BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Seseorang berusaha menemukan keindahan sesuai selera masing-masing dengan rasa, cipta dan karsa. Hal ini akan menimbulkan estetika yang menjadikan seorang seniman
ataupun pencipta karya seni, dengan kemampuan membedakan antara yang indah dan jelek. Rasa estetika itu dibangkitkan dari hasil seni Syafiie, 2004: 39. Karya seni yang
merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri terdapat di berbagai karya seni tradisional daerah yang perlu dilestarikan.
Salah satu jenis kesenian tradisional dari daerah Melayu adalah nyanyian rakyat ; Danandjaja Ritonga, 2000: 20. Dalam khasanah Melayu lama, nyanyian rakyat
merupakan salah satu kesenian rakyat Melayu yang hidup dan berkembang sesuai dengan perkembangan jiwa para masyarakat pendukungnya. Salah satu dari bentuk kesenian
Melayu lama tersebut adalah Senandung. Senandung adalah salah satu kesenian tradisional masyarakat Melayu yang dalam penyajiannya tanpa diiringi oleh alat musik.
Senandung Babussalam adalah salah satu senandung yang terdapat di desa Babusalam Kabupaten Langkat. Essensi dalam senandung adalah bahwa senandung
memiliki nilai estetis yang sangat tinggi karena harus dibawakan secara solo dengan nada yang tinggi. Tidak semua orang dapat membawakan senandung sebab selain harus memiliki
suara yang tinggi juga harus tahu cengkok senandung yang berbeda dengan nyanyian rakyat Melayu lainnya. Keindahan senandung terlihat dari keindahan suara penyenandung, rima,
nada, dan irama. Senandung Babussalam sangat dikenal dan merupakan ciri khas masyarakat Melayu
Babussalam. Menurut informan, Akhyar Murni, yang dimaksudkan senandung adalalah
Universitas Sumatera Utara
suatu nyanyian yang berbentuk syair yang dibacakan atau dinyanyikan pada setiap setengah jam sebelum azan, setelah munajah atau memuji kebesaran Allah SWT dan pada saat HUL
kemudian dibacakan senandung. Senandung Babussalam ini berisikan ungkapan-ungkapan memuji kebesaran Tuhan, dan yang paling utama adalah untuk mengenang kembali sejarah
ulama besar di desa Babussalam yakni Syekh Abdul Wahab Alkholidi Naqsyabandi yang telah menyiarkan ajaran agama Islam dan tharikat Al Naqsyabandi. Dikatakan Senandung
Babussalam karena senandung tersebut berasal dari desa Babussalam atau Besilam di kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat.
Berdasarkan keterangan di atas diketahui bahwa senandung Babussalam memiliki nilai-nilai estetis dan memiliki struktur pembentuk yang unik. Hal inilah yang membuat
penulis meneliti dan menganalisis lebih jauh tentang senandung Babussalam.
1.2 Rumusan Masalah