yang  masih  harus  diingatkan  bidanya  untuk  melakukan  pemeriksaan kehamilan.
2  Praktik  secara  mekanisme,  seseorang  akan  melakukan  atau  mempraktikan suatu  tindakan  secara  otomatis.  Misalnya  seorang  anak  yang  tanpa  disuruh
orang tuanya menggosok gigi setiap malam. 3  Adopsi,  merupakan  tindakan  yang  sudah  berkembang.  Artinya  apa  yang
dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi.  Misalnya  seseorang  yang  selalu  menggosok  gigi  dimalam  hari,
ditambah dengan teknik-teknik menggosok gigi yang benar dan standar. Jadi  suatu  perilaku  dapat  timbul,  diawali  dengan  adanya  pengalaman-
pengalaman  internal  dan  faktor  lingkungan  baik  sosial  maupun  budaya eksternal.  Kemudian  pengalaman  itu  diketahui,  dipersepsikan,  diyakini,  dan
seterusnya  hingga  menimbulkan  motivasi,  niat,  untuk  bertindak,  dan  akhirnya diwujudkan dalam  bentuk perilaku, seperti yang terangkum dalam gambar 2.4
Gambar 2.4 Skema Perilaku
Sumber : Notoatmodjo, 2010
2.3.2.  Teori Perilaku
Determinan  perilaku  sulit  untuk  dibatasi,  karena  perilaku  merupakan resultan  dari  berbagai  faktor,  baik  internal  maupun  eksternal  lingkungan.  Dari
berbagai  macam  determinan  ini,  banyak  ahli  yang  merumuskan  teori-teori Pengalaman,
fasilitas, sosial-budaya
Perilaku Persepsi,
pengetahuan, keyakinan,
keinginan, motivasi,  niat,
sikap Ekternal
Respons Internal
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
terbentuknya  perilaku.  Berbagai  teori  menyebutkan  bahwa  perilaku  manusia merupakan suatu refleksi dari  berbagai gejala kejiwaan pengetahuan, keinginan,
kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap, tetapi sulit ditentukan gejala kejiwaan yang mana yang menentukan terbentuknya perilaku seseorang. Lebih lanjut gejala
kejiwaan  dipengaruhi  oleh  berbagai  faktor  seperti  pengalaman,  keyakinan, lingkungan fisik  sarana dan prasarana, sosio-budaya kebiasaan , adat-istiadat,
seperti yang digambarkan di gambar 2.4. Notoatmodjo, 2010 Berikut beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli dalam Notoatmodjo
2010 : a.  Teori  ABC  oleh  Sulzer,  Azaroff,  dan  Mayer  1977,  menyatakan  bahwa
perilaku  merupakan  suatu  proses  dan  interaksi  antara  Antecedent  yaitu pemicu  yang  menyebabkan  perilaku,  Behaviour  sebagai  reaksi  terhadap
adanya  pemicu  tadi  dan  Consequences  kejadian  selanjutnya  yang  mengikuti perilaku  tadi.  Konsekuensi  ini  dapat  berupa  menerima  positif  maupun
menolak negatif. b.
Teori  “Reason  Action”  oleh  Fesbein  dan  Ajzen  1980  menekankan pentingnya  suatu  “intention”  atau  niat  sebagai  faktor  penentu  terhadap
tindakanperilaku  yang  akan  diambil,  dimana  hal  ini  ditentukan  oleh  sikap penilaian, norma subjektif kepercayaan terhadap pendapat orang lain, dan
pengendalian perilaku persepsi terhadap konsekuensi dari suatu perilaku. c.
Teori  “Preced-Proceed”  oleh  Lawrence  Green  1991  yang  mencoba menganalisis  perilaku  dari  tingkat  kesehatan.  Kesehatan  dipengaruhi  dua
faktor  pokok,  yakni  faktor  perilaku  dan  faktor  diluar  perilaku.  Selanjutnya perilaku  dipengaruhi  oleh  3  faktor  utama,  yakni  predisposisi  predisposing
factors, pemungkin enabling factors, dan penguat reinforcing factors yang kesemuanya  dirangkum  dalam  akronim  “PRECEDE”  Predisposing,
enabling,  and  reinforcing  causes  in  educational  diagnosis  and  evaluation. Precede ini merupakan fase diagnosis masalah dalam hal promosi kesehatan.
Sedangkan  “PROCEED”  Policy,  regulatory,  organizational  construct  in educational  and  environmental  development  merupakan  fase  perencanaan,
pelaksanaan  dan  evaluasi  dalam  promosi  kesehatan.  Jadi  dapat  disimpulkan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dalam  teori  ini  perilaku  seseorang  tentang  kesehatan  ditentukan  oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dsb faktor  predisposisi, disamping
itu ketersediaan fasilitas faktor pemungkin, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan faktor penguat juga mendukung terbentuknya perilaku. Misalnya,
perilaku  seorang  ibu  yang  tidak  mau  mengimunisasi  anaknya  dapat disebabkan  oleh  tiga  kemungkinan  :  pertama  ketidaktahuan  si  ibu  mengenai
manfaat  imunisasi,  kedua  tidak  tersedianya  imunisasi  di  fasilitas  kesehatan tempat  mereka  tinggal,  ataupun  yang  ketiga  akibat  petugas  kesehatan  atau
figur referensi lain tidak pernah mengimunisasikan anaknya. d.
Teori  “Behavior Intention”  yang dikembangkan  oleh Snehendu  Kar 1980, menyatakan  bahwa  perilaku  merupakan  fungsi  dari  :  niat,  dukungan  sosial,
ada  atau  tidaknya  informasi,  otonomi  pribadi,  situasi  yang  memungkinkan untuk  bertindak.  Misalnya  perilaku  seorang  ibu  yang  tidak  mau  ikut  KB,
mungkin akibat beberapa faktor : akibat tidak adanya minat dan niat terhadap KB,    tidak  adanya  dukungan  dari  penduduk  sekitar,  kurang  memperoleh
informasi  yang  kuat  tentang  KB,  atau  mungkin  juga  tidak  mempunyai kebebasan  untuk  bertindak  seperti  tunduk  kepada  suaminya,  atau  juga
keadaan  atau  situasi  yang  tidak  memungkinkan  misalnya  karena  alasan kesehatan.
e. Teori  “Thoughts  and  Feeling”  dikembangkan  oleh  tim  kerja  dari  WHO
1984 yang menyebutkan bahwa perilaku ditentukan oleh 4 faktor : 1 Personal Reference, perilaku seseorang terutama anak kecil sangat banyak
dipengaruhi  oleh  orang-orang  yang  dianggapnya  penting.  Misalnya seorang  murid  SD  seorang  guru  merupakan  figur  yang  penting  baginya,
sehingga  apa  yang  diakatakan  oleh  gurunya  cenderung  untuk  dicontoh oleh si anak.
2 Resources, sumber daya mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dsb. 3 Thouhts  and  feeling,  pemikiran  dan  perasaan  yakni  dalam  bentuk
pengetahuan,  persepsi,  sikap,  kepercayaan,  serta  penilaian  terhadap  suatu objek.    Pengetahuan  dapat  diperoleh  dari  diri  sendiri  ataupun  dari  orang
lain.  Kepercayaan  sering  diperoleh  dari  orang  tua  dimana  seorang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
menerima  kepercayaan  itu  tanpa  perlu  pembuktian  sebelumnya.  Sikap menggambarkan  suka-tidak  suka  seseorang  terhadap  objek,  dapat
diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain. 4 Culture,  faktor  budaya  juga  ikut  menentukan  dalam  pembentukan  suatu
perilaku. Jadi  disimpulkan  bahwa  perilaku  kesehatan  seseorang  ditentukan  oleh
pemikiran  dan  perasaan  seseorang  thought  and  feeling,  adanya  orang  lain sebagai  referensi  atau  contoh,  dan  sumberfasilitas  yang  dapat  mendukung
perilaku dan kebudayaan masyarakat. Misalnya perilaku seorang ayah yang tidak mau membuat jamban keluarga, mungkin disebabkan karena ia memiliki perasaan
dan pemikiran yang tidak enak kalau buang air besar di jamban, kemudian dapat disebabkan karena tokoh idolanya tidak membuat jamban keluarga sehingga tidak
ada  orang  yang  sebagai  referensinya,  bisa  juga  sumber-sumber  yang  diperlukan atau tidak adanya biaya untuk pembuatan jamban keluarga, atau faktor lain bahwa
jamban keluarga belum merupakan budaya masyarakat Notoatmodjo, 2010
2.3.3.  Perubahan Perilaku