Gambaran Klinis Skizofrenia Fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya Fase aktif gejala positif psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku Kerangka Konsep Defenisi Operasional

21 c. Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam. d. pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial. e. Tidak ada kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, tidak ingin apaapa dan serba malas kehilangan nafsu.

2.5.2. gejalaBgejala Positif

a. Delusi waham, yaitu keyakinan yang tidak masuk akal. Contohnya berfikir bahwa dia selalu diawasi lewat televisi, berkeyakinan bahwa dia orang terkenal, berkeyakinan bahwa radio atau televisi memberikan pesanpesan tertentu, memiliki keyakinan agama yang berlebihan. b. Halusinasi, yaitu mendengar, melihat, merasakan, mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Sebagian penderita, mendengar suarabisikan bersifat menghibur atau tidak menakutkan, sedangkan lainnya mungkin menganggap suarabisikan tersebut bersifat negatifburuk atau memberikan perintah tertentu. c. Pikiran Paranoid, yaitu kecurangan yang berlebihan. Contohnya merasa ada seseorang yang berkomplot melawan, mencoba mencelakai atau mengikuti. Percaya ada makhluk asing yang mengikuti dan yakin dirinya diculik dibawa ke planet lain.

2.6. Gambaran Klinis Skizofrenia

19 Perjalanan penyakit skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodmoral, fase aktif dan fase residual. 22

a. Fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya

bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : gangguan fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahanperubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya.

b. Fase aktif gejala positif psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku

katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase residual. c. Fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif atensi, konsentrasi, hubungan sosial 23

2.7. Pencegahan Skizofrenia

2.7.1. Pencegahan Primer

9 Sasaran pada orang orang sehat dengan usaha meningkatkan derajat kesehatan dan pencegahan khusus terhadap penyakit. Adapun yang termasuk dalam pencegahan primer adalah hygiene mental. Program ini bertujuan untuk: a. memiliki dan membina jiwa yang sehat b. berusaha mencegah timbulnya kepatahan jiwa mental breakdown, mencegah berkembangnya bermacammacam penyakit mental dan sebabsebab timbulnya penyakit tersebut. c. Mengusahakan penyembuhan dalam stadium permulaan. Kegiatan operasional higiene mental yaitu: a. Mengusahakan tercapainya kondisi badan yang sehat dan jiwa yang waras, agar pribadi mampu menyesuaikan diri terhadap order sosial yang ada, dan tidak melarikan diri dari realitas hidup. b. Menjauhkan anakanak dari rasa takut dan cemas. c. Lebih memahami kehidupan psikis anakanak sebab periode anakanak merupakan “masa keemasan” bagi peletakan dasar kesehatan mental. d. Menyajikan pendidikan seks dan pendidikan perkawinan kepada para remaja, dan orang dewasa guna memperkokoh kehidupan keluarga. e. Perubahan dari sistemsistem pendidikan sekolah umum dengan lebih banyak mendirikan fasilitas untuk belajar bagi anakanak para remaja, dan orang dewasa. Juga memungkinkan adanya promosi kesekolahsekolah lain yang 24 penting bagi penyaluran bermacammacam bakat, kemampuan serta kapasitas anak dan orang dewasa dalam perkembangan kepribadiannya. f. Dikemudian hari, klinikklinik bimbingan kesehatan mental bisa diasosiasikan dengan sistem sekolah dan sistem perguruan tinggi, dengan maksud menemukan dan menyembuhkan individuindividu yang bermasalah secapat mungkin. g. Menyediakan tempattempat rekreasi yang sehat dan gelanggang remaja yang pantas untuk menyalurkan bakatbakat para remaja dan yang penting artinya bagi pelaksanaan pengisian waktu kosong. h. Menanamkan kembali semangat hidup rukun kampung, gotong royong, kebersihan dan memupuk hubungan baik antar kelompok sosial khususnya bagi aderah perkotaan. i. Perencanaan pengembangan masyarakat harus dikembangkan secara komprehensif, juga mencakup upaya menggantikan normanorma kelompok primer lama dan institusi sosial lama yang bayak mengalami erosi serta hancur berantakan disebabkan oleh pengaruh urbanisasi dan mekanisme dengan bentukbentuk baru yang lebih manusiawi dan bisa menjamin rasa keadilan. j. Pengadaan lapanganlapangan kerja baru untuk menyalurkan energi manusia, dan memberikan penghasilan yang pantas untuk mempertahankan hidup serta bisa menjamin kesehatan jiwa. Disamping itu memberikan jaminan keamanan di tempattempat kerja, fasilitas fisik yang mencukupi untuk bekerja dengan senang. 25 k. Banyak memanfaatkan psikologi industri untuk mengurangi banyaknya kejemuan bekerja disebabkan oleh monoton di pabrikpabrik dan proses melanisme serta ada usahausaha untuk mengurangi macammacam ketegangan di kantor.

2.7.2. Pencegahan Sekunder

Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit melalui diagnosis dini serta pengobatan yang tepat. Tujuan pencegahan sekunder ini adalah menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi. 8 a. Farmakoterapi 16 Farmakoterapi disebut juga obat psikotropik atau lebih tepat obat yang memiliki khasiat psikoterapik mempengaruhi fungsifungsi dari otak. Ditinjau dari sudut farmakologi, maka obatobat psikotropik itu dapat digolongkan menjadi dua jenis yang bersifat menekan sistem saraf pusat dan bersifat merangsang sistem saraf pusat. Psikotropik dengan dosis rendah lebih bermanfaat pada penderita dengan skizofrenia yang menahun, yang dengan dosis lebih tinggi bermanfaat pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat. Dengan psikotropik biasaanya delusi dan halusinasi hilang dalam waktu 23 minggu. Bila tetap masih ada delusi dan halusinasi, maka penderita tidak terpengaruh lagi dan menjadi kooperatif, mau ikut serta dengan kegiatan lingkungannya. Kepada penderita dengan skizofrenia menahun psikotropik diberi dalam jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dengan dosis yang naikturun sesuai 26 dengan keadaan penderita seperti juga pemberian obat kepada penderita dengan penyakit badaniah yang menahun, seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, Payah Jantung, dan sebagainya. b. Psikososial Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain: a. Psikoterapi Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang yang terlatih dalam hubungan profesional secara sukarela, dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah dan menghambat gejalagejala yang ada, mengkoreksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif. Ada beberapa macam yang bisa dilakukan antara lain 20 : a. Terapi sopportif b. Social skill training c. Terapi okopasi d. Terapi konfulsif dan perilaku CBT b. Psikoterapi kelompok 11 Pada terapi ini, beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan terapis berperan sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah didalamnya. Diantara peserta terapi tersebut saling memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan yang dialami oleh mereka. Klien dihadapkan pada keadaan sosial yang mengajaknya untuk berkomunikasi. Dirumah sakit jiwa terapi ini sering dilakukan. 27 Melalui terapi kelompok ini iklim interpersonal relationship yang konkrit akan tercipta, sehingga klien selalu diajak untuk berfikir secara realitis dan menilai pikiran dan perasaan yang tidak realistis. c. Psikoterapi keluarga 11 Terapi keluarga merupakan suatu bentuk khusus dari terapi kelompok. Kelompoknya terdiri atas suami, istri, atau orang tua serta anaknya yang bertemu denga satu atau dua terapis. Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit jiwa dan tinggal bersama keluarganya. Ungkapanungkapan emosi dalam keluarga yang bisa mengakibatkan penyakit penderita kambuh kembali. Keluarga diberi informasi tentang caracara untuk mengekspresikan perasaan perasaan, baik yang positif maupun yang negatif secara konstruktif dan jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan secara bersamasama. Keluarga diberi pengetahuan tentang keadaan penderita dan caracara untuk menghadapinya. Keluarga juga diberi penjelasan tentang cara untuk mendampingi, mengajari, dan melatih penderita dengan sikap penuh penghargaan. Perlakuanperlakuan dan pengungkapan emosi anggota keluarga diatur dan disusun sedemikian rupa serta dievaluasi. Dari beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh Fallon Davison, et al.,1994; Rathus, et al., 1991 ternyata campur tangan keluarga sangat membantu dalam proses penyembuhan, dan sekurangkurangnya mencegah kambuhnya penyakit penderita, dibandingkan dengan terapiterapi secara individual. d. Manajemen kasus e. Assertive Community Treatment ACT 28 c. Terapi Elektrokonvulsif ECT Elektrokonfulsif terapi sebagai bentuk terapi fisik dengan menggunakan arus listrik melalui elektrode dengan voltase diatur dari tingkat rendah yang akan menghasilkan efek terapi. ECT telah banyak dilakukan diberbagai negara, di Amerika Serikat ECT telah digunakan 70 dengan gangguan bipolar dan 17 dengan gangguan skizofrenia 25 .

2.7.3. Usaha Pemerintah

Indonesia dengan bantuan WHO telah menyusun Kebijakan Nasional Pembangunan Kesehatan Jiwa 20012005. Penanganan masalah kesehatan jiwa merujuk pada konsep upaya kesehatan jiwa paripurna, mencakup upaya kesehatan jiwa masyarakat sebagai landasan, didukung pelayanan kesehatan jiwa dasar dan diperkuat pelayanan kesehatan jiwa rujukan yang terintegrasi. Ada perubahan paradigma dari perawatan di RSJ menjadi perawatan yang berbasis masyarakat. Kemajuan dalam psikofarmakologi memungkinkan penggunaan obat psikotropik yang selektif dan aman, sehingga perawatan di RSJ menjadi lebih pendek. Sejak April 2000 Direktorat Kesehatan Jiwa yang Semula Direktorat Jenderal Pelayanan Medik berubah menjadi Kesehatan Jiwa Masyarakat di bawah jenderal Bina Kesehatan Masyarakat untuk memperluas pembinaan kesehatan jiwa di masyarakat. Hal ini berkaitan dengan RSJ kini diurus oleh Direktorat Pelayanan Medik Spesialistik. 9 29 BAB 3 KERA GKA KO SEP

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, maka variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah:

3.2. Defenisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka disusun defenisi operasional sebagai berikut: 3.2.1. Penderita skizofrenia adalah penderita yang berobat di RS.Jiwa Mahoni Medan yang berdarkan diagnosa dokter dinyatakan menderita Skizopfrenia seperti yang tertulis di rekam medis dan telah di rawat inap pada tahun 2008. Karakteristik penderita Skizofrenia 1. Sosio Demografi yaitu:umur,jenis kelamin, suku, tingkat pendidikan, pekerjaan ,status perkawinan,tempat tinggal. 2. Faktor Pencetus 3. Riwayat Keluarga Penderita 4. Gambaran klinis Skizofrenia 5. Gejala symptom Skizofrenia 6. Klasifikasi skizofrenia 7. Tipe pengobatan 8. Lama Rawatan 9. Keadaan Sewaktu Pulang 30 3.2.2. Umur ratarata adalah jumlah umur dari penderita skizofrenia yang dirawat inap di RS.Jiwa Mahoni sesuai dengan yang tertulis di rekam medis pada tahun 2008.Yang dikategorikan atas 31 : 1. 35 tahun 2. ≥ 35 tahun 3.2.3. Jenis kelamin, Dikategorikan atas: 1. Laki laki 2. Perempuan 3.2.4. Suku adalah ras atau etnik yang melekat pada diri penderita skizofrenia yang dirawat inap di RS. Jiwa Mahoni Medan sesuai dengan yang tertulis pada rekam medis pada tahun 2008. Yang dikategorikan atas: 1. Batak 2. Aceh 3. Jawa 4. Melayu 5. Tionghoa 3.2.5. Tingkat pendidikan adalah pendidikan penderita skizofrenia yang dirawat inap di RS.Jiwa Mahoni Medan sesuai dengan yang tertulis di rekam medis pada tahun 2008. Yang dikategorikan atas : 1. Tidak sekolah Tidak tamat SD 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. AkademikPT 3.2.6. Pekerjaan adalah pekerjaan penderita skizofrenia yang dirawat inap di RS.Jiwa Mahoni Medan sesuai dengan yang tertulis pada rekam medis pada tahun 2008, yang dikatergorikan atas: 31 1. Wiraswasta 2. Pegawai Swasta 3. Pegawai Negeri Sipil 4. Pensiunan 5. Petani 6. Tidak Bekerja 3.2.7. Daerah tempat tinggal adalah daerah dimana penderita skizofrenia yang dirawat inap di RS.Jiwa Mahoni Medan tinggal yang dirawat inap, sesuai dengan yang tertulis pada rekam medis pada tahun 2008, yang dikatergorikan atas: 1. Medan 2. Luar Medan 3.2.8. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan penderita skizpfrenia yang dirawat inap di RS.Jiwa Mahoni Medan sesuai dengan yang tertulis pada rekam medis pada tahun 2008, yang dikatergorikan atas: 1. Kawin 2. Belum Kawin 3. Janda Duda 3.2.9. Lama rawatan ratarata adalah jumlah dari ratarata rawatan penderita skizofrenia di RS.Jiwa Mahoni Medan Tahun 2008 sesuai yang tercatat pada kartu status. 3.2.10. Riwayat keluarga skizofrenia : keterangan yang menunjukkan ada tidaknya anggota keluarga penderita skizofrenia yang menderita skizofrenia, yang dikategorikan atas: 1. Ada 2. Tidak ada 32 3.2.11. Tipe pengobatan adalah jenis pengobatan yang diberikan kepada penderita skizofrenia yang dirawat inap di RS.Jiwa Mahoni Medan sesuai dengan yang tertulis pada rekam medis pada tahun 2008, yang dikatergorikan atas: 1. Farmakoterapi + ECT + Psikoterapi 2. Farmakoterapi + Psikoterapi 3. Farmakoterapi + ECT 3.2.12. Faktor pencetus : faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit skizofrenia yang dirawat inap di RS.Jiwa Mahoni Medan sesuai dengan yang tertulis pada rekam medis pada tahun 2008, yang dikatergorikan atas: 1. Masalah perkawinan 2. Problem Orang Tua 3. Hubungan Interpersonal 4. Pekerjaan 5. Faktor Keluarga 6. Tidak Ada Keterangan 3.2.13. Gejala symptoms: gangguangangguan Psikotik yang khas yang diderita oleh penderita skizofrenia, sesuai dengan yang tercatat di kartu status, yang dikategorika atas: 1. Gejala Negatif 2. Gejala Positif 3.2.14. Keadaan sewaktu pulang : Keadaan penderita skizofrenia ketika sudah menyelesaikan perawatan dirumah sakit yang dicatat dalam rekam medis, yang dikategorikan atas: 1. Pulang, berobat jalan 2. Pulang atas permintaan sendiri 3. Meninggal dunia 3.2.15. Klasifikasi skizofrenia: Jenis skizofrenia yang diderita pasien yang di identifikasi berdasarkan diagnosa dokter, sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, dikategotikan atas: 33 1. Paranoid 2. Katatonik 3. Hebefrenik 4. Simplex 5. Undeferentiated 3.2.16. Gambaran klinis : perjalanan penyakit skizofrenia yang diderita pasien skizofrenia, dikategorikan atas : 1. Fase prodmoral 2. Fase aktif 3. Fase residu. 34 BAB 4 METODE PE ELITIA

4.1. Jenis Penelitian