Teori Estetika Landasan Teori

Tetapi struktur pada tataran bahasa sebagai sistem, sebagai kompetensi, dengan istilah Chomsky, lain sekali halnya. Untuk itu dapat dimanfaatkan definisi Jean Piaget, yang menurut parafrase Hawkes menunjukkan tiga aspek konsep struktur : a. ”The idea of wholeness, internal coherence: its constituent parts will conform to a set of intrinsic laws which determine its nature and theirs; b. The idea of transformation: the structure is capable of transformation procedures, whereby new material is constantly processed by and thougt it; c. The idea of self-regulation: the structure makes no appeals beyond itself in order to validate its transformational procedures, it is sealed off referencesto other systems.” a. Gagasan keseluruhan, koherensi intrinsik, bagian-bagiannya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah intrinsik yang menentukan baik keselurukan struktur maupun bagian-bagiannya; b. Gagasan transformasi: yang terus-menerus memungkinkan pembentukan bahan-bahan baru; c. Gagasan regulasi diri: struktur tidak memerlukan hal-hal di luar dirinya untuk mempertahankan prosedur transformasinya; struktur itu otonom terhadap rujukan pada sistem-sistem lain; Hawkes, dalam Teeuw 1988:117 Analisis struktural karya sastra dalam hal ini senandung Babussalam dapat dilakukan dengan mengidentifikasian, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi unsur intrinsik senandung yang meliputi diksi,majas, citra,tema, nada, rasa, amanat.

I.6.2 Teori Estetika

Ide terpenting dalam sejarah estetika filsafati atau filsafat keindahan sejak zaman Yunani Kuno sampai abad ke-18 ialah masalah yang berkaitan dengan keindahan beauty. Persoalan yang digumuli oleh para filsuf ialah ”apakah keindahan itu?”. menurut asal katanya,”keindahan” dalam perkataan bahasa Inggris : beautiful dalam bahasa Perancis: beau, sedang Italia dan Spanyol: bello ; yang berasal dari kata bellum. Akar katanya adalah bonum yang berarti kebaikan, kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi bonellum dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis bellum. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pendapat umum, estetika diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan seni. Pandangan ini mengandung pengertian yang sempit. EstetikaKartika,2007:3 yang berasal dari bahasa Yunani ”aistehika” berarti hal-hal yang dapat diserap oleh pancaindera. Oleh karena itu estetika sering diartikan sebagai persepsi indera sense of perception. Alexander Baumgarten 1714-1762, seorang filsuf Jerman adalah yang pertama yang memperkenalkan kata ”aisthetika”, sebagai penerus pendapat Cottfried Leibniz 1646-1716. Baumgarten memilih estetika karena ia mengharapkan untuk memberikan tekanan kepada pengalaman seni sebagai suatu sarana untuk mengetahui the perfection of sentient knowldedge. Secara etimologis Shipley, 1957 : 21 estetika berasal dari bahasa Yunani, yaitu : aistheta, yang juga diturunkan dari aisthe hal-hal yang dapat ditanggapi dengan indra, tanggapan indra. Dalam bahasa Inggris menjadi asthehics atau esthetics studi tentang keindahan . Orang yang sedang menikmati keindahan disebut aesthete. Sebagai objek yang mengandung aspek estetis, karya seni suara merupakan salah satu keindahan yang dipahami melalui komposisi nadanya. Salah satu seni suara yang mengandung aspek estetis yakni senandung. Senandung menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah nyanyian atau alunan lagu dengan suara lembut untuk menghibur dirimenidurkan bayi,KBBI,2005 : 1032; bersenandung berarti bernyanyi sendiri dengan suara lembut untuk menghibur diri sendirimeninabobokkan bayi supaya tidur KBBI,2005 : 1032 Braginsky,seorang peneliti Rusia, dalam makalahnya dalam majalah Basis Teeuw,1980, dicetak ulang dalam Teeuw,1983:71, secara sistematis mencoba menguraikan konsep estetika yang mendasari sastera Melayu klasik. Secara singkat dapat Universitas Sumatera Utara dikatakan bahwa Braginsky2004:246 membedakan tiga aspek pada konsep keindahan Melayu. Pertama,aspek ontologisnya, yaitu keindahan puisi sebagai pembayangan kekayaan Tuhan Yang Maha Pencipta; berkat daya ciptaNya keindahan mutlak dari Tuhan al-Jamal, Yang Maha elok dikesankan pada keindahan dunia gejala husn= indah, khususnya dalam karya seni dan sastra. Kemudian aspek imanen dari yang indah, yang terungkapkan dalam kata-kata seperti ajaib,gharib, tamasya dan lain-lain, dan selalu terwujud dalam keanekaragaman, keberbagaian yang harmonis dan teratur, baik dalam alam maupun dalam ciptaan manusia. Aspek ini antara lain dalam karya sastra terwujud dalam evokasi taman yang indah-indah, ratna mutu manikam,perhiasan dan lain-lain; justru keterlibatan segala pancaindera dianggap ciri khas keindahan yang sempurna. Aspek ketiga konsep keindahan Melayu berkaitan dengan efeknya: aspek psikologis ataupun pragmatik: efek pada pembaca yang menjadi heran, birahi, leka, lupa, yang kehilangan kepribadiannya karena mabuk, dimabuk warna, keanekaragaman dan lain-lain, yang juga terungkap dalam istilah pelipur lara. Jelaslah dari tulisan Braginsky pandangan estetika yang terkandung dalam sastera Melayu klasik dekat dengan estetika Arab yang ditentukan oleh ketergantungan seniman pada teladan yang agung, yaitu semesta sebagai ciptaan Tuhan, Pencipta yang Maha Esa. Estetikanya tidak jauh pula dari pandangan orang pada Abad Pertengahan di dunia Barat. Suatu bentuk sastra akan disebut indah kalau organisasi unsur-unsur yang dikandungnya memenuhi syarat-syarat keindahan. Sumardjo 1988: 14. Adapun syarat-syarat keindahan itu antara lain : 1 Kesatuan unity Kesatuan ialah karya sastra puisi, novel, dan drama harus utuh; artinya setiap bagian atau unsur yang ada padanya menunjang usaha pengungkapan isi hati sastrawan. Ini berarti bahwa setiap unsur atau bagian karya sastra benar-benar diperlukan dan disengaja adanya dalam karya sastra itu. 2 Keharmonisan Keharmonisan berkenaan dengan hubungan satu unsur atau bagian karya sastra dengan unsur atau bagian lain; artinya unsur atau bagian itu harus menunjang daya ungkap unsur atau bagian lain, dan bukan mengganggu atau mengaburkannya. 3 Keseimbangan Keseimbangan adalah unsur-unsur atau bagian-bagian karya sastra, baik dalam ukuran maupun bobotnya harus sesuai atau seimbang dengan fungsinya. 4 Fokus atau tekanan yang tepat Right Emphasis Tekanan yang tepat adalah unsur atau bagian yang penting harus mendapat penekanan yang lebih daripada unsur atau bagian yang kurang. Universitas Sumatera Utara

I.7 Metode Penelitian