merupakan polimer sintetik dari oksietilen dengan rumusstruktur HOCH2CH2nOH, dimana n adalah jumlah rata-rata gugus oksietilen. PEG
umumnya memiliki bobot molekul antara 200–300000. Penamaan PEG umumnya ditentukan dengan bilangan yang menunjukkan bobot molekul rata-rata.
Konsistensinya sangat dipengaruhi oleh bobot molekul. PEG dengan bobot molekul 200-600 PEG 200-600 berbentuk cair, PEG 1500 semi padat, dan PEG
3000-20000 atau lebih berupa padatan semi kristalin, dan PEG dengan bobot molekul lebih besar dari 100000 berbentuk seperti resin pada suhu kamar.
Umumnya PEG dengan bobot molekul 1500-20000 yang digunakan untuk pembuatan dispersi padat Leuner and Dressman, 2000; Weller, 2003. Polimer
ini mudah larut dalam berbagai pelarut, titik leleh dan toksisitasnya rendah, berada dalam bentuk semi kristalin Craig, 1990. Kebanyakan PEG yang
digunakan memiliki bobot molekul antara 4000 dan 20000, khususnya PEG 4000 dan 6000. Proses pembuatan dispersi padat dengan PEG 4000, umumnya
menggunakan metode peleburan, karena lebih mudah dan murah Rowe, dkk., 2003.
PEG polietilen glikol merupakan salah satu jenis bahan pembawa yang sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam suatu formulasi untuk
meningkatkan pelarutan obat yang sukar larut. Bahan ini merupakan salah satu jenis polimer yang dapat membentuk komplek polimer pada molekul organik
apabila ditambahkan dalam formulasi untuk meningkatkan kecepatan pelarutan yang dapat membentuk komplek dengan berbagai obat. Cangkang kapsul dengan
menggunakan basis polietilenglikol memiliki beberapa keuntungan karena sifatnya yang inert, tidak mudah terhidrolisis, tidak membantu pertumbuhan jamur
Martin, 1993.
2.6 Stabilitas Fisik Cangkang Kapsul Gelatin dan HPMC
2.6.1 Warna
Warna, merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi penilaian konsumen terhadap kualitas produk. Warna suatu bahan dapat berasal dari warna
alamiahnya atau warna yang terjadi selama proses pengolahannya Morales dan van Boekoel, 1998.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Temperatur dan kadar uap air yang relatif tinggi selama proses pengolahan dan penyimpanan yang berkepanjangan merupakan salah satu faktor
utama yang menyebabkan terjadinya reaksi pengcoklatan enzimatik dan non- enzimatik Labuza, 1972.
Reaksi pengcoklatan adalah suatu reaksi dimana suatu bahan berubah menjadi coklat, baik melalui proses enzimatik maupun non-enzimatik.
Pengcoklatan enzimatik ini melibatkan polifenol oksidase atau enzim lain yang menghasilkan melanin, sehingga menimbulkan warna coklat. Sedangkan
pengcoklatan non-enzimatik dapat menimbulkan warna coklat tanpa adanya aktivitas enzim Marshall, dkk., 2000.
Ogura dkk 1998 mengisi cangkang kapsul gelatin dan HPMC dengan asam askorbat dan membungkusnya dalam botol polietilen tanpa desikan dan
menyimpannya pada suu 40
Reaksi Maillard merupakan suatu reaksi kimia pengcoklatan non- enzimatik antara gula pereduksi dengan protein atau asam amino. Tergantung
pada jenis bahan dan jalannya reaksi, perubahan warna yang terjadi bisa dari kuning lemah sampai coklat gelap. Banyak faktor yang mempengaruhi reaksi
Maillard, seperti temperatur, aktivitas air, pH, kadar uap air dan komposisi kimia suatu bahan Morales, dkk., 1998.
CRH 75 selama 2 bulan. Cangkang kapsul gelatin menjadi berwarna coklat, sedangkan cangkang kapsul HPMC tidak mengalami
perubahan warna. Hal ini menandakan bahwa perubahan warna yang terjadi merupakan reaksi antara asam askorbat dan cangkang kapsul gelatin dikenal
dengan reaksi Maillard Honkanen, 2004.
2.6.2 Kerapuhan
Perlu diketahui bahwa cangkang kapsul bukan tidak reaktif, secara fisika atau kimia. Perubahan kondisi penyimpanan seperti temperatur dan kelembaban
dapat mempengaruhi sifat kapsul. Dengan terjadinya kenaikan temperatur dan kelembaban dapat menyebabkan kapsul mengikatmelepaskan uap air. Sebagai
akibatnya kapsul dapat menjadi rapuh atau lunak Margareth, dkk., 2009.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Laju pengeringan kapsul juga mempengaruhi kekerasan dan kerapuhan kapsul, kemampuan pelarutan, dan kecenderungan untuk melekat satu sama lain..
Kadar uap air yang rendah pada kapsul dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Jika kadar uap air pada kapsul gelatin kurang dari 10, kapsul cenderung menjadi
rapuh, dan sebaliknya jika kadar air lebih tinggi dari 18 kapsul gelatin melunak. Kondisi penyimpanan yang direkomendasikan untuk bentuk sediaan kapsul
gelatin berkisar 15-30
Perubahan kerapuhan kapsul oleh kelembaban relatif telah dipelajari oleh Kontny dan Mulski. Pemantauan terhadap karakteristik kapsul yang disimpan
pada kelembaban yang bervariasi membuktikan bahwa kelembaban merupakan salah satu parameter yang penting dalam pembuatan dan penyimpanan kapsul.
Kriteria yang diterima bahwa kerapuhan kapsul yang signifikan tidak boleh terdeteksi pada kapsul yang disimpan pada kelembaban relatif 30 dan 50
selama 4 minggu Kontny dan Mulski, 1989 C dan 30-60 kelembaban relatif RH. Margareth,
dkk., 2009.
Gambar 2.5
Kelembaban Relatif RH, Kandungan Uap Air Gelatin dan Sifat Kapsul Gelatin Keras Kontny dan Mulski, 1989.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.6.3 Waktu Hancur