Definisi Istilah Teknik Analisis Data Analisis Domain

hasil wawancara, b membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan yang dikatakan secara pribadi, c membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain dan d membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah berupa kesamaan atau alasan-alasan terjadinya perbedaan Bungin, 2007. 2. Data Sekunder yang diperoleh dari Profil Puskesmas Kota Datar Tahun 2008 dan Laporan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak PWS-KIA.

3.6. Definisi Istilah

1. Persepsi stakeholders adalah pandangan responden yang merupakan kombinasi dari penglihatan, pendengaran serta pengalaman yang dirasakan atau yang sedang dijalani mengenai kemitraan pertolongan persalinan 2. Stakeholders adalah pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan. 3. Pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, lembaga pemerintah dan kelompok masyarakat untuk bekerja sama meningkatkan pertolongan persalinan berdasarkan atas kesepakatan prinsip dan peranan masing-masing dalam usaha pertolongan persalinan.

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan untuk mengetahui bagaimana persepsi stakeholders tentang pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan di wilayah kerja Universitas Sumatera Utara Puskesmas Kota Datar adalah dengan cara mengolah dan menganalisis data dengan menggunakan teknik analisis domain domain analysis tipe sebab akibat, yaitu menjelaskan secara mendalam berdasarkan jawaban dan keterangan yang diperoleh dari informan Bungin, 2007. Tabel 3.1. Tema Wawancara kepada Informan Penelitian No TEMA WAWANCARA INFORMAN PENELITIAN Ka. Puskesmas Ka. Desa Bidan Koord. Puskesmas Bidan Staf Puskesmas Bidan Desa Kader Dukun Bayi 1 Bagaimana Pemahaman tentang kemitraan pertolongan persalinan a. Pengertian Kemitraan b. Manfaat Kemitraan        2 Keputusan yang diambil informan terhadap pelaksanaan kemitraan a. Keikutsertaan dalam kemitraan b. Tidak ikut serta dalam kemitraan       3 Kesepakatan dalam pelaksanaan kemitraan a. Apa yang menjadi tugas dalam kemitraan b. Siapa yang memberi tugas     4 Tindakan pelatihan pembinaan kemitraan a. Siapa yang mengadakan b. Kapan dilakukan frekuensi dilakukannya pelatihanpembina an    5 Pengawasan terhadap pelaksanaan kemitraan    6 Harapan terhadap pelaksanaan kemitraan        Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis Dalam melaksanakan kegiatannya, Puskesmas Kota Datar melayani tujuh desa yang ada di wilayah kerjanya, yaitu: 1. Desa Kota Datar 2. Desa Paluh Manan 3. Desa Tandem Hilir I 4. Desa Tandem Hilir II 5. Desa Tandem Hulu I 6. Tandem Hulu II 7. Desa Bulu Cina Batas wilayah kerja Puskesmas Kota Datar adalah sebagai berikut: a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat b. Sebelah Utara berbatas dengan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kota Rantang, Desa Paluh Kurau, Kecamatan Hamparan Perak d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak

4.1.2. Data Demografis

Universitas Sumatera Utara Secara administratif, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar pada Tahun 2008 sebanyak 57.779 jiwa 13.790 KK dengan luas wilayah 125,51 Ha. Secara rinci, jumlah penduduk dan KK Kepala Keluarga per desa dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kepala Keluarga No Desa Jumlah Penduduk jiwa Jumlah KK Persentase 1 Kota Datar 5927 1394 10,27 2 Paluh Manan 3259 857 5,65 3 Tandem Hilir I 10519 2742 18,22 4 Tandem Hilir II 8412 2103 14,57 5 Tandem Hulu I 4390 1255 7,61 6 Tandem Hulu II 12304 2117 21,31 7 Bulu Cina 12968 3322 22,47 Jumlah 57729 13790 100 Sumber : Profil Puskesmas Kota Datar Tahun 2008 Berdasarkan jenis kelamin, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 28.823 jiwa dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 28.906 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Persentase 1 Laki-laki 28823 49,93 2 Perempuan 28906 50,72 Jumlah 57729 100 Sumber : Profil Puskesmas Kota Datar Tahun 2008 4.1.3. Sarana Kesehatan Sarana kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar terdiri dari Puskesmas Pembantu Pustu, Pos Kesehatan Desa Poskesdes dan Posyandu. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Distribusi Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Universitas Sumatera Utara No Sarana Kesehatan Jumlah unit 1 Puskesmas Pembantu 2 2 Poskesdes 3 3 Posyandu 31 Jumlah 36 Sumber : Profil Puskesmas Kota Datar Tahun 2008 4.1.4. Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Kota Datar pada Tahun 2008 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Datar No Tenaga Kesehatan Jumlah orang 1 Dokter 5 2 Bidan 13 3 Perawat 7 4 Petugas Gizi 1 5 Pengelola Obat 1 6 Sanitarian 1 7 Perawat Gigi 1 8 Tata Usaha 1 9 Pekarya Kesehatan 1 10 Analis 1 Jumlah 32 Sumber: Profil Puskesmas Kota Datar Tahun 2008 4.2. Karakteristik Informan Informan dalam penelitian ini berjumlah 17 informan, yang terdiri dari 1 informan kepala puskesmas, 1 informan tokoh masyarakat kepala desa, 1 informan bidan koordinator puskesmas, 1 informan bidan staf puskesmas, 1 informan bidan desa, 2 informan kader, 2 informan dukun bayi dan 8 orang informan ibu hamil. Karakteristik informan dapat dilihat pada Tabel 4.5. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5. Distribusi Informan Berdasarkan Karakteristik Informan Stakeholders Umur tahun Jenis Kelamin Pendidikan 1 Kepala Puskesmas Kota Datar 39 tahun Laki-laki S1 Pendidikan Kedokteran 2 Kepala Desa 41 tahun Laki-laki SMA 3 Bidan Koordinator Puskesmas Kota Datar 31 tahun Perempuan DI Kebidanan 4 Bidan Staf Puskesmas Kota Datar 40 tahun Perempuan DIII Kebidanan 5 Bidan Desa 24 tahun Perempuan DIII Kebidanan 6 Kader 1 42 tahun Perempuan SMA 7 Kader 2 31 tahun Perempuan SMP 8 Dukun Bayi 1 48 tahun Perempuan Tidak Tamat SD 9 Dukun Bayi 2 48 tahun Perempuan Tidak Sekolah 10 Masyarakat 1 20 tahun Perempuan SD 11 Masyarakat 2 24 tahun Perempuan SD 12 Masyarakat 3 22 tahun Perempuan SD 13 Masyarakat 4 22 tahun Perempuan SD 14 Masyarakat 5 20 tahun Perempuan SD 15 Masyarakat 6 20 tahun Perempuan SD 16 Masyarakat 7 24 tahun Perempuan SD 17 Masyarakat 8 20 tahun Perempuan SD

4.3. Persepsi Informan

4.3.1. Persepsi Informan tentang Pengertian Kemitraan Pertolongan Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 informan yang diwawancarai, 6 orang informan mampu memberikan penjelasan tentang pengertian kemitraan pertolongan persalinan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Matriks Pernyataan Informan tentang Pengertian Kemitraan Universitas Sumatera Utara Pertolongan Persalinan Informan Stakeholders Pernyataan 1 Kepala Puskesmas Kota Datar “Artinya walaupun Puskesmas Kota Datar disini mempunyai kewenangan penuh di bidang kesehatan, bukan berarti semua masalah kesehatan bisa diatasi oleh puskesmas aja, jadi harus ada kemitraan dengan masyarakat, tokoh- tokoh masyarakat, kader dan dengan kecamatan, juga dengan bidan swasta dan fasilitas kesehatan alternatif” 2 Kepala Desa “Kemitraan atau kerjasama itu adalah kita sebagai pemerintahan desa yang bertanggungjawab atas masalah-masalah masyarakat kita, khususnya masalah kesehatan, menjalin kerjasama dengan puskesmas untuk mengatasi masalah- masalah kesehatan masyarakat” 3 Bidan Koodinator Puskesmas Kota Datar “Kemitraan itu ya adanya kerjasama lintas program maupun lintas sektoral” 4 Bidan Staf Puskesmas Kota Datar “Kemitraan itu ya kerjasama yang bagus antara bidan dengan dukun bayi” 5 Bidan Desa “Kemitraan itukan kerjasama antara bidan dengan dukun bayi dalam menolong persalinan” 6 Kader “Kemitraan itu kerjasama” 7 Kader “Gak tau” 8 Dukun Bayi “Apa ya? Gak tau” 9 Dukun Bayi “Gak tau aku” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa persepsi informan yang berbeda-beda ketika ditanyakan tentang pengertian kemitraan berdasarkan atas pengetahuan, pengalaman dan informasi yang diterima. 4.3.2. Persepsi Informan tentang Kapan Pertama Kali Mengetahui Adanya Program Kemitraan Pertolongan Persalinan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 orang informan yang diwawancarai, beberapa informan memberikan jawaban yang berbeda-beda ketika Universitas Sumatera Utara ditanyakan kapan pertama kali mengetahui adanya program kemitraan pertolongan persalinan. Ada 3 informan yang menyatakan sudah mengetahuinya sejak mereka bertugas atau menjabat di tempat tinggalnya masing-masing mengetahui sejak Tahun 2003, 2005 dan 1992, 5 informan yang menyatakan sudah mengetahuinya sejak bulan November Tahun 2010, dan 1 informan yang menyatakan belum pernah mengetahui tentang kemitraan pertolongan persalinan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Matriks Pernyataan Informan tentang Kapan Pertama Kali Mengetahui Adanya Program Kemitraan Pertolongan Persalinan Informan Stakeholders Pernyataan 1 Kepala Puskesmas Kota Datar “Sudah lama saya tau tentang kemitraan pertolongan persalinan itu, dari mulai saya dokter PTT di puskesmas ini Tahun 2003” 2 Kepala Desa Kalo kata kemitraan baru ini saya tau istilahnya, cuma kalo interaksi dengan pihak puskesmas sebenarnya sudah ada berjalan sejak saya jadi kepala desa disini, dari Tahun 2005” 3 Bidan Koordinator Puskesmas Kota Datar “Saya taunya itu Tahun 2010 kemaren” 4 Bidan Staf Puskesmas Kota Datar “Mulai dari saya jadi bidan staf Puskesmas Kota Datar dan bertempat tinggal disini dari Tahun 1992 lah” 5 Bidan Desa “Kira-kira bulan November Tahun 2010 kemaren, pas ada rapat disini” 6 Kader “Baru aja ya, bulan November Tahun 2010 kemarin kami dikumpulkan di puskesmas, baru disitu dikasi tau. Taunya dari dokter puskesmas, dia yang ngasih pengarahan” 7 Kader “Baru-baru dengar la, baru terakhir ini. Kan ada dikumpulkan bulan November Tahun 2010 kemaren kader-kader dan dukun-dukun bayi di puskesmas” Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7. Lanjutan 8 Dukun Bayi “Baru aja bulan November Tahun 2010 kemaren. Baru-baru rapat gitu lah” 9 Dukun Bayi “Aku belum pernah mendengar tentang kemitraan itu” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa persepsi informan yang berbeda-beda ketika ditanyakan tentang kapan pertama kali mengetahui adanya kemitraan pertolongan persalinan berdasarkan atas pengalaman kerja dan informasi yang diterima. 4.3.3. Persepsi Informan tentang Keputusan yang Diambil terhadap Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan

4.3.3.1. Persepsi Informan tentang Pendampingan dalam Memastikan Kehamilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3 informan yang diwawancarai, seluruh informan memberikan jawaban yang sama ketika ditanyakan tentang pendampingan oleh bidan desa dalam memastikan kehamilan. Seluruh informan menyatakan bahwa bidan tidak pernah mendampingi kader dalam memastikan kehamilan ibu. Kehamilan ibu hanya dicatat sewaktu posyandu saja. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Matriks Pernyataan Informan tentang Pendampingan dalam Memastikan Kehamilan Informan Stakeholders Pernyataan 1 Bidan desa “Pas posyandu aja dicatat jumlah ibu hamilnya. kalo memastikan ke rumah- rumah belum pernah” 2 Kader “Kalo pas posyandu itu ada ibu hamil, ya saya data. Kalau gak ada ke rumahnya. Kalau ke rumahnya saya berdua sama kawan sesama kader” 3 Kader “Bidan gak pernah ikut mencek ke rumah, cuma kita-kita aja” Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa jawaban yang diberikan informan ketika ditanyakan tentang pendampingan dalam memastikan kehamilan ibu ke rumah-rumah berdasarkan atas pengalaman. 4.3.3.2. Persepsi Informan tentang Apakah Telah Mengajak Ibu Hamil Agar Bersalin di Tenaga Kesehatan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3 informan yang diwawancarai, seluruh informan memberikan jawaban yang berbeda ketika ditanyakan tentang kegiatan mengajak atau menghimbau ibu-ibu hamil agar nantinya melakukan persalinan di tenaga kesehatan. Ada 2 informan yang menyatakan sudah mengajak ibu hamil agar nantinya melakukan persalinan pada tenaga kesehatan, 1 informan menyatakan mengalihkan tugasnya kepada bawahnya. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Matriks Pernyataan Informan tentang Sudah Mengajak Ibu Hamil untuk Melakukan Persalinan di Tenaga Kesehatan Informan Stakeholders Pernyataan 1 Kader “Udah mengajak, ia kata ibu hamil itu, tapi nyatanya cuma beberapa yang mau” 2 Kader “Udah..tapi dari beberapa ibu yang kita ajak, gak semuanya mau” 3 Kepala Desa “Bukan saya yang turun langsung, saya suruh kader-kader” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa kegiatan mengajak ibu hamil agar bersalin ke tenaga kesehatan yang telah dilakukan informan berdasarkan atas pemahaman dan kesadarannya terhadap tugas yang telah diberikan kepadanya. Universitas Sumatera Utara

4.3.3.3. Persepsi Informan tentang Pendampingan dalam Pertolongan Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3 informan yang diwawancarai, ketiganya memberikan jawaban yang berbeda-beda ketika ditanyakan tentang pendampingan dalam pertolongan persalinan. Ada 1 informan bidan desa yang menyatakan sama sekali belum pernah mendampingi dukun bayi dalam pertolongan persalinan dan 2 informan dukun bayi yang menyatakan terkadangjarang didampingi bidan desa dalam menolong persalinan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10. Matriks Pernyataan Informan tentang Pendampingan dalam Pertolongan Persalinan Informan Stakeholders Pernyataan 1 Bidan Desa “Selama saya jadi bidan desa, saya belum pernah mendampingi persalinan. Dukun itu seringnya sendiri. Udah gitu masyarakatnya gak mau datang bidannya, takut bayarnya mahal. Padahal gak juga, kita gak memperhitungkan biaya, tapi masyarakat itu langsung memperhitungkannya” 2 Dukun Bayi “Terkadang-terkadang. Kalo si ibu minta dipanggil bidan, ya kami kerja berdua. Kalo gak dipanggil, ya saya sendiri” 3 Dukun Bayi “Jarang” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa jarangnya pendampingan persalinan oleh bidan desa kepada dukun bayi berdasarkan atas kurang tegasnya bidan desa, kurangnya pengetahuan dan kesadaran dukun bayi agar selalu bermitra dengan bidan desa. Universitas Sumatera Utara 4.3.3.4. Persepsi Informan tentang Perbedaan Peran antara Dukun Bayi dengan Bidan dalam Menolong Persalinan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 4 informan yang diwawancarai, Seluruh informan memberikan jawaban yang sama ketika ditanyakan tentang perbedaan peran antara dukun bayi dengan bidan saat bersama-sama menolong persalinan. Seluruh informan menyatakan bahwa perbedaan peran antara dukun bayi dengan bidan adalah dimana si dukun bayi mendorong atau mengusuk perut si ibu dari atas, sedangkan si bidan yang menarik keluar si bayi dari bawah. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.11. Tabel 4.11. Matriks Pernyataan Informan tentang Perbedaan Peran antara Dukun Bayi dengan Bidan Saat Bermitra dalam Menolong Persalinan Informan Stakeholders Pernyataan 1 Bidan Staf Puskesmas Kota Datar “Kalau saya berdua dengan dukun bayi waktu menolong persalinan, nanti si dukunnya itu mengusuk si ibu tadi, ngasih air tawar, memandikan bayi terus mencuci pakaian ibu melahirkan dan bayinya itu” 2 Bidan Desa “Aku kan belum pernah menolong persalinan berdua dengan dukun bayi, tapi yang biasanya kudengar, si dukun bayi mendorong dan mengusuk si ibu, trus yang memotong tali pusat dan menyuntik si bidan” 3 Dukun Bayi “Kalo aku sendiri yang menolong persalinannya, kubungkus pake kain, nunggu bidannya datang. nanti bidannya yang memandikan anaknya, aku mengusut sama menyuci pakaiannya. Nanti sampai 9 hari kukusuk. Tapi kalo aku sama bidannya berdua, aku mendorong aja dari atas” 4 Dukun Bayi “Kalo aku sama bidan pas sama-sama menolong, aku dari atas aja, bidannya yang dibawah, nanti aku mengusuk. Biasanya aku nunggu sampe 40 hari” Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa perbedaan peran antara dukun bayi dengan bidan saat bersama-sama menolong persalinan berdasarkan atas pengalaman dan kebiasaan. 4.3.3.5. Persepsi Informan tentang Tindakan yang dilakukan saat menangani Proses Persalinan yang Tidak Aman Perdarahan, Lahir Sungsang dan Sebagainya Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 informan yang diwawancarai, keduanya memberikan jawaban yang berbeda ketika ditanyakan tentang tindakan yang dilakukan saat menangani proses persalinan yang tidak aman pendarahan, lahir sungsang dan sebagainya. Ada 1 informan yang menyatakan bahwa dia menyerahkan ke bidan, 1 informan menyatakan bahwa dia tidak menyerahkan ke bidan, melainkan tetap menanganinya. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.12. Tabel 4.12. Matriks Pernyataan Informan tentang Tindakan yang Dilakukan Saat Menangani Proses Persalinan yang Tidak Aman Perdarahan, Lahir Sungsang dan Sebagainya Informan Stakeholders Pernyataan 1 Dukun Bayi “Waktu nolong persalinan si ibu pendarahan, tapi cepat-cepat dipanggil bidannya, jadi ditolong dia” 2 Dukun Bayi “Banyak yang kutolong lahir malang, kubagusin sendiri aja. Misalnya gini, si bayi itu pantat dulu yang keluar, atau kaki dulu satu yang keluar, yaudah kutarik aja itu. Nanti pas uda keluar baru kubagusin, si ibunya tadi janganlah nengok” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa tindakan yang dilakukan dukun bayi saat menolong persalinan yang berisiko berdasarkan atas kurangnya Universitas Sumatera Utara kesadarannya untuk bermitra dan juga berdasarkan keyakinannya bahwa dia dapat menanganinya sendiri dengan ilmu yang diyakininya berasal dari Yang Maha Esa.

4.3.3.6. Persepsi Informan tentang Pencatatan Jumlah Persalinan yang Ditolong

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 informan yang diwawancarai, keduanya memberikan jawaban yang berbeda ketika ditanyakan tentang pencatatan jumlah persalinan yang ditolong. Ada 1 informan yang menyatakan tidak pernah mencatat jumlah persalinan yang ditolong, 1 informan lainya menyatakan pernah mencatat jumlah persalinan yang ditolong. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.13. Tabel 4.13. Matriks Pernyataan Informan tentang Pencatatan Jumlah Persalinan yang Ditolong Informan Stakeholders Pernyataan 1 Dukun Bayi “Udah 16 tahun saya menolong persalinan, gak pernah saya catat” 2 Dukun Bayi “Dulu pernah kucatat, tapi hilang. Sekarang gak pernah lagi. Bidan sekarang juga gak pernah nyuruh” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa kurangnya pengetahuan dan tidak adanya pembagian tugas yang jelas dalam kemitraan pertolongan persalinan mengakibatkan dukun bayi tidak mencatat jumlah persalinan yang ditolongnya. 4.3.3.7. Persepsi Informan tentang Pelaporan Jumlah Persalinan yang Ditolong ke Tenaga Kesehatan PuskesmasBidan Desa Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 informan yang diwawancarai, yang mana 1 dari informan yang menyatakan sudah pernah mencatat jumlah persalinan yang ditolongnya mengakui bahwa informan tidak pernah melaporkan Universitas Sumatera Utara jumlah persalinan yang mereka tolong ke tenaga kesehatan, baik itu kepada puskesmas ataupun bidan desa. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.14. Tabel 4.14. Matriks Pernyataan Informan tentang Pelaporan Jumlah Persalinan yang Ditolong ke Tenaga Kesehatan PuskesmasBidan Desa Informan Stakeholders Pernyataan 1 Dukun Bayi “Dulu pas aku nyatat persalinan yang kutolong, gak pernah kulaporkan, gak pernah juga diminta bidannya” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa kurangnya pengawasan bidan desa dan tidak adanya pembagian tugas yang jelas dalam kemitraan pertolongan persalinan mengakibatkan dukun bayi tidak menjalankan tugas yang seharusnya dilakukan. 4.3.3.8. Persepsi Informan tentang Rujukan Persalinan ke Bidan Desa dan Uang Transport yang Diperoleh Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3 informan yang diwawancarai, ketiganya memberikan jawaban yang berbeda ketika ditanyakan tentang rujukan persalinan ke bidan desa dan uang transport yang diperoleh. Ada 1 informan yang menyatakan tidak pernah menerima rujukan persalinan, 1 informan menyatakan tidak pernah merujuk persalinan dan 1 informan menyatakan pernah merujuk persalinan tetapi tidak mendapat uang transport. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.15. Tabel 4.15. Matriks Pernyataan Informan tentang Rujukan Persalinan ke Bidan Desa dan Uang Transport yang Diperoleh Informan Stakeholders Pernyataan 1 Bidan Desa “Selama saya jadi bidan desa disini belum pernah ada dukun yang merujuk persalinan ke saya” 2 Dukun Bayi “Kalo uda pendarahan, saya suruh ke bidan. Gak ada dikasih uang transport” 3 Dukun Bayi “Aku gak pernah merujuk ke bidan desa, kalo anaknya lahir malang, aku sendiri aja yang nolong” Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa masih ada dukun bayi yang tidak melakukan rujukan kepada bidan desa saat menangani persalinan yang tidak aman. 4.3.4. Persepsi Informan tentang Kesepakatan dalam Pelaksanaan Program Kemitraan Pertolongan Persalinan 4.3.4.1. Persepsi Informan tentang Pembagian Tugas dalam Program Kemitraan Pertolongan Persalinan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 6 informan yang diwawancarai, keenamnya memberikan jawaban yang sama ketika ditanyakan tentang pembagian tugas dalam kemitraan pertolongan persalinan. Seluruh informan menyatakan bahwa tidak ada pembagian tugas yang jelas antara bidan dengan dukun bayi saat bermitra dalam menolong persalinan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.16. Tabel 4.16. Matriks Pernyataan Informan tentang Pembagian Tugas dalam Program Kemitraan Pertolongan Persalinan Informan Stakeholders Pernyataan 1 Bidan Staf Puskesmas Kota Datar “Kebetulan untuk desa saya ini kemitraan udah berjalan lumayan baik. Sejak dulu uda saya tekankan, dukun bayi bisanya cuma menemani, dia tidak bertindak apa- apa dan alhamdulilah mereka nurut” 2 Bidan Desa “Yang saya tau, sejauh ini belum ada pembagian tugas. Cuma kalo dukun dan bidan ada, uda inisiatif sendiri apa yang mau dikerjakan. Si dukun pun jadinya mengurut-urut aja” 3 Kader “Ya tugas saya, kalo disuruh bilang ke ibu-ibu hamil supaya bersalin sama bidan, ya saya kerjakan” 4 Kader “Apa ya? Paling saya cuma mencatat jumlah ibu hamil pas posyandu” Universitas Sumatera Utara Tabel 4.16. Lanjutan 5 Dukun Bayi “Kalo saya sama bidan yang nolong, ya paling saya mengurut, mendorong dari atas. Biasanya saya yang nyuci baju ibu itu. Ngasih air tawar juga” 6 Dukun Bayi “Kalo menolong persalinan berdua sama bidan, aku di atas aja, bidannya yang dibawah” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa tidak adanya pembagian tugas yang jelas dalam kemitraan pertolongan. Tugas yang dijalankan masing-masing orang berdasarkan atas inisiatif dan kebiasaan yang mereka lakukan. 4.3.4.2. Persepsi Informan tentang Siapa yang Membagi Tugas dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 6 informan yang diwawancarai, beberapa memberikan jawaban yang berbeda ketiga ditanyakan tentang siapa yang membagi tugas dalam kemitraan pertolongan persalinan. Ada 4 informan yang menyatakan tidak ada yang membagi tugas dalam kemitraan pertolongan persalinan dan 2 informan kader menyatakan bidan desa yang membagi tugasnya dalam kemitraan pertolongan persalinan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.17. Tabel 4.17. Matriks Pernyataan Informan tentang Siapa yang Membagi Tugas dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan Informan Stakeholders Pernyataan 1 Bidan Staf Puskesmas “Gak ada” 2 Bidan Desa “Gak ada pastinya” 3 Kader “Bidan desa” 4 Kader “Bidan desa” 5 Dukun Bayi “Gak ada” 6 Dukun Bayi “Gak ada” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa tugas kader dalam kemitraan pertolongan persalinan diberitahu oleh bidan desa, sedangkan untuk tugas Universitas Sumatera Utara bidan desa dan dukun bayi dalam kemitraan pertolongan persalinan, tidak ada yang membaginya. 4.3.4.3. Persepsi Informan tentang Kendala yang Dihadapi dalam Pembagian Tugas dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 6 informan yang diwawancarai, keenamnya memberikan jawaban yang sama ketika ditanyakan tentang kendala yang dihadapi dalam pembagian tugas dalam kemitraan pertolongan persalinan. Seluruh informan menyatakan bahwa tidak ada kendala yang dihadapi dalam pembagian tugas kemitraan pertolongan persalinan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.18. Tabel 4.18. Matriks Pernyataan Informan tentang Kendala yang Dihadapi dalam Pembagian Tugas dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan Informan Stakeholders Pernyataan 1 Bidan Staf Puskesmas “Kalo kendala saya rasa gak ada” 2 Bidan Desa “Gak ada kendala” 3 Kader “Gak ada kendala” 4 Kader “Gak ada kendala” 5 Dukun Bayi “Gak ada kendala, enak-enak aja” 6 Dukun Bayi “Gak ada kendala” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada kendala yang dihadapi informan dalam pembagian tugas kemitraan pertolongan persalinan.

4.3.5. Persepsi Informan tentang Tindakan PelatihanPembinaan dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan

4.3.5.1. Persepsi Informan tentang PelatihanPembinaan dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 informan yang diwawancarai, semuanya memberikan jawaban yang sama ketika ditanyakan tentang pelatihanpembinaan dalam kemitraan pertolongan persalinan. Semuanya menyatakan Universitas Sumatera Utara bahwa tidak ada pelatihan yang dilakukan hanya sebatas himbauansosialisasi saja. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.19. Tabel 4.19. Matriks Pernyataan Informan tentang Tindakan Pelatihan Pembinaan dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan Informan Stakeholders Pernyataan 1 Kepala Puskesmas Kota Datar “Kalo untuk pelatihan secara formal gak pernah ya, dulu memang sudah pernah ada pelatihan, sudah lama sekali, persisnya saya kurang tau. Yang baru kami lakukan itu semacam sosialisasi bulan 12 Tahun 2010, itu dananya dari Bantuan Operasional Kesehatan BOK” 2 Kepala Desa “Kami melakukan pengarahan kepada kader, sekali dalam setahun” 3 Bidan Koordinator Puskesmas Kota Datar “Kalo pelatihan untuk dukun, yang sekarang-sekarang ini belum ada, cuma sebelumnya sudah pernah dilakukan, udah lama, sekitar 15 tahun yang lalu” 4 Bidan Staf Puskesmas Kota Datar “Kalo untuk pelatihan dukun bayi, udah lama sekali dilakukan. Yang saya tau sampai saat ini belum pernah lagi dibuat pelatihan dukun bayi atau dukun bayi terlatih” 5 Bidan Desa “Selama saya disini belum ada saya liat pelatihan dukun bayi” 6 Kader “Bulan 12 kemaren kami dikumpulkan, gak ada pelatihan, cuma dikasi arahan- arahan aja” 7 Kader “Gak ada yang namanya pelatihan, kami cuma dikumpulkan aja di puskesmas, terus kepala puskesmasnya ngasih pengarahan, sekitar bulan 12 kemarin la” 8 Dukun Bayi “Gak pernah dilatih. Aku memang keturunan katanya, dari nenek moyang dulu, jadi gak pernah belajar” 9 Dukun Bayi “Dulu pernah ada pelatihan, uda lama, sekitar 15 tahun yang lalu. Dulu dipanggil ke puskesmas dukun-dukun bayinya, tapi gak semua, sebagian aja” Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa kegiatan pelatihan sudah lama tidak dilakukan di wilayah kerja puskesmas ini. Kegiatan terkait kemitraan pertolongan persalinan yang dilakukan hanya berupa sosialisasi kepada perwakilan dari bidan desa, dukun bayi dan kader.

4.3.5.2. Persepsi Informan tentang Kendala yang Dihadapi dalam Kegiatan PelatihanPembinaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3 informan yang diwawancarai, ketiganya memberikan jawaban yang berbeda ketika ditanyakan tentang kendala yang dihadapi dalam kegiatan pelatihanpembinaan. Ada 1 informan menyatakan ada kendala yang dihadapi saat melakukan himbauansosialisai kemitraan pertolongan persalinan dan 2 informan menyatakan tidak ada kendala yang dihadapi dalam kegiatan himbauansosialisasi. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.20. Tabel 4.20. Matriks Pernyataan Informan tentang Kendala yang Dihadapi dalam Kegiatan PelatihanPembinaan Informan Stakeholders Pernyataan 1 Kepala Puskesmas Kota Datar “Kendalanya, ya kalau kita mengundang kader, bidan desa dan dukun bayi, ya butuh biaya, nanti kita ngasih uang transportnya. Tapikan besarnya anggaran itu terbatas, jadi kita cuma memanggil perkawilan dari kader, bidan desa dan dukun bayi” 2 Kepala Desa “Kayaknya gak ada” 3 Bidan Koordinator Puskesmas Kota Datar “Tidak ada masalah” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa kendala yang dihadapi dalam pengadaan sosialisasi kemitraan pertolongan persalinan kepada perwakilan dari bidan desa, dukun bayi dan kader adalah masalah biaya operasional. Universitas Sumatera Utara 4.3.5.3. Persepsi Informan tentang Upaya Penanggulangan terhadap Kendala yang Dihadapi dalam Kegiatan PelatihanPembinaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3 informan yang diwawancarai dimana 1 informan yang memberikan jawaban ada kendala yang dihadapi dalam kegiatan himbauansosialisasi, menyatakan bahwa tidak ada upaya penanggulangan terhadap kendala yang dihadapi dalam kegiatan himbauansosialisasi kemitraan pertolongan persalinan. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.21. Tabel 4.21. Matriks Pernyataan Informan tentang Upaya Penanggulangan terhadap Kendala yang Dihadapi dalam Kegiatan Pelatihan Pembinaan Informan Stakeholders Pernyataan 1 Kepala Puskesmas Kota Datar “Belum ada upaya yang dilakukan dilakukan untuk menanggulanginya” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa Kepala Puskesmas Kota Datar selaku pihak yang memiliki kewenangan penuh di bidang kesehatan untuk wilayah kerjanya, belum melakukan upaya pengendalian terhadap kendala yang dialami sosialisasi kemitraan pertolongan persalinan. 4.3.6. Persepsi Informan tentang PengawasanSupervisi dalam Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan 4.3.6.1. Persepsi Informan tentang Pengawasan yang telah Dilakukan dalam Pelaksanan Kemitraan Pertolongan Persalinan Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari 3 informan yang diwawancarai, semuanya memberikan jawaban yang sama ketika ditanyakan tentang pengawasan supervisi yang telah dilakukan dalam pelaksanaan kemitraan persalinan. Ketiganya menyatakan telah melakukan pengawasansupervisi dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.22. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.22. Matriks Pernyataan Informan tentang PengawasanSupervisi yang telah Dilakukan dalam Pelaksanaan Kemitraan Persalinan Informan Stakeholders Pernyataan 1 Kepala Puskesmas Kota Datar “Kalau saya lebih kepada staf saya, misalnya kepada bidan desanya. Kita lihat apakah sudah ada register tentang jumlah ibu hamil, register tentang jumlah bayi yang ada di wilayah kerja dia, gitu” 2 Kepala Desa “Pengawasan kepada kader-kader aja gitu” 3 Bidan Koordinator Puskesmas Kota Datar “Ya ada pengawasan. Saya cek laporan mereka terkait jumlah ibu hamil, jumlah ibu yang melahirkan, dll” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa informan telah mengetahui fungsinya sebagai pengawassupervisi dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan.

4.3.6.2. Persepsi Informan tentang Kendala yang Dihadapi dalam

PengawasanSupervisi Kemitraan Pertolongan Persalinan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3 informan yang diwawancarai, seluruh informan memberikan jawaban yang sama ketika ditanyakan tentang kendala yang dihadapi dalam pengawasansupervisi pelaksanaan kemitraan persalinan. Ketiganya menyatakan bahwa tidak ada kendala yang dihadapi dalam pengawasansupervisi pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.23. Tabel 4.23. Matriks Pernyataan Informan tentang Kendala yang Dihadapi dalam PengawasanSupervisi Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan Informan Stakeholders Pernyataan 1 Kepala Puskesmas Kota Datar “Kalau untuk pengawasan, saya kira tidak ada kendala” 2 Kepala Desa “Gak ada” 3 Bidan Koordinator Puskesmas Kota Datar “Setahu saya tidak ada kendala” Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada kendala yang dihadapi informan dalam pengawasansupervisi kemitraan pertolongan persalinan. 4.3.7. Persepsi Informan tentang ManfaatKeuntungan yang Dirasakan dari Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 informan yang diwawancarai, seluruh informan merasakan manfaat ketika ditanyakan tentang manfaatkeuntungan yang dirasakan dari pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan, manfaat yang dirasakan yaitu kemitraan pertolongan persalinan mampu menekan Angka Kematian Ibu AKI, mencegah infeksi, tugas yang dikerjakan lebih ringan dan rasa aman. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.24. Tabel 4.24. Matriks Pernyataan Informan tentang ManfaatKeuntungan yang Dirasakan dari Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan Informan Stakeholders Pernyataan 1 Kepala Puskesmas Kota Datar “Paling enggak menekan AKI. Kemudian kita bisa memantau jumlah ibu hamil” 2 Kepala Desa “Yang saya rasakan, kalau bidan desa dan dukun bayi sudah mau bekerja sama dan masyarakatpun sudah tidak ada masalah, masyarakat terlayani, rasanya kita bangga” 3 Bidan Koordinator Puskesmas Kota Datar “Manfaatnya terutama untuk menekan AKI. Biasakan kalau ada kelainan persalinan, si dukun cepat manggil kita, kita bisa cepat-cepat merujuk. Ya, ibu hamil bisa mendapat pelayanan yang standar la” 4 Bidan Staf Puskesmas Kota Datar “Saya senang aja bermitra dengan dukun, misalnya gini, kalo saya sibuk ya tinggal saya suruh aja dukunnya yang mandikan bayinya” 5 Bidan Desa “Manfaatnya untuk menekan AKI, mencegah infeksi” Universitas Sumatera Utara Tabel 4.24. Lanjutan 6 Kader “Si ibu tadi yang ditolongnya sehat, gak kayak kemarin ada ibu ditolong dukun bayi, anaknya yang lahir sesak nafas kerna tertelan air ketuban” 7 Kader “Sekarang dukun sama bidan udah join, jadi uda lumayan, gak kayak dulu, dukun selalu sendiri” 8 Dukun Bayi “Enak, ringan gitu. Kerjaan cepat siap” 9 Dukun Bayi “Sebenarnya aku merasa lebih aman sama bidan. Bidan kan ada sekolahnya, aku enggak” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa seluruh informan merasakan manfaat dari pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan, diantaranya: menekan AKI, mencegah komplikasi kehamilan dan persalinan dan meringankan beban kerja antara dukun bayi dan bidan desa dalam memandikan bayi.

4.3.8. Pernyataan Informan tentang Saran terhadap Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 informan yang diwawancarai, seluruh informan memiliki saran terhadap pelaksanaan program kemitraan pertolongan persalinan. Saran yang dinyatakan informan antara lain ialah kesejahteraan bidan desa sebaiknya lebih diperhatikan, pemantauan oleh kepala puskesmas sebaiknya lebih ditingkatkan, kegiatan pertemuan antara dukun bayi dan bidan desa sebaiknya lebih sering dilaksanakan, hendaknya kesenjangan antara bidan desa dan dukun bayi diminimalisir dan hendaknya antara dukun bayi dan bidan desa lebih ditingkatkan lagi kerjasamanya. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.25. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.25. Matriks Pernyataan Informan tentang Saran terhadap Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan Informan Stakeholders Pernyataan 1 Kepala Puskesmas Kota Datar “Saya rasa kita harus lebih fokus kepada bidan desa, karena disini sebenarnya yang lebih berperab itukan bidan desa, supaya lebih diperhatikan lagi kesejahteraannya” 2 Kepala Desa “Yang saya harapkan maunya sering pemantauanlah dari kepala puskesmas, dari atasan kurang ada tekanan kepada bidan desa” 3 Bidan Koordinator Puskesmas Kota Datar “Maunya sering dilakukanlah semacam pertemuan dengan dukun bayi, selama ini kan jarang. Dikasi penyegaranlah, gitu aja” 4 Bidan Staf Puskesmas “Ya supaya terjalin kerja sama yang baik antara dukun dengan bidan. Jangan sampai ada kesenjangan. Jangan sampe ada dukun yang menganggap kalo bidan datang malah menganggu tugasnya. Trus bidan juga maunya jangan ada anggapan gini, mentang dia berpendidikan, dia merasa dukun ini gak ada apa-apanya, gitu. Kalo saya dulu bisa menjalin kerjasama dengan mereka, kenapa yang lain gak bisa” 5 Bidan Desa “Sarannya itu supaya dukun mau bermitra dengan kami” 6 Kader “Maunya bidannya jangan sombonglah sama masyarakatnya” 7 Kader “Supaya dukun itu lebih dibimbing lagi. Jangan cuma sebatas sekali. Maunya sering-seringlah dipanggil untuk dikasi pengarahan” 8 Dukun Bayi “Supaya bagus ajalah gitu” 9 Dukun Bayi “Maunya aku sama bidan jalan berdua” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa ada beberapa saran yang dikemukaan informan mengenai pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan diantarnya: agar kesejahteraan bidan desa lebih diperhatikan, agar pemantauan kepala puskesmas lebih ditingkatkan, agar kegiatan sosialisasi kemitraan pertolongan Universitas Sumatera Utara persalinan lebih sering dilakukan dan agar lebih tercipta hubungan yang baik antar bidan desa dan dukun bayi. 4.4. Persepsi Informan Ibu Hamil yang diperoleh melalui teknik Diskusi Berkelompok Focus Group Discussion

4.4.1. Persepsi Informan tentang Pihak yang Sebaiknya Menolong Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 informan ibu hamil yang berpartisipasi dalam focus group discussion, beberapa memberikan jawaban yang berbeda ketika ditanyakan tentang siapa sebaiknya yang menolong persalinan. Ada 6 informan yang menyatakan bahwa sebaiknya bidan yang menolong persalinan dan 2 informan menyatakan sebaiknya dukun bayi yang menolong persalinan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.26. Tabel 4.26. Matriks Pernyataan Informan tentang Pihak yang Sebaiknya Menolong Persalinan Informan Pernyataan 1 “Bidan, karna bidan kan lebih ngerti” 2 “Bidan, kalo bidan yang nolong aman” 3,4,7,8 “Bidan” sama pendapatnya dengan informan 1 5,6 “Dukun beranak, karena aku lebih suka aja ditolong dukun beranak” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa persepsi informan mengenai pihak yang sebaiknya menolong persalinan dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman. 4.4.2. Persepsi Informan tentang Pihak yang akan Menolong Persalinannya dan Tempat yang dipilih untuk Bersalin Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 informan ibu hamil yang berpartisipasi dalam focus group discussion, beberapa informan memberikan jawaban berbeda-beda ketika ditanyakan mengenai pilihan tentang siapa yang akan menolong Universitas Sumatera Utara persalinan dan tempat yang dipilih untuk bersalin. Ada 5 informan yang menyatakan akan bersalin di rumah dan ditolong oleh bidan, 1 informan menyatakan akan bersalin di rumah dan ditolong oleh dukun bayi dan bidan, serta 2 informan menyatakan akan bersalin di rumah dan ditolong oleh dukun bayi. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.27. Tabel 4.27. Matriks Pernyataan Informan tentang Pihak yang Akan Menolong Persalinannya dan Tempat yang Dipilih untuk Bersalin Informan Pernyataan 1 “Di rumah, rencananya nanti ditolong bidan dan dukun beranak..orang tuaku nyuruhnya gitu, jadi ya ngikut aja” 2,3 “Di rumah, ditolong bidan aja. Karena sebelumnya juga kayak gitu” 4,7,8 “Di rumah” sama pendapatnya dengan informan 2 dan 3 5,6 “Rencanaku di rumah, lebih enak aja, nyaman gitu. Yang menolong dukun beranak, karena dukun mengusut juga. Nanti dikasi air tawar dan biasanya sama kita sampe 40 hari, memang orang itu pulang- pulang ke rumahnya, gak menetap tempat aku” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pemilihan informan mengenai pihak yang aman menolong persalinan dan tempat yang akan dipilih untuk bersalin dipengaruhi oleh pengalaman dan informasi yang diterima.

4.4.3. Persepsi Informan tentang Penyebab Persalinan ke Dukun Bayi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 informan ibu hamil yang berpartisipasi dalam focus group discussion, beberapa informan memberikan jawaban yang berbeda ketika ditanyakan tentang faktor yang menyebabkan kebanyakan persalinan ke dukun bayi. Ada 1 informan yang menyatakan penyebabnya adalah karena dukun bayi mengerti tentang ilmu gaib, 1 informan menyatakan tidak tau Universitas Sumatera Utara penyebabnya dan 6 informan menyatakan penyebabnya adalah karena biaya persalinan ke dukun bayi relatif murah. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.28. Tabel 4.28. Matriks Pernyataan Informan tentang Penyebab Persalinan ke Dukun Bayi Informan Pernyataan 1 “Katanya dukun beranak lebih ngerti tentang-tentang gaib. Disini katanya banyak juga yang hamil dan bersalinnya diganggu mahluk halus” 2 “Kenapa ya? Kurang tau aku” 3 “Kalo ditolong dukun beranak murah, sekitar 90 ribu kalau gak salah” 4,7,8 “Orang-orang banyak ke dukun beranak karena katanya murah. Kita kan disini kebanyakan kurang mampu, kalau memang gak punya duit untuk membayar dukun beranak, ya gak apa-apa, atau paling dukun beranaknya dikasi beras. Dukunnya pun biasanya gak nolak dan gak ada ditentukannya harga yang mesti dibayar ibu bersalin. Terus banyak juga ibu-ibu disini yang malu ke posyandu gak pernah ikut posyandu, ujung-ujungnya melahirkan sama dukun beranak tadi lah” 5,6 “Dukun itu enak, sabar dia. Lagian keluarga kami banyak ke dukun beranak, aman-aman aja. Lagian sama dukunnya lumayan dekat. Sama kayak yang dibilang tadi, murah harganya. Kalo bersalin sama bidan mahal” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa persepsi informan tentang penyebab persalinan kebanyakan ke dukun bayi dipengaruhi oleh adat istiadat masyarakat, pengalaman dan informasi yang diterima.

4.4.4. Persepsi Informan tentang Risiko Persalinan yang Ditolong oleh Dukun Bayi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 informan ibu hamil yang berpartisipasi dalam focus group discussion, seluruh informan memberikan jawaban yang sama ketika ditanyakan tentang ada tidaknya risiko persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. Seluruh informan menyatakan tidak ada risiko persalinan jika ditolong oleh dukun bayi. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.29. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.29. Matriks Pernyataan Informan tentang Risiko Persalinan yang Ditolong oleh Dukun Bayi Informan Pernyataan 1 “Gak ada risiko, enak-enak aja” 2 “Gak ada” 3 “Kayaknya gak ada. Malah hari itu pernah ada ibu hamil, uda sembilan bulan umur hamilnya, gak taunya uda 2 hari gak bergerak bayi yang di dalam perutnya. Katanya diganggu sama roh gaib, jadi dipanggillah dukun beranak, keluarlah anaknya. Tapi memang uda mati didalam” 4,7,8 “Kurasa gak ada lah” sama pendapatnya dengan informan 1 dan 2 5,6 “Ia gak ada. Pas la yang dibilang ibu itu menunjuk ke informan 3, dukun beranak kan bisa ilmu gaib, kalo hamil atau bersalin itu diganggu, ya langsung dia dukun beranak yang nolong” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa persepsi informan tentang risiko persalinan yang ditolong oleh dukun bayi dipengaruhi oleh informasi yang diterima.

4.4.5. Persepsi Informan tentang Pendampingan kepada Dukun Bayi dalam Menolong Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 informan ibu hamil yang berpartisipasi dalam focus group discussion, beberapa informan memberikan jawaban yang berbeda-beda ketika ditanyakan tentang perlunya pendampingan dukun bayi oleh bidan dalam menolong persalinan. Ada 6 informan yang menyatakan dukun perlu didampingi bidan dalam menolong persalinan dan 2 informan menyatakan dukun tidak perlu didampingi bidan dalam menolong persalinan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.30. Tabel 4.30. Matriks Pernyataan Informan tentang Pendampingan kepada Dukun Bayi dalam Menolong Persalinan Informan Pernyataan 1 “Kayaknya didampingi bidan juga lah maunya” 2,3,4,7,8 “Perlu didampingi, bidan kan lebih pandai, ada sekolahnya” Universitas Sumatera Utara Tabel 4.31. Lanjutan 5,6 “Kalo sendiripun gak apa-apa kurasa..kalo dukunnya sanggup ya gak perlu lah bidan” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa persepsi informan tentang pendampingan kepada bidan desa dalam melakukan persalinan dipengaruhi oleh pengetahuan informan.

4.4.6. Persepsi Informan tentang Kerjasama antara Bidan dengan Dukun Bayi dalam Menolong Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 informan ibu hamil yang berpartisipasi dalam focus group discussion, seluruhnya memberikan jawaban yang sama ketika ditanyakan tentang persepsi mereka tentang kerjasama yang terjalin antara bidan dengan dukun bayi dalam menolong persalinan. Seluruh informan menyatakan tidak tahu tentang kerjasama yang terjalin antara bidan dengan dukun bayi. Hal tersebut dapat dilihat pad Tabel 4.31. Tabel 4.31. Matriks Pernyataan Informan tentang Kerjasama antara Bidan dengan Dukun Bayi dalam Menolong Persalinan Informan Pernyataan 1 “Gak tau” 2,3,4,5,6,7,8 “Cemana ya? Gak tau aku” sama pendapatnya dengan informan 1 Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa persepsi informan tentang perlunya kerjasama antara bidan desa dengan dukun bayi dipengaruhi oleh pengetahuannya. Universitas Sumatera Utara 4.4.7. Persepsi Informan tentang Kemitraan Pertolongan Persalinan yang Melibatkan Bidan Desa, Dukun Bayi, Kader dan Tokoh Masyarakat Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 informan ibu hamil yang berpartisipasi dalam focus group discussion, seluruhnya memberikan jawaban yang sama ketika ditanyakan tentang pengetahuannya terkait kemitraan pertolongan persalinan yang melibatkan bidan desa, dukun bayi, kader dan tokoh masyarakat. Seluruh informan menyatakan belum pernah mendengar dan tidak bisa menjelaskan serta memberi tanggapan mengenai kemitraan yang dimaksud. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.32. Tabel 4.32. Matriks Pengetahuan Informan tentang Kemitraan Pertolongan Persalinan yang Melibatkan Bidan Desa, Dukun Bayi, Kader dan Tokoh Masyarakat Informan Pernyataan 1 “Belum pernah dengar aku tentang itu” 2,3,4,5,6,7,8 “Sama, gak pernah dengar aku itu” sama pendapatnya dengan informan 1 Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa persepsi informan tentang pemahaman kemitraan pertolongan persalinan yang melibatkan bidan desa, dukun bayi, kader dan tokoh masyarakat dipengaruhi oleh pengetahuannya. 4.4.8. Persepsi Informan tentang Manfaat Kemitraan Pertolongan Persalinan antara Bidan dengan Dukun Bayi Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 informan ibu hamil yang berpartisipasi dalam focus group discussion, seluruh informan memberikan jawaban ketika ditanyakan tentang manfaat kemitraan pertolongan persalinan antara bidan dengan dukun bayi. Seluruh informan yang menyatakan risiko atau gangguan Universitas Sumatera Utara melahirkan lebih sedikit jika ditolong oleh bidan dan dukun bayi yang bermitra. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.33. Tabel 4.33. Matriks Pernyataan Informan tentang Manfaat Kemitraan Pertolongan Persalinan antara Bidan dengan Dukun Bayi Informan Pernyataan 1 “Kalau ada gangguan, bisa langsung dirujuk bidan ke Rumah Sakit” 2 “Kalau ditolong dukun yang didampingi bidan, kurasa risiko melahirkannya dikit” 3,4,7,8 “Ia, pas yang dibilang ibu itu” sama pendapatnya dengan informan 1 dan 2 5,6 “Biar ibu sama anak sama-sama sehat” Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa persepsi informan tentang manfaat kemitraan pertolongan persalinan antara bidan dengan dukun bayi dipengaruhi oleh pengetahuan informan.

4.4.9. Pernyataan Informan tentang Saran terhadap Kemitraan Pertolongan Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 informan ibu hamil yang berpartisipasi dalam focus group discussion, saran yang dinyatakan informan adalah bahwa sebaiknya bidan selalu mendampingi dukun bayi dalam menolong persalinan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.34. Tabel 4.34. Matriks Pernyataan Informan tentang Saran terhadap Kemitraan Pertolongan Persalinan antara Bidan dengan Dukun Bayi Informan Pernyataan 1 “Kalau bisa maunya sekarang dukun beranak jangan jalan sendiri, berdua aja sama bidan” 2,3,4,7,8 “Ia, dukun beranak jalan berdua aja maunya sama bidan” sama pendapatnya dengan informan 1 5,6 “Aku pun setuju juga sama pendapat ibu itu” sama pendapatnya dengan informan yang lain Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa persepsi informan tentang saran terhadap kemitraan pertolongan persalinan dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman informan.

4.5. Analisis Domain

Analisis domain yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe sebab akibat yaitu untuk menganalisis persepsi stakeholders tentang pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, dengan memberikan makna atau arti pada kata, kalimat atau ucapan yang diberikan informan ketika menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya melalui metode wawancara mendalam in-depth interview. Dengan demikian secara kontekstual hasil domain dapat dirumuskan seperti pada Tabel 4.35. Tabel 4.35. Persepsi Stakeholders tentang Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 Pengetahuan tentang kemitraan pertolongan persalinan Hubungan semantik tipe sebab akibat Persepsi stakeholders tentang pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan 1. Keikutsertaan dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan 2. Kesepakatan dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan 3. Bentuk kerjasama dalam kemitraan pertolongan persalinan 4. Pelatihanpembinaan dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan 5. Pengawasan terhadap pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan Universitas Sumatera Utara Pengetahuan memiliki hubungan semantik tipe sebab akibat dengan persepsi stakeholders tentang keikutsertaan dalam kemitraan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan stakeholders yang dipengaruhi oleh informasi yang diterima dan pengalaman. Seluruh stakeholders memberikan persepsi yang sama bahwa mereka telah ikut serta dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan, namun dalam keikutsertaan stakeholders pada kemitraan pertolongan persalinan, peran dan fungsi masing-masing belum benar-benar berjalan. Pengetahuan memiliki hubungan semantik tipe sebab akibat dengan persepsi informan tentang kesepakatan yang dijalin dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan, yaitu stakeholders memberikan persepsi yang berbeda-beda tentang kesepakatan yang terjalin dalam progam tersebut. Beberapa informan menyatakan telah disepakati batasan-batasan dalam kemitraan pertolongan persalinan, namun ada yang menyatakan tidak ada kesepakatan dalam kemitraan pertolongan persalinan. Perbedaan persepsi stakeholders tersebut dipengaruhi oleh masing kurangnya pengetahuan stakeholders tentang kemitraan pertolongan persalinan, khususnya mengenai kesepakatan yang telah ditentukan. Pengetahuan juga memiliki hubungan semantik tipe sebab akibat dengan persepsi informan tentang bentuk kerjasama yang dilakukan dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan, yaitu informan memberikan persepsi yang berbeda-beda tentang bentuk kerjasama yang mereka jalin dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan. Hal ini disebabkan karena berbedanya tingkat pengetahuan informan tentang kemitraan pertolongan persalinan sehingga Universitas Sumatera Utara mengakibatkan kerjasama yang terjalin dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan belum berjalan secara optimal. Pengetahuan memiliki hubungan semantik tipe sebab akibat dengan persepsi informan tentang tindakan pelatihan kemitraan pertolongan persalinan, yaitu informan memberikan persepsi yang sama tentang pelatihan kemitraan pertolongan persalinan. Seluruh informan menyatakan bahwa tidak ada pelatihan yang dilakukan oleh pihak puskesmas terkait pertolongan persalinan, namun pada bulan November Tahun 2010 telah dilakukan pertemuan untuk mensosialisasikan kemitraan pertolongan persalinan kepada perwakilan dari bidan desa, kader dan dukun bayi. Pengetahuan memiliki hubungan semantik tipe sebab akibat dengan persepsi stakeholders tentang pengawasan terhadap pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan, yaitu stakeholders kepala puskesmas, kepala desa dan bidan koordinator puskesmas memberikan persepsi yang sama tentang pengawasan terhadap pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan, bahwa telah melakukan pengawasan sesuai dengan tanggung jawabnya dalam kemitraan pertolongan persalinan. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan stakeholders tentang peran dan fungsinya dalam kemitraan pertolongan persalinan. Universitas Sumatera Utara BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Stakeholders tentang Adanya Kemitraan Pertolongan

Dokumen yang terkait

perilaku bidan dalam penatalaksanaan pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 41 81

Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 16

Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 10

Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 33

Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 1

Cover perilaku bidan dalam pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 0 14

Abstract perilaku bidan dalam pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 0 2

Appendix perilaku bidan dalam pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 0 14