Manfaat Penelitian Kapsul PENDAHULUAN

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap terhadap stabilitas kimia Aspirin yaitu kadar Aspirin dalam kapsul selama penyimpanan dan stabilitas fisik Aspirin dalam kapsul alginat yaitu warna, kerapuhan, dan pelepasan Aspirin yang disimpan selama 3 bulan dengan bahan pemburam TiO 2 dan untuk mengetahui kemampuan strip sebagai bahan pengemas dalam melindungi bahan aktif yang cenderung mudah terhidrolisis yang terdapat di dalam kapsul alginat. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspirin 2.1.1 Uraian Umum Aspirin Ditjen POM, 1995 Rumus Bangun : Gambar 2.1 Rumus Bangun Aspirin Rumus Molekul : C 9 H 8 O Berat Molekul : 180,16 4 Pemerian : Hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau berbau lemah. Stabil di udara kering; di dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat. Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut dalam kloroform dan dalam eter. pKa : 3,5. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.1.2 Farmakologi Aspirin

Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah analgesik, antipiretik, dan anti-inflamasi yang banyak digunakan sebagai golongan obat bebas Wilmana, 1995. Dosis oral aspirin untuk memperoleh efek analgesik dan antipiretik pada manusia adalah 325 – 650 mg empat kali sehari,konsentrasi dalam plasmanya 100 – 300 mcgml. Untuk memperoleh efek antiinflamasi adalah 4 – 6 gram secara oral per hari, dan untuk mendapatkan efek anti agregasi platelet adalah 60 – 80 mg sacara oral per hari Mycek, et al., 2001.

2.1.2.1 Aspirin Sebagai Anti Inflamasi

Aspirin menghambat aktivitas siklooksigenase, sehingga aspirin mengurangi pembentukan prostaglandin dan juga memodulasi beberapa aspek inflamasi pada arthritis, tetapi tidak menghentikan progresivitas penyakit maupun menginduksi remisi Mycek, et al., 2001.

2.1.2.2 Aspirin Sebagai Analgesik

Aspirin menghambat sintesa prostaglandin E 2

2.1.2.3 Aspirin Sebagai Antipiretik

dengan menginhibisi enzim siklooksigenase Mycek, et al., 2001. Demam terjadi jika rangsangan pada pusat pengatur panas di hipotalamus anterior meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh sintesis PGE 2 yang dirangsang bila suatu zat penghasil demam endogen pirogen seperti sitokin dilepaskan dari sel darah putih yang diaktivasi oleh infeksi atau hipersensitivitas. Aspirin menurunkan suhu tubuh dengan jalan menghalangi sintesis dan pelepasan PGE 2 Mycek, et al., 2001. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.1.2.4 Aspirin Sebagai Anti Agregasi Platelet

Tromboksan A 2 bersifat vasokonstriktor dan juga merangsang platelet menempel di endothelium jaringan yang rusak adhesi-platelet. Aspirin menghambat sintesis tomboksan A 2

2.1.3 Efek Samping Aspirin

sehingga terjadi penghambatan agregasi trombosit dan perpanjangan waktu pendarahan. Efek hemostatik dapat kembali normal kira-kira 36 jam setelah pemberian dosis obat yang terakhir. Mycek, et al., 2001. a. Saluran cerna : efek aspirin terhadap saluran cerna yang paling umum adalah distress epigastrum, mual, dan muntah. Pendarahan mikroskopik saluran cerna hamper umum terjadi pada penderita yang mendapatkan pengobatan aspirin. Aspirin bersifat asam, pada pH lambung tidak dibebaskan, akibatnya mudah menembus sel mukosa dan aspirin mengalami ionisasi menjadi bermuatan negatif, dan terperangkap, jadi berpotensi menyebabkan kerusakan sel secara langsung. b. Darah : asetilasi irreversibel siklooksigenase trombosit menurunkan kadar tomboksan A 2 c. Pernafasan : pada dosis toksis,aspirin menimbulkan depresi pernafasan dan suatu kombinasi pernafasan yang tidak terkompensasi dan asidosis metabolic. , mengakibatkan penghambatan agregasi trombosit dan perpanjangan waktu pendarahan. d. Proses metabolik : dosis besar aspirin melepaskan fosforilasi oksidatif. Energi yang dikeluarkan untuk menghasilkan ATP secara normal dikeluarkan sebagai panas, yang menyebabkan terjadinya hipertemia. e. Hipersensitivitas : sekitar 15 pasien yang menggunakan aspirin mengalami reaksi hipersensitivitas terutama urtikaria, bronkokonstriksi, atau edema angioneutotik Mycek, et al., 2001. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.2 Kapsul

Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam obat atau lebih danatau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air. Pada umumnya cangkang kapsul terbuat dari gelatin. Tergantung pada formulasinya kapsul dapat berupa kapsul gelatin lunak atau keras. Bagaimana pun, gelatin mempunyai beberapa kekurangan, seperti mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila disimpan dalam larutan berair Ansel, 2005. Kapsul tidak berasa, mudah pemberiannya, mudah pengisiannya tanpa persiapan atau dalam jumlah yang besar secara komersil. Didalam praktek peresepan, penggunaan kapsul gelatin keras diperbolehkan sebagai pilihan dalam meresepkan obat tunggal atau kombinasi obat pada perhitungan dosis yang dianggap baik untuk pasien secara individual. Fleksibilitasnya lebih menguntungkan daripada tablet. Beberapa pasien menyatakan lebih mudah menelan kapsul daripada tablet, oleh karena itu lebih disukai bentuk kapsul bila memungkinkan. Pilihan ini telah mendorong pabrik farmasi untuk memproduksi sediaan kapsul dan di pasarkan, walaupun produknya sudah ada dalam bentuk sediaan tablet Gennaro, 2000. Stabilitas disolusi dari sediaan kapsul gelatin keras terutama ditentukan oleh kandungan uap lembab dari cangkang, yang kemudian dihubungkan dengan kondisi penyimpanan. Normalnya cangkang kapsul gelatin mengandung air 13- 16 dan aman disimpan dengan kelembapan 30-60 kelembapan relatif KR. Kandungan air di bawah 12, cangkang menjadi rapuh dan mudah pecah. Di atas 18 uap air, cangkang akan menjadi lembab, lembut dan menyimpang cenderung memindahkan lembabnya ke dalam isi kapsul jika isi kapsulnya bersifat higroskopik. Belakangan ini, beberapa bahan telah diuji untuk menggantikan gelatin sebagai bahan untuk pembuatan cangkang kapsul, salah satunya adalah dengan alginat. Masalah-masalah dari kapsul gelatin mungkin dapat diatasi oleh kapsul alginat. Alginat merupakan polimer β-D mannuronic dan α-L guluronic yang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA diperoleh dari alga coklat Phaeophyceae Belitz, dkk., 1987. Pada penelitian sebelumnya diperoleh bahwa cangkang kapsul alginat mengandung kadar air 20- 25 dan disimpan pada suhu kamar dengan kelembapan relatif 75-90 Hendra, 2011. Kapsul delayed-release Kapsul dapat disalut, atau, lebih umumnya, granul yang dienkaspulasi dapat disalut untuk menahan pelepasan obat dalam cairan lambung dimana suatu penundaan penting untuk mengurangi masalah yang mungkin terjadi pada inaktifasi obat atapun iritasi mukosa lambung. Istilah “delayed-release” digunakan pada monografi Farmakope pada kapsul salut enterik yang ditujukan untuk menunda pelepasan dari bahan obat hingga kapsul melewati lambung USP XXXII, 2009.

2.3 Natrium Alginat