Perubahan Perilaku Tindakan practice

menerima kepercayaan itu tanpa perlu pembuktian sebelumnya. Sikap menggambarkan suka-tidak suka seseorang terhadap objek, dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain. 4 Culture, faktor budaya juga ikut menentukan dalam pembentukan suatu perilaku. Jadi disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang ditentukan oleh pemikiran dan perasaan seseorang thought and feeling, adanya orang lain sebagai referensi atau contoh, dan sumberfasilitas yang dapat mendukung perilaku dan kebudayaan masyarakat. Misalnya perilaku seorang ayah yang tidak mau membuat jamban keluarga, mungkin disebabkan karena ia memiliki perasaan dan pemikiran yang tidak enak kalau buang air besar di jamban, kemudian dapat disebabkan karena tokoh idolanya tidak membuat jamban keluarga sehingga tidak ada orang yang sebagai referensinya, bisa juga sumber-sumber yang diperlukan atau tidak adanya biaya untuk pembuatan jamban keluarga, atau faktor lain bahwa jamban keluarga belum merupakan budaya masyarakat Notoatmodjo, 2010

2.3.3. Perubahan Perilaku

Dalam bidang kesehatan perilaku merupakan suatu determinan yang penting, yang menjadi sasaran dari promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan. Dimana promosi kesehatan bertujuan untuk mengubah perilaku behaviour change. Perubahan perilaku kesehatan yang diharapkan sekurang-kurangnya memiliki 3 dimensi, yaitu : Mengubah perilaku yang negatif menjadi positif, mengembangkan perilaku positif, serta memelihara perilaku yang sudah positif sesuai dengan normanilai kesehatan Notoatmodjo, 2010 Adapun teori-teori yang membahas mengenai proses perubahan perilaku, sebagai berikut Notoatmodjo, 2010 : a. Teori Stimulus Organisme SOR, teori ini menyatakan bahwa perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsang stimulus. Hosland, et al 1953 dalam Notoatmodjo 2010 mengatakan bahwa perubahan perilaku pada dasarnya sama dengan proses belajar yang terdiri dari : Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 1 Diterima atau ditolaknya suatu rangsangan, yang bergantung efektif atau tidaknya stimulus yang diberikan. 2 Setelah diterima, maka proses selanjutnya adalah mengerti. 3 Kemudian pengertian seseorang akan diolah sehingga terbentuk suatu sikap. 4 Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan eksternal akan terbentuk suatu perilaku perubahan perilaku b. Teori Festinger, yaitu teori disonansi yang sama dengan konsep imbalance ketidakseimbangan. Hal ini berarti keadaan cognitive dissonance merupakan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Ketidakseimbangan terjadi karena dalam diri seseorang terdapat dua elemen kognisi pengetahuan, pendapat, keyakinan yang saling bertentangan. Misalnya seorang ibu rumah tangga yang bekerja di kantor. Satu sisi, dia mendapat biaya tambahan dari pekerjaan, sedangkan di lain sisi dia merasa bersalah karena kurang dapat memberi perhatian kepada buah hatinya. Titik berat dari penyelesaian konflik yang timbul akibat ketidakseimbangan ini adalah : penyesuaian diri secara kognitif hingga tercapai keseimbangan kembali. Keberhasilan keseimbangan kembali ini dilihat dari perubahan sikap dan perilaku. c. Teori Fungsi, teori ini beranggapan bahwa perubahan perilaku bergantung pada kebutuhan seorang individu. Artinya stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan seseorang. Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungan menurut kebutuhanya. Menurut Katz 1960 dalam Notoatmodjo 2010 bahwa perilaku memiliki beberapa fungsi yaitu : 1 Fungsi instrumental. Misalnya orang mau membuat jamban apabila jamban tersebut benar-benar sudah menjadi kebutuhanya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2 Sebagai mekanisme pertahanan ego MPE. Misalnya orang dapat menghindari penyakit DBD, karena penyakit tersebut merupakan ancaman bagi dirinya. 3 Sebagai penerima objek dan pemberi arti. Misalnya, seorang merasa sakit kepala maka secara cepat ia akan bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan membeli obat di warung dan kemudian meminumnya. 4 Sebagai nilai ekspresif. Misalnya orang yang sedang marah, senang dapat dilihat dari perilaku atau tindakanya. d. Teori Kurt Lewin 1970, yang berpendapat bahwa perilaku manusia itu adalah suatu keadaan seimbang. Dimana komponen-komponennya adalah kekuatan pendorong driving forces, kekuatan penahan restrining forces. Perilaku dapat berubah-ubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua komponen tersebut. Sehingga ada tiga kemungkinan yang terjadi : 1 Driving forces meningkat, sedangkan faktor yang berlawanan tetap. Misalnya perilaku seseorang yang belum mau mengikuti KB dapat berubah perilakunya menjadi mau ber-KB apbila diberikan stimulus driving forces berupa penyuluhan-penyuluhan yang tepat sasaran. 2 Restrining forces menurun, adanya stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Misalnya pada contoh diatas pemberian pengertian bahwa banyak anak banyak rezeki adalah kepercayaan yang salah, maka kekuatan penahan tersebut dapat melemah dan akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut. 3 Driving forces meningkat dan Restrining forces menurun. Kombinasi keduanya merupakan cara yang paling nyata dalam perubahan perilaku. Seperti pada contoh juga bahwa dengan pemberian penyuluhan secara intensif mengenai manfaat KB dan pemberian pengertian tentang tidak benarnya kepercayaan banyak anak banyak rezekii akan meningkatkan kekuatan pendorong, dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan. Berdasarkan konsep-konsep yang dijelaskan dalam teori mengenai perubahan perilaku, maka terdapat 3 bentuk perubahan perilaku menurut WHO dalam Notoatmodjo 2010 sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara a. Perubahan Alamiah, apabila dalam masyarakat sekitar terjadi perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka elemen masyarakat di dalamnya juga akan mengalami perubahan. b. Perubahan Terencana, terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. Misalnya seorang perokok berat yang berhenti setelah mendapat serangan jantung. c. Kesediaan untuk berubah, terjadi apabila ada suatu inovasi dalam lingkungan. Sehingga sebagian orang cepat beradaptasi dan sebagian lain lambat untuk menerima inovasi tersebut. Agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, diperlukan strategi utuk memperoleh perubahan perilaku yang oleh WHO dikelompokan mejadi tiga, yaitu : Notoatmodjo, 2010 a. Menggunakan Kekuatan enforcement, dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran, baik yang ditempuh dengan cara-cara fisik maupun psikismental. Cara ini menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, namun cepat pula kembali seperti semula karena perubahan ini tidak didasarkan pada kesadaran sendiri. b. Menggunakan peraturan atau hukum regulation, sering disebut juga “law enforcement” dimana masyarakat diharapkan berperilaku perubahan perilaku seperti yang diatur dalam peraturan pemerintah. Misalnya Peraturan Daerah DKI Jakarta yang melarang merokok ditempat-tempat umum. c. Pendidikan education, atau dalam kesehatan diistilahkan dengan promosi kesehatan diawali dengan pemberian informasi-informasi kesehatan pengetahuan, selanjutnya menghasilkan kesadaran, dan akhirnya menyebabkan perubahan perilaku. Tentu saja cara ini membutuhkan waktu yang lama, tetapi bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran sendiri. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep