11
skizofrenia secara umum meningkatkan angka perkawinan dan angka kesuburan diantara penderita skizofrenia. Oleh faktorfaktor tersebut
sejumlah anak lahir dari orang tua yang menderita skizofrenia. 2.2.5. Bunuh diri
Penderita wanita dan pria adalah hampir sama terlibat bunuh diri, diantara penderita skizofrenia ada pada penderita yang depresip, usia
muda dan penderita yang sering menderita sakit. Oleh karenanya sangat perlu pendekatan perawatan secara farmakologis pemberian obatobatan
anti depresi dan penggunaan dukungan kelompok secara langsung. 2.2.6. Faktor budaya dan sosial ekonomi
Lebih banyak pasien schizofrenia menduduki kelas sosial yang rendah dalam masyarakat yang perkembangan industrinya tinggi, dan lebih banyak orang menderita
schizofrenia pada kelompok pendatang baru ke satu perkotaan emigran. Beberapa studi melaporkan prevalensi yang tinggi dari schizofrenia adalah diantara imigran dan
menemukan perubahan budaya yang tibatiba.
2.3. Faktor PenyebabAgent Skizofrenia
Hingga sekarang belum ditemukan penyebab etiologi yang pasti mengapa seseorang menderita skizofrenia. Berdasarkan penelitianpenelitian yang dilakukan
tidak ditemukan faktor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut penelitian yang mutakhir yaitu:
12
2.3.1. Faktor Biologik
12
Yang dimaksud dengan faktor biologik adalah berbagai keadaan biologis yang dapat menghambat perkembangan maupun fungsi pribadi individu dalam kehidupan
seharihari, biasanya bersifat menyeluruh, artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress, seperti kurang
gizi, kelainan gen, penyakitpenyaki . melihat dari bagian otak sistem limbik, ganglia basalis, lobus frontal dan neuro transmiter dopamine, serotonin, norephineprin,
asam amino. Susunan saraf orang skizofrenia sangat rentan, neurotransmitter di otak
meningkat, tapi pada tahap lanjut neurotranmitter mengalami defisit hipofungsi. Misalnya apabila terjadi kenaikan dopamin maka akan menimbulkan gangguan
neurologi atau psikotik seperti waham. 2.3.2. Struktur Otak
10
Sekitar 2035 penderita skizofrenia mengalami beberapa bentuk keruskan otak Sue, et al., 1986. Penelitian dengan CAT computer Axial Temography dan
MRI Magnetic Resonance Imagins memperlihatkan bahwa sebagian penderita schizophrenia memiliki vertikel serebral yaitu ruangan yang berisi cairan
serebrospinal yang jauh lebih besar dibanding dengan orang normal. Itu berarti jika vertikel lebih besar dari keadaan normal, jaringan otak lebih kecil dari normal.
Pembesaran vertikel berarti terdapat proses memburuknya atau berhentinya pertumbuhan jaringan otak. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa lobus
frontalis, lobus temporalis, dan hipokampus yang lebih kecil pada penderita schozophrenia atkinson, et al.,1992.
13
Penelitian dengan PET Positron Emission Topograph yaitu pengamatan terhadap metabolisme glukosa pada saat seseorang sedang mengerjakan tes psikologi,
pada penderita schizophrenia memperlihatakan tingkat metabolisme yang rendah pada lobus frontalis.
Kelainan saraf ini dapat pula dijelaskan sebagai akibat dari infeksi yang disebabkan oleh virus yang masuk otak. Infeksi ini dapat terjadi selama
perkembangan janin. Akan tetapi, jika kerusakan otak terjadi pada masa awal perkembangan seseorang. Weinberger dalam Davison, et al., 1994 mengatakan
bahwa luka pada otak saling mempengaruhi dengan proses perkembangan otak yang normal. Lobus frontalis merupakan struktur otak yang terlambat matang, khususnya
pada usia dewasa. Dengan demikian, luka pada daerah tersebut belum berpengaruh pada masa awal sampai lobus frontalis mulai berperan dalam perilaku. Seperti yang
terlihat pada gambar dibawah ini : Gambar 1.
Gambar otak penderita skizofrenia.
Image Source: UCLA Laboratory of Neuro Imaging
14
2.3.3. Virus Perubahan anatomi pada saraf pusat akibat infeksi virus pernah dilaporkan
pada orangorang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa terpapar infeksi virus pada trisemester kedua kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi
skizofrenia. Beberapa studi menunjukkan bahwa skizofrenia mungkin berhubungan dengan paparan influenza sebelum bayi dilahirkan. Sebagai contoh, Sarnoff Mednick,
dan rekanrekan sejawatnya mengikuti sejumlah besar orang setelah terjadinya epidemi berat influenza tipe A2 di Helsinki, Finlandia. Para peneliti ini menemukan
bahwa mereka dan ibunya terpapar influenza selama trisemester kedua kehamilannya lebih banyak mengalami skizofrenia dibanding dengan mereka yang tidak Cannon,
Barr, dan Mednick, 1991. Observasi ini telah dikuatkan oleh beberapa peneliti lainnya misal, O’Collaghan, Sham, Takey, Glover dan Murray, 1991; Vanables,
1996 . Adanya indikasi bahwa penyakit penyakit seperti virus yang dapat
menyebabkan kerusakan otak pada janin kelak dapat mengakibatkan skizofrenia. Tetapi belum cukup bukti untuk menyimpulkan adanya “virus skizo”.
2.3.4. Faktor Genetik
11
Para ilmuan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1 dari populasi umum tetapi 10 pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat
pertama seperti orang tua, kakak lakilaki ataupun perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat mempunyai derajat kedua seperti paman, bibi, kakek nenek dan sepupu
dikatakan lebih sering dibandingkan populasi umum. Kembar identik 40 sampai 65
15
perpeluang menderita skizofrenia sedangkan kembar zigotic 12. Anak dan kedua orang tua yang skizofrenia yang mengalami skizofrenia berpeluang 40, satu orang
tua 12. Dari penelitian epidemiologi keluarga terlihat bahwa untuk keponakan adalah
3, masih lebih tinggi dari populasi umum yang hanya 1, demikian juga dengan penelitian anak adopsi dikatakan, anak penderita skizofrenia yang diadopsi orang tua
normal, tetap mempunyai resiko 16,6, sebaliknya anak sehat yang diadopsi oleh orang tua dengan skizofrenia mempunyai resiko 1,6, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin dekat hubungan keluarga biologis semakin tinggi resiko terkena skizofrenia.
2.3.5. Proses Sosial Dan Lingkungan a.
Teori perkembangan. Ahli teori seperti Freud, Sullivan, dan Erikson mengemukakan bahwa kurangnya perhatian dan kasih sayang di
tahuntahun awal kehidupan berperan dalam menyebabkan kurangnya identitas diri, salah interpretasi terhadap realitas, dan menarik diri dan
hubungan pada penderita skizofrenia. b.
Teori keluarga. Teoriteori yang berkaitan dengan peran keluarga dalam munculnya skizofrenia belum divalidasi dengan penelitian.
Bagian fungsi keluarga yang telah di implikasikan dalam peningkatan angka kekambuhan individu dengan skizofrenia adalah sangat
mengekspresikan emosi High Expressed Emotion HEE. Keluarga dengan ciri ini dianggap terlalu ikut campur secara emosional, kasar
dan kritis.
16
c. Model sosial ekonomi. Hasil penelitian yang konsisten adalah
hubungan yang kuat antara skizofrenia dan status sosial ekonomi yang rendah.
d. Model kerentanan stress. Model interaksional yang menyatakan bahwa
penderita skizofrenia mempunyai kerentanan biologi dan genetik terhadap skizofrenia. Kerentanan ini, bila disertai dengan pajanan
stressor kehidupan, dapat menimbulkan gejalagejala pada individu tersebut, seperti perkawinan, problem orang tua, hubungan
interpersonal, pekerjaan, dll. Menurut Dalev 2001 probabilitas seorang menderita skizofrenia apabila
orang tua maupun saudarasaudaranya tidak mengidap penyakit tersebut adalah sekitar satu persen. Apabila ada seorang orang tua atau saudara kandung mengidap
penyakit ini maka peluang untuk menderita skizofrenia berkembang menjadi 10. Apabila kedua orang tua mengidap skizofrenia, maka peluang untuk menderita
penyakit ini berkembang menjadi 40. Menurut Hawari 2001 bahwa gangguan pada perkembangan otak janin juga
mempunyai peran bagi timbulnya skizofrenia kelak dikemudian hari. Gangguan perkembangan otak janin ini muncul oleh karena disertai faktorfaktor antara lain:
a. Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat mengganggu
perkembangan otak janin. b.
Menurunnya autoimmune yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan.
17
c. Berbagai macam komplikasi kandungan
d. Kekurangan gizi yang cukup berat terutama pada trisemester pertama
kehamilan.
2.4. Klasifikasi Skizofrenia