran dan fungsi yang berbeda-beda
harus dipahami oleh semua stakeholders agar terpenuhi kewajiban peran masing- masing dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan.
5.3. Persepsi Stakeholders
tentang Kesepakatan dalam Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh gambaran kesepakatan stakeholders dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan, dimana informan
bidan desa dan dukun bayi menyatakan tidak ada kesepakatan dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan informan
bidan desa dan dukun bayi, bahwa pada saat mereka menolong persalinan secara bersamaan, masing-masing mengerjakan tugasnya berdasarkan inisiatif tiap informan,
si dukun bayi yang mengurut perut ibu bersalin, sedangkan bidan menarik keluar bayi dari rahim ibu. Tidak jarang juga, saat membantu persalinan yang tidak aman seperti
Universitas Sumatera Utara
lahir sungsang, bidan malah mempercayakan dan menyuruh dukun bayi yang menarik bayi.
Ketiadaan kesepakatan yang terjalin pada kemitraan pertolongan persalinan antara bidan dan dukun bayi, menjadi kendala dalam pelaksanaan kemitraan itu
sendiri. Seharusnya dalam kemitraan, bidan memegang peranan yang lebih besar dari pada dukun bayi. Dukun bayi memang tidak dilarang mendampingi persalinan,
karena masyarakatpun merasa aman jika persalinannya ditunggui dukun bayi, namun yang menjadi pertimbangan adalah peran dukun bayi itu sendiri hendaknya dibatasi.
Berdasarkan seluruh jawaban informan di atas, dapat dilihat bahwa tidak adanya kesepakatan yang terjalin dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan informan
tentang perlunya ditetapkan kesepakatan dalam kemitraan pertolongan persalinan. Menurut Notoatmodjo 2005, salah satu syarat kemitraan adalah harus ada
kesepakatan visi, misi, tujuan dan nilai yang sama. Adanya visi dan misi yang sama akan memudahkan timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi suatu
masalah bersama. Kesepakatan yang terjalin hendaknya mengandung prinsip kesetaraan equity, keterbukaan transparency dan saling menguntungkan mutual
benefit. Bidan desa dalam menolong persalinan mempunyai beberapa kekurangan,
seperti: 1 Bidan desa kurang pengalaman dalam menolong persalinan, 2 Bidan desa relatif muda, 3 Bidan desa sulit beradaptasi dengan masyarakat dan lingkungan
desa, 4 Bidan desa kurang mendapat perhatian dari masyarakat, 5 Bidan desa tidak proaktif, dalam meningkatkan program kemitraan pertolongan persalinan, peran
bidan desa adalah menjemput bola, 6 Bidan desa tidak betah tinggal di desa karena
Universitas Sumatera Utara
bidan desa bukan merupakan penduduk asli desa tersebut dan 7 Bidan desa melanjutkan pendidikannya, sehingga hanya sekali-sekali ada di desa.
5.4.
Persepsi Stakeholders tentang Tindakan PelatihanPembinaan dalam Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh gambaran pelatihanpembinaan
dalam kemitraan pertolongan persalinan, dimana informan Kepala Puskesmas Kota Datar menyatakan bahwa kegiatan pelatihan dukun bayi selama masa jabatannya
sejak Tahun 2008 tidak pernah dilakukan. Informan menyatakan bahwa pelatihan dukun bayi terakhir kali dilakukan sekitar 15 tahun yang lalu.
Kegiatan yang telah dilakukan Puskesmas Kota Datar dalam upaya meningkatkan kemitraan antara bidan desa, kader dan dukun bayi baru sebatas
pemberian himbauan. Pemberian himbauan tersebut hanya mengundang perwakilan dari bidan desa, kader dan dukun bayi. Kegiatan tersebut baru dilaksanakan pada
Bulan November Tahun 2010. Informan kepala puskesmas menyatakan alasan mengapa baru dilakukan kegiatan tersebut adalah karena baru turunnya Bantuan
Operasional Kesehatan BOK dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Beberapa informan menyarankan agar kegiatan serupa lebih sering dilaksanakan,
jangan cuma sekali saja. Keberhasilan pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan dipengaruhi oleh komitmen semua stakeholders yang terkait.
Informan dukun bayi menyatakan bahwa dirinya tidak pernah dilatih dalam menolong persalinan. Hal ini benar dan tidak bertentangan dengan pernyataan Kepala
Puskesmas Kota Datar. Dukun bayi merasa keahlian yang dimilikinya berasal dari nenek moyang dan pemberian Yang Maha Kuasa. Maka tidak menjadi masalah
Universitas Sumatera Utara
baginya ada atau tidaknya pelatihan pertolongan persalinan, dia tetap menolong persalinan dengan cara yang dia tahu.
Persepsi dukun bayi terhadap pelatihanpembinaan pertolongan persalinan ini dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan informan. Pada umumnya dukun bayi
berumur 40 ke atas, pendidikannya maksimal SD dan kebanyakan tidak sekolah. Pada dasarnya tujuan dari pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan
adalah untuk menurunkan AKI. Upaya penurunan AKI memperhatikan 3 pesan kunci Making Pregnancy Safer MPS, antara lain: 1 Setiap persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih, 2 Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang memadai dan 3 Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran Depkes, 2003.
Usaha-usaha peningkatan pelayanan kesehatan seperti yang tercermin dalam program dukun latih memang bukan bertujuan untuk menghilangkan peranan yang
dimainkan oleh sistem perawatan kesehatan yang lama dan menggantinya dengan sistem perawatan kesehatan yang baru. Pendidikan yang diberikan dalam program
dukun latih justru terwujud sebagai pengakuan untuk menyelenggarakan enforcement pelayanan kesehatan kepada lembaga dukun bayi, khususnya
penyelenggaraan proses pertolongan persalinan bagi masyarakat yang tinggal di daerah-daerah dimana fasilitas pelayanan kesehatan baru sangat terbatas. Lebih dari
itu, dengan pendidikan yang diberikan, dukun bayi dianggap mampu menggantikan kehadiran fasilitas kesehatan yang baru yang diharapkan dapat meningkatkan taraf
kesehatan penduduk.
Universitas Sumatera Utara
5.5. Persepsi Stakeholders tentang PengawasanSupervisi dalam Pelaksanaan