Hubungan Rokok dengan Penyakit Jantung Koroner

turun dalam darah dan timbul gejala akibat tidak diaktifkanya sistem ini yang diistilahkan dengan withdrawalgejala putus obat yang hanya dapat dihilangkan dengan konsumsi rokok kembali. Oleh karena itu hambatan untuk berhenti merokok adalah gejala putus nikotin. Gejala putus nikotin antara lain adalah iritabilitas, cemas, bradikardia, nafsu makan meningkat, gelisah, dan gangguan berkonsentrasi, gejala ini dapat terjadi selama 2-3 hari dan akan berkurang setelah 14 hari Sadikin dan Louisa, 2008

2.2.5. Hubungan Rokok dengan Penyakit Jantung Koroner

Kebiasaan merokok sudah jelas merupakan dampak negatif bagi jantung, setiap tahun WHO mengajak untuk memperingati hari bebas tembakau Sedunia pada 31 Mei, hal yang mencerminkan terhadap dampak buruk kebiasaan merokok bagi kesehatan dunia Yahya, 2010. Reaksi kimiawi yang menyertai pembakaran tembakau menghasilkan senyawa-senyawa yang akan diserap ke darah melalui proses difusi . Nikotin yang terkandung dalam darah akan merangsang katekolamin dan bersama dengan komponen rokok lainya akan menyebabkan stress oksidatif di endotel koroner sehingga akan memicu proses disfungsi endotel. Selain itu nikotin akan merangsang sistem saraf simpatis sehingga akan terjadi peningkatan demand koroner Yahya, 2010. Karbon monoksida yang tersimpan dalam asap rokok akan mengikat hemoglobin dengan affinitas 200 kali melebihi oksigen, hal ini menyebabkan penurunan delivery oksigen ke jaringan. Pada orang yang sehat hal ini dikompensasi dengan peningkatan aliran darah dan pengambilan oksigen jaringan, cardiac output untuk memenuhi demand koroner, tetapi pada pasien PJK hal ini tidak dapat terjadi dan menyebabkan angina pektoris Benowitz, 2007. Rokok akan meningkatkan aktifitas koagulasi, sebuah studi oleh Meade et al 1987 menyebutkan bahwa penghentian rokok akan menyebabkan penurunan kadar fibrinogen. Asap rokok juga terbukti menurunkan kadar anti-oksidan yang diperlukan untuk menetralisir radikal bebas yang akan memodifikasi LDL. Juga rokok akan menyebabkan penurunan TRAP total peroxyl radical-trapping potential dalam darah sampai 31 dalam waktu 30 menit saja. TRAP merupakan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara kapasitas gabungan semua antioksidan untuk menetralkan semua radikal bebas dalam darah. Kebiasaan merokok juga akan meningkatkan potensi faktor risiko PJK seperti hipertensi dan dislipidemia Yahya, 2010 Racun dari rokok tidak hanya merusak jantung perokok, tetapi juga orang- orang disekelilingnya atau yang diistilahkan dengan perokok pasif Yahya, 2010. Studi dalam BMJ mencantumkan tentang efek samping rokok dan penyakit jantung koroner dimana 4.700 orang yang terpapar asap rokok, kemudian diukur kadar kotinin hasil metabolisme nikotinin dalam darah. Hasilnya menunjukan bahwa responden dengan kadar kotinin yang lebih banyak berisiko 50-60 lebih tinggi karena penyakit jantung Whincup et al, 2004.

2.3. Perilaku