Pada penelitian sebelumnya dilakukan pengujian stabilitas kapsul alginat yang disimpat dalam botol dan ditambahkan silika gel, diperoleh hasil bahwa
kapsul alginat tidak stabil, ditandai dengan adanya perubahan warna pada cangkang kapsul, yaitu menjadi warna coklat Hendra, 2011.
2.11 Pengukuran Hasil Disolusi Aspirin Menggunakan Spektrofotometer UV
Spektrofotometri serapan adalah pengukuran serapan radiasi elektromagnit panjang gelombang tertentu yang sempit, mendekati monokromatik yang diserap
zat. Pengukuran serapan dapat dilakukan pada daerah ultraviolet panjang
gelombang 200 nm-400 nm.
Penetapan kadar Aspirin bisa dilakukan dengan Spektrofotometri UV, High Perfomance Liquid Chromatography
HPLC, Infra-red Spectrum dan Massa Spectrum
. Untuk Uji disolusi Aspirin menggunakan spekrofotomertri UV dengan panjang gelombang pada suasana asam yaitu 237,0 nm dan suasana basa
yaitu 275,0 nm Moffats, 2005. Disolusi Aspirin kapsul delayed-release, dalam medium HCl 0,1 N
sebanyak 900 ml, menggunakan metode dayung dengan kecepatan 100 rpm selama 2 jam. Selanjutnya diganti dengan medium dapar posfat pH 6,8 sebanyak
900 ml, menggunakan metode dayung dengan kecepatan pengadukan 100 rpm selama 90 menit dihitung jumlah terlarut Aspirin yang terlarut dengan
menggunakan spektrofotometer UV USP XXXII, 2009.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Alat-alat
Alat disolusi metoda dayung Yamato, spektrofotometer UV-1800 Shimadzu Spectrophotometer, neraca analitik Boeco, pH meter Hanna,
viskometer Thomas-Stomer Haake, termometer, climatic chamber Memmeth, alat uji waktu hancur Copley, anak timbangan 50 g dan 2 kg, jangka sorong
Tricle, mikrometer Delta, alat pencetak kapsul yang terbuat dari batang stainless steel berbentuk silindris dengan panjang 10 cm serta berdiameter 6,0 mm
untuk bagian badan cangkang kapsul dan 6,2 mm untuk bagian tutup cangkang kapsul, bola besi berbahan stainless steel bediameter 1,44 mm dan berat 9 mg
sebagai pengisi untuk uji waktu hancur, cincin disolusi, stopwatch, kamera digital, labu tentukur 1000 ml Pyrex, labu tentukur 25 ml Pyrex, beaker glass
Pyrex, pipet volume 5 ml Pyrex, gelas ukur Pyrex, pipet tetes, bola karet,
botol dan alat-alat laboratorium yang biasa digunakan. 3.2 Bahan-bahan
Natrium alginat 80-120 cP dan natrium alginat 300-400 cP adalah produk Wako Pure Chemical Industries, Ltd. Japan, Titanium dioksida, PEG, natrium
meta-bisulfit, acetosal, kalium dihidrogen fosfat, natrium hidroksida, asam klorida Merck, kalsium klorida anhidrat Wako Pure Chemical Industries, Ltd Japan,
Gliserin, dan laktosa.
3.3`Prosedur 3.3.1 Pembuatan Pereaksi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3.1.1 Larutan Natrium Hidroksida 0,2 N
Natrim hidroksida sebanyak 8 gram dilarutkan dalam akuades bebas CO
2
3.3.1.2 Larutan Natrium Hidroksida 1N sampai 1000 ml Ditjen POM, 1995.
Natrim hidroksida sebanyak 40,01 gram dilarutkan dalam akuades bebas CO
2
3.3.1.3 Larutan Asam Klorida 1N
sampai 1000 ml Ditjen POM, 1995.
Asam klorida pekat sebanyak 85 ml dilarutkan dalam akuades sampai 1000 ml.
3.3.1.4 Larutan Kalium Biftalat 0,2 M
Kalium biftalat sebanyak 40,85 gram dilarutkan dalam akuades sampai 1000 ml.
3.3.1.5 Larutan Kalsium Klorida 0,15M
Kalsium klorida dihidrat CaCl
2
.2H
2
3.3.1.6 Medium Cairan Lambung Buatan Tanpa Enzim Medium pH 1,2
O sebanyak 22,05 gram dilarutkan dalam akuades hingga 1000 ml.
Natrium klorida sebanyak 2 gram dilarutkan dalam akuades secukupnya lalu ditambahkan 7 ml asam klorida pekat dan dicukupkan dengan akuades
sampai 1000 ml Ditjen POM, 1995.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3.1.7 Medium Cairan Lambung Buatan Tanpa Enzim Medium pH 3,0
Kalium biftalat sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 200 ml, kemudian ditambahkan HCl 0,2 M sebanyak 22,3 ml lalu dicukupkan hingga
garis tanda.
3.3.1.8 Medium Cairan Lambung Buatan Tanpa Enzim Medium pH 4,0
Kalium biftalat sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 200 ml, kemudian ditambahkan HCl 0,2 M sebanyak 0,1 ml lalu dicukupkan hingga
garis tanda.
3.3.1.9 Medium Cairan Lambung Buatan Tanpa Enzim Medium pH 5,0
Kalium biftalat sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 200 ml, kemudian ditambahkan natrium hidroksida 0,2 M sebanyak 22,6 ml lalu
dicukupkan hingga garis tanda.
2.3.1.10 Medium Cairan Usus Buatan Tanpa Enzim Medium pH 6,8
Kalium dihidrogen fosfat sebanyak 6,8 gram dilarutkan dalam 250 air suling bebas CO
2
, lalu ditambahkan natrium hidroksida 0,2 N sebanyak 112 ml,lalu ditambahkan air suling bebas CO
2
2.3.1.11 Medium Cairan Usus Buatan Tanpa Enzim Medium pH 7,0
hingga volumenya 1000 ml Ditjen POM, 1995.
Kalium dihidrogen fosfat sebanyak 6,8 gram dilarutkan dalam 250 air suling bebas CO
2
,lalu ditambahkan natrium hidroksida 0,2 N sebanyak 146 ml,lalu ditambahkan air suling bebas CO
2
hingga volumenya 1000 ml Ditjen POM, 1995.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3.2 Pembuatan Kurva Serapan dan Kurva Kalibrasi Larutan Asam Salisilat dalam Medium Cairan Lambung Buatan pH 1,2
3.3.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Asam Salisilat
Ditimbang 62,5 mg asam salisilat dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 250 ml, ditambahkan 5 ml etanol hingga larut. Kemudian dicukupkan dengan
cairan lambung buatan hingga 250 ml. Konsentrasi LIB = 250 ppm. 3.3.2.2 Pembuatan Kurva Serapan Larutan Asam Salisilat
Larutan induk baku dipipet 0,6 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan dengan cairan lambung buatan sampai garis tanda, dikocok
sampai homogen. Diukur serapannya dengan spektrofotometer ultra violet pada panjang gelombang 200 sampai dengan 400 nm.
3.3.2.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Asam Salisilat
Dari larutan induk baku tersebut dibuat berbagai konsentrasi yaitu: 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; dan 10 ppm dengan memipet larutan induk baku masing-masing 0,2;
0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; dan 1 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml kemudian dicukupkan dengan cairan lambung buatan sampai garis tanda, dikocok
sampai homogen. Diukur serapannya dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 237,0 nm.
3.3.3 Pembuatan Kurva Serapan dan Kurva Kalibrasi Larutan Asam Salisilat dalam Medium Cairan Usus Buatan pH 6,8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3.3.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Asam Salisilat
Ditimbang 62,5 mg asam salisilat dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 250 ml, ditambahkan 5 ml etanol hingga larut. Kemudian dicukupkan dengan
cairan lambung buatan hingga 250 ml Konsentrasi LIB = 250 ppm.
3.3.3.2 Pembuatan Kurva Serapan Larutan Asam Salisilat
Larutan induk baku dipipet 1,5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan dengan cairan usus buatan sampai garis tanda, dikocok sampai
homogen. Diukur serapannya dengan spektrofotometer ultra violet pada panjang gelombang 200 sampai dengan 400 nm.
3.3.3.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Asam Salisilat
Dari larutan induk baku tersebut dibuat berbagai konsentrasi yaitu: 3; 6; 9; 12; 15; 18; 21; 24; dan 27 ppm dengan memipet larutan induk baku masing-
masing 0,3; 0,6; 0,9; 1,2; 1,5; 1,8; 2,1; 2,4; dan 2,7 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml kemudian dicukupkan dengan cairan usus buatan sampai garis
tanda, dikocok sampai homogen. Diukur serapannya dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 296,3 nm.
3.3.4 Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat
Pada penelitian ini dibuat beberapa cangkang kapsul alginat dengan formula yang berbeda yaitu dengan pembuatan kapsul alginat dengan Na alginat
80-120 cp dengan konsentrasi 4,5 yang menggunakan pemburam TiO
2
, kapsul alginat dengan Na alginat 80-120 cp dengan konsentrasi 4,5 tanpa
menggunakan pemburam TiO
2
, kapsul alginat dengan Na alginat 80-120 cp dengan konsentrasi 4,5 yang menggunakan pemburam TiO
2
dan PEG 2,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kapsul alginat dengan Na alginat 300-400 cp dengan konsentrasi 4 dan 4,5 yang menggunakan pemburam TiO
2
, dan kapsul alginat dengan Na alginat 300- 400 cp dengan konsentrasi 4,5 yang menggunakan pemburam TiO
2
3.3.4.1 Pembuatan Larutan Natrium Alginat
dan PEG 2 dan 3. Berikut ini adalah satu contoh formula yang digunakan dalam
pembuatan larutan natrium alginat.
Formula I : Natrium alginat 80-120 cP
4,5 g Gliserin
2 g Natrium metabisulfit
0,1 g Akuades
ad 100 ml Beaker glass dikalibrasi 100 ml. Terlebih dahulu dimasukkan sedikit
akuades ke dalam wadah ± 5 ml, lalu ditaburkan natrium alginat,dan ditambahkan gliserin, dan natrium metabisulfit
Formula II : yang telah dilarutkan dalam
akuades. Kemudian dicukupkan dengan akuades hingga batas kalibrasi. Diamkan selama 24 jam dan homogenkan dengan menggunakan batang pengaduk.
Natrium alginat 80-120 cP 4,5 g
Gliserin 2 g
Natrium metabisulfit 0,1 g
TiO
2
0,4 g
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Akuades ad 100 ml
Beaker glass dikalibrasi 100 ml. Terlebih dahulu dimasukkan sedikit akuades ke dalam wadah ± 5 ml, lalu ditaburkan natrium alginat,dan
ditambahkan gliserin, natrium metabisulfit, dan TiO
2
Formula III : yang telah dilarutkan dalam
akuades. Kemudian dicukupkan dengan akuades hingga batas kalibrasi. Diamkan selama 24 jam dan homogenkan dengan menggunakan batang pengaduk.
Natrium alginat 80-120 cP 4,5 g
Gliserin 2 g
Natrium metabisulfit 0,1 g
TiO
2
PEG 6000 2 g
0,4 g
Akuades ad 100 ml
Beaker glass dikalibrasi 100 ml. Terlebih dahulu dimasukkan sedikit akuades ke dalam wadah ± 5 ml, lalu ditaburkan natrium alginat,dan
ditambahkan gliserin, natrium metabisulfit, PEG, dan TiO
2
yang telah dilarutkan dalam akuades. Kemudian dicukupkan dengan akuades hingga batas kalibrasi.
Diamkan selama 24 jam dan homogenkan dengan menggunakan batang pengaduk.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Formula IV : Natrium alginat 300-400 cP
4 g Gliserin
2 g Natrium metabisulfit
0,1 g TiO
2
Akuades ad 100 ml
0,4 g
Beaker glass dikalibrasi 100 ml. Terlebih dahulu dimasukkan sedikit akuades ke dalam wadah ± 5 ml, lalu ditaburkan natrium alginat,dan
ditambahkan gliserin, natrium metabisulfit, dan TiO
2
Formula V : yang telah dilarutkan dalam
akuades. Kemudian dicukupkan dengan akuades hingga batas kalibrasi. Diamkan selama 24 jam dan homogenkan dengan menggunakan batang pengaduk.
Natrium alginat 300-400 cP 4,5 g
Gliserin 2 g
Natrium metabisulfit 0,1 g
TiO
2
Akuades ad 100 ml
0,4 g
Beaker glass dikalibrasi 100 ml. Terlebih dahulu dimasukkan sedikit akuades ke dalam wadah ± 5 ml, lalu ditaburkan natrium alginat,dan
ditambahkan gliserin, natrium metabisulfit, dan TiO
2
yang telah dilarutkan dalam akuades. Kemudian dicukupkan dengan akuades hingga batas kalibrasi. Diamkan
selama 24 jam dan homogenkan dengan menggunakan batang pengaduk.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Formula VI : Natrium alginat 300-400 cP
4,5 g Gliserin
2 g Natrium metabisulfit
0,1 g TiO
2
PEG 6000 2 g
0,4 g
Akuades ad 100 ml
Beaker glass dikalibrasi 100 ml. Terlebih dahulu dimasukkan sedikit akuades ke dalam wadah ± 5 ml, lalu ditaburkan natrium alginat,dan
ditambahkan gliserin, natrium metabisulfit, PEG, dan TiO
2
Formula VII : yang telah dilarutkan
dalam akuades. Kemudian dicukupkan dengan akuades hingga batas kalibrasi. Diamkan selama 24 jam dan homogenkan dengan menggunakan batang
pengaduk.
Natrium alginat 300-400 cP 4,5 g
Gliserin 2 g
Natrium metabisulfit 0,1 g
TiO
2
PEG 6000 3 g
0,4 g
Akuades ad 100 ml
Beaker glass dikalibrasi 100 ml. Terlebih dahulu dimasukkan sedikit akuades ke dalam wadah ± 5 ml, lalu ditaburkan natrium alginat,dan
ditambahkan gliserin, natrium metabisulfit, PEG, dan TiO
2
yang telah dilarutkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dalam akuades. Kemudian dicukupkan dengan akuades hingga batas kalibrasi. Diamkan selama 24 jam dan homogenkan dengan menggunakan batang
pengaduk.
3.3.4.2 Pengukuran Viskositas Larutan Natrium Alginat
Dalam hal ini,viskositas yang diukur adalah formula cangkang kapsul alginat 80-120 cp dengan konsentrasi natrium alginat 4,5 tanpa dan dengan
penambahan TiO
2.
3.3.4.3 Pembuatan Badan Cangkang Kapsul Alginat
Viskometer Brookfield diletakkan di meja. Kemudian dalam beaker glass diisi larutan alginat sebanyak 200 ml dan diletakkan diatas meja.
Alat diturunkan sampai speendle terendam hingga mencapai batas tanda pada speendle. Selanjutnya diatur kecepatan putar dari speendle, ditekan ON untuk
memulai pengukuran. Kemudian dibaca skala yang ditunjukkan oleh jarum dan dikalikan dengan faktor koreksi sehingga didapatkan viskositas larutan natrium
alginat.
Alat pencetak kapsul dibuat dari bahan stainless steel dengan panjang 12,5 cm diameter 6,0 mm dicelupkan ke dalam larutan natrium alginat sedalam 3 cm,
kemudian batang stainless steel yang ujungnya telah dilapisi larutan natrium alginat tersebut direndam dalam larutan kalsium klorida 0,15 M selama 75
menit. Setelah itu cangkang kapsul yang telah mengeras direndam dalam aquadest selama 24 jam untuk menghilangkan kalsium yang menempel pada cangkang
kapsul dan selanjutnya dikeringkan pada alat pengering kapsul.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3.4.4 Pembuatan Tutup Cangkang Kapsul Alginat
Alat pencetak kapsul dibuat dari bahan stainless steel dengan panjang 12,5 cm diameter 6 mm dicelupkan ke dalam larutan natrium alginat sedalam 2,5 cm,
kemudian batang stainless steel yang ujungnya telah dilapisi larutan natrium alginat tesebut direndam dalam larutan kalsium klorida 0,15 M selama 75 menit.
Setelah itu cangkang kapsul yang telah mengeras direndam dalam aquadest selama 24 jam untuk menghilangkan kalsium yang menempel pada cangkang
kapsul dan selanjutnya dikeringkan pada alat pengering kapsul.
3.3.4.5 Pengeringan Cangkang Kapsul Alginat
Pengeringan cangkang kapsul dilakukan dengan cara memasukkan di lemari pengering selama 1 hari di mana cangkang kapsul alginat basah tetap
berada pada alat pencetak kapsul yang sebelumnya telah lapisi dengan plastik. Sesudah kering, kapsul ditarik dari alat pencetak dan digabungkan badan dan
tutup kapsul kemudian disimpan dalam botol plastik.
3.3.4.6 Penentuan Spesifikasi Cangkang Kapsul 3.3.4.6.1 Pengukuran Panjang dan Diameter Cangkang Kapsul
Panjang dan diameter cangkang kapsul diukur menggunakan jangka sorong.
3.3.4.6.2 Pengukuran Ketebalan Cangkang Kapsul
Ketebalan cangkang kapsul diukur menggunakan mikrometer. Pengukuran dilakukan 5 kali untuk masing-masing sampel, satu kali di pusat dan 4 kali di
bagian perifer, kemudian di rata-ratakan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3.4.6.3 Penimbangan Berat Cangkang Kapsul
Berat cangkang kapsul ditimbang menggunakan neraca analitik.
3.3.4.6.4 Pengamatan Warna Cangkang Kapsul
Warna cangkang kapsul diamati secara visual
3.3.4.6.5 Pengukuran Volume Cangkang Kapsul
Pengukuran volume cangkang kapsul dilakukan menggunakan pipet volume 1 ml dimana badan kapsul diisi dengan air sampai penuh.
3.3.4.6.6 Pengisian Aspirin dalam Kapsul Alginat
Sebanyak 80,0 mg Aspirin ditimbang dengan tepat menggunakan neraca listrik, kemudian dicampur homogen dengan 32,0 mg laktosa, lalu diisikan ke
dalam bagian badan cangkang kapsul alginat melalui bagian ujung yang terbuka lalu ditutup dengan bagian tutup cangkang kapsul dengan mendorong ke bagian
badan cangkang kapsul yang terbuka sehingga bagian tutup kapsul dengan bagian badan kapsul menyatu dengan baik. Kemudian diberi perekat larutan natrium
alginat pada kapsul.
3.4 Penyimpanan Cangkang Kapsul Alginat Yang Berisi Aspirin
Dalam hal ini dilakukan penyimpanan terhadap cangkang kapsul alginat 80-120 cp dengan konsentrasi 4,5 dan menggunakan TiO
3.4.1 Penyimpanan pada Suhu 30 ˚C,RH 70
2.
Cangkang kapsul kosong dan berisi disimpan dalam kemasan aluminium foil di climatic chamber pada suhu 30
˚C,RH 70 . Pada akhir periode tertentu 3 bulan , cangkang kapsul dikeluarkan dan dilakukan pengujian terhadap cangkang
kapsul, meliputi pengamatan warna, uji pelepasan,uji waktu hancur dan uji kerapuhan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.4.2 Penyimpanan pada suhu 40
Cangkang kapsul kosong dan berisi disimpan dalam kemasan aluminium foil di climatic chamber pada suhu 40
C, RH 75
3.5 Pengujian
C, RH 75. Pada akhir periode tertentu 3 bulan, cangkang kapsul dikeluarkan dan
dilakukan pengujian terhadap cangkang kapsul, meliputi pengamatan warna, uji pelepasan,uji waktu hancur dan uji kerapuhan.
3.5.1 Pengaruh Penyimpanan 3.5.1.1 Pengujian Stabilitas Kimia Aspirin dalam Kapsul Alginat 4,5
yang Menggunakan Pemburam TiO
2
yang Disimpan Selama 3 Bulan dalam Pengemas Aluminium Foil
3.5.1.1.1 Penetapan Kadar Aspirin dalam Kapsul
Diambil 10 kapsul, dikeluarkan isi semua kapsul dan dicampur, dibersihkan cangkang kapsul dan ditimbang seksama. Ditimbang seksama
sejumlah isi kapsul setara dengan lebih kurang 50 mg Aspirin. Dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan 5 ml etanol , dikocok hingga
larut,dicukupkan dengan cairan usus buatan sampai garis tanda.Kemudian dipipet 1 ml larutan di atas dan dimasukkan ke dalam labu 25 ml,ditambahkan sebagian
cairan usus buatan lalu dihidrolisis dengan pemanasan dalam waterbath selama 3 jam,kemudian dicukupkan volumenya dengan cairan usus buatan sampai
mencapai garis tanda. Lalu diukur absorbansinya pada panjang gelombang 296,3 nm dengan spektrofotometer ultraviolet. Diulangi sebanyak 3 kali. Dilakukan hal
yang sama untuk penetapan kadar Aspirin dalam kapsul alginat yang disimpan selama 3 bulan pada suhu 30
˚C, RH 70, dan suhu 40˚C, RH 75.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.5.1.2 Pengujian Stabilitas Fisik Aspirin dalam Kapsul Alginat 3.5.1.2.1 Pengamatan warna cangkang kapsul dan warna bahan obat
Aspirin dalam kapsul alginat
Pengujian pengamatan warna dilakukan secara visual, yaitu dengan melihat perubahan warna yang terjadi setelah penyimpanan pada akhir
periode tertentu 3 bulan.
3.5.1.2.2 Uji Kerapuhan
Uji kerapuhan dilakukan pada kapsul kosong dan kapsul berisi yang telah disimpan selama 3 bulan pada suhu 30
˚C, RH 75, dan pada suhu suhu 40
˚C, RH 75 dengan menggunakan alat capsule shell impact tester, yaitu dengan melihat perubahan bentuk yang terjadi pada cangkang kapsul setelah
dijatuhkan beban. Kapsul dikatakan rapuh apabila setelah dijatuhkan beban, cangkang kapsul retak atau pecah Nagata, 2002.
3.5.1.2.2.1 Cangkang Kapsul Kosong
Cangkang kapsul kosong diletakkan dalam kotak akrilik, kemudian dijatuhkan beban seberat 50 g dari ketinggian 10 cm. Diamati kerapuhan
cangkang kapsul. Uji ini dilakukan terhadap 6 cangkang kapsul.
3.5.1.2.2.2 Cangkang Kapsul Berisi Uji Ketahanan terhadap Tekanan
Cangkang kapsul yang berisi Aspirin dan laktosa diletakkan dalam kotak akrilik, kemudian ditekan dengan anak timbangan seberat 2 kg. Diamati
kerapuhan cangkang kapsul. Uji ini dilakukan terhadap 6 cangkang kapsul.
3.5.1.2.3 Uji Waktu Hancur
Bola besi berdiameter 2,94 mm sebanyak 40 buah berat 1 bola = 40 mg dimasukkan ke dalam kapsul sehingga kapsul dapat tenggelam dalam medium.
Cangkang kapsul dimasukkan dalam tiap tabung dari keranjang yang dapat dinaik-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
turunkan kemudian dijalankan alat dalam medium lambung buatan pH 1,2 bersuhu 37±2
o
C selama 2 jam. Kemudian dilanjutkan dalam medium dapar fosfat pH 6,8 bersuhu 37±2
o
a Dalam medium lambung tidak ada kapsul yang pecah. Bila 1 atau 2 kapsul pecah, diulangi pemeriksaan menggunakan 12 kapsul tambahan. Persyaratan
terpenuhi apabila tidak kurang dari 16 dari 18 kapsul yang diuji tidak pecah. C selama 1 jam. Uji ini dilakukan terhadap 6 kapsul. Kapsul
memenuhi persyaratan apabila:
b Dalam medium dapar fosfat pH 6,8, semua kapsul pecah semua. Kapsul dikatakan pecah dan dicatat waktunya apabila bola besi keluar dari
cangkang kapsul dan menyentuh dasar keranjang.
3.5.1.2.4 Uji Disolusi Medium pH Berganti
Medium : Cairan lambung buatan pH 1,2
Cairan usus buatan pH 6,8 Kecepatan pengadukan
: 100 rpm Volume medium
: 900 ml Suhu medium
: 37 + 0,5
o
Metode : dayung
C
Sampel : Kapsul alginat yang mengandung 80 mg Aspirin,
dan 32 mg Laktosa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.5.1.2.4.1 Prosedur
Dimasukkan 900 ml medium ke dalam wadah disolusi dan diatur suhu 37 + 0,5
o
C dan kecepatan pengadukannya 100 rpm.Ke dalam wadah disolusi dimasukkan sampel uji. Pada 2 jam pertama medium yang digunakan adalah
cairan lambung buatan pH 1,2 dengan interval pengambilan cuplikan 5’, 10’, 15’, 20’, 25’, 30’, 45’, 60’, 90’, dan 120’ dipipet 5 ml kemudian diganti dengan cairan
usus buatan pH 6,8 dengan interval pengambilan cuplikan 125’, 130’, 135’, 140’, 145’, 150’, 160’, 170’, 180’, dan 210’ dipipet sebanyak 5 ml. Pengambilan
cuplikan dilakukan pada tempat yang sama yaitu pertengahan antara permukaan medium disolusi dengan bagian atas dayung dan tidak kurang dari 1 cm dari
dinding wadah Ditjen POM,1995.Cuplikan dihidrolisis sempurna terlebih dahulu dengan penambahan 5 ml HCl 1 N untuk cuplikan pada medium lambung
buatan pH 1,2 dan dipanaskan pada penangas air selama 3 jam. Sementara untuk cuplikan medium usus buatan pH 6,8 ditambahkan 5 ml NaOH 1 N dan
dipanaskan pada penangas air selama 3 jam, kemudian disaring dan diambil 5 ml. Kemudian masing-masing cuplikan diencerkan dalam labu tentukur 25 ml dengan
medium yang sesuai dan diukur konsentrasinya dengan menggunakan spektrofotometri ultraviolet pada panjang gelombang 237 nm untuk medium
lambung buatan dan 296,3 nm untuk medium usus buatan pH 6,8. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.5.2 Pengaruh Penggunaan Titanium Dioksida TiO
2
pada Pelepasan Aspirin dalam Kapsul Alginat
3.5.2.1 Uji Pelepasan
Medium : Cairan lambung buatan pH 1,2
Cairan usus buatan pH 6,8 Kecepatan pengadukan
: 100 rpm Volume medium
: 900 ml Suhu medium
: 37 + 0,5
o
Metode : dayung
C
Sampel : 1. Cangkang kapsul alginat 80-120 cp yang
mengandung TiO2 yang berisi 80 mg Aspirin dan 32 mg Laktosa
2. Cangkang kapsul alginat 80-120 cp yang tidak mengandung TiO2 yang berisi 80 mg Aspirin
dan 32 mg Laktosa
3.5.2.2 Prosedur
Sama seperti prosedur pada Uji Disolusi Medium pH Berganti pada 2.5.1.2.4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.5.3 Pengaruh Penggunaan PEG 2 Pada Pelepasan Aspirin dalam Cangkang Kapsul Alginat
3.5.3.1 Uji Pelepasan
Medium : Cairan lambung buatan pH 1,2
Cairan usus buatan pH 6,8 Kecepatan pengadukan
: 100 rpm Volume medium
: 900 ml Suhu medium
: 37 + 0,5
o
Metode : dayung
C
Sampel : 1. Cangkang kapsul alginat 80-120 cp yang
mengandung TiO2 yang berisi 80 mg Aspirin dan 32 Laktosa
2. Cangkang kapsul alginat 80-120 cp yang mengandung TiO2 dan PEG 2 yang berisi 80
mg Aspirin dan 32 mg Laktosa
3.5.3.2 Prosedur
Sama seperti prosedur pada Uji Disolusi Medium pH Berganti pada 2.5.1.2.4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.6 Uji Delayed-Release Cangkang Kapsul Alginat
3.6.1 Uji Pelepasan
Medium : Cairan lambung buatan pH 1,2
Cairan usus buatan pH 6,8 Kecepatan pengadukan
: 100 rpm Volume medium
: 900 ml Suhu medium
: 37 + 0,5
o
Metode : dayung
C
Sampel : 1.Cangkang kapsul alginat 300-400 cp dengan
konsentrasi natrium alginat 4 yang mengandung TiO2 yang berisi 80 mg Aspirin
dan 32 mg Laktosa 2.Cangkang kapsul alginat 300-400 cp dengan
konsentrasi natrium alginat 4,5 yang mengandung TiO2 yang berisi 80 mg Aspirin
dan 32 mg Laktosa 3. Cangkang kapsul alginat 300-400 cp dengan
konsentrasi natrium alginat 4,5 yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengandung TiO2 dan PEG 2 yang berisi 80 mg Aspirin dan 32 mg Laktosa
4. Cangkang kapsul alginat 300-400 cp dengan konsentrasi natrium alginat 4,5 yang
mengandung TiO2 dan PEG 3 yang berisi 80 mg Aspirin dan 32 mg Laktosa
Prosedur sama seperti prosedur pada Uji Disolusi Medium pH Berganti pada 2.5.1.2.4, akan tetapi pengambilan cuplikan dilakukan pada menit ke-120
yaitu dipipet 5 ml dan pada menit ke-210 yaitu dipipet sebanyak 5 ml. Menurut USP XXX, persyaratan untuk sediaan kapsul Aspirin delayed-release
Pada medium cairan lambung buatan Level
Jumlah yang diuji Kriteria penerimaan A1
6 Tidak ada satu unit pun yang terlepas lebih dari
10 A2
6 Rata-rata dari 12 unit A1 + A2 tidak lebih dari
10,dan tidak 1 unit pun yang lebih besar dari 25.
A3 12
Rata-rata dari 24 unit A1 + A2 + A3 tidak lebih dari 10 , dan tidak ada satu unit pun yang lebih
besar dari 25.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada medium cairan usus buatan Level
Jumlah yang diuji Kriteria penerimaan B1
6 Setiap unit tidak kurang dari 80
B2 6
Rata-rata dari 12 unit B1 + B2 lebih dari atau sama dengan 75,dan tidak 1 unit pun yang lebih
kecil dari 60. B3
12 Rata-rata dari 24 unit B1 + B2 + B3 lebih dari
atau sama dengan 75,tidak lebih dari 2 unit yang lebih kecil dari 60,dan tidak ada satu unit pun
yang lebih rendah dari 50.
3.7 Uji Profil Pelepasan Tablet Salut Enterik Ascardia 3.7.1 Uji Pelepasan
Medium : Cairan lambung buatan pH 1,2
Cairan usus buatan pH 6,8 Kecepatan pengadukan
: 100 rpm Volume medium
: 900 ml Suhu medium
: 37 + 0,5
o
Metode : keranjang
C
Sampel : Tablet salut enterik Ascardia 80 mg
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.7.2. Prosedur
Sama seperti prosedur pada Uji Disolusi Medium pH Berganti pada 2.5.1.2.4.
3.8 Uji Pengaruh pH Lambung Terhadap Waktu Hancur Cangkang Kapsul Alginat
3.8.1 Uji Waktu Hancur
Bola besi berdiameter 2,94 mm sebanyak 40 buah berat 1 bola = 40 mg dimasukkan ke dalam kapsul sehingga kapsul dapat tenggelam dalam medium.
Cangkang kapsul dimasukkan dalam tiap tabung dari keranjang yang dapat dinaik- turunkan kemudian dijalankan alat dalam medium lambung buatan pH 1,2; pH 3,0;
pH 4,0; pH 5,0; pH 7,0, dan pada medium akuades bersuhu 37 ± 2
o
C selama 2 jam. Kemudian dilanjutkan dalam medium dapar fosfat pH 6,8 dan pH 7,0 bersuhu 37 ±
2
o
a Dalam medium lambung tidak ada kapsul yang pecah. Bila 1 atau 2 kapsul pecah, diulangi pemeriksaan menggunakan 12 kapsul tambahan.
Persyaratan terpenuhi apabila tidak kurang dari 16 dari 18 kapsul yang diuji tidak pecah.
C selama 1 jam. Uji ini dilakukan terhadap 6 kapsul. Kapsul memenuhi persyaratan apabila:
b Dalam medium dapar fosfat pH 6,8, semua kapsul pecah semua. Kapsul dikatakan pecah dan dicatat waktunya apabila bola besi keluar dari
cangkang kapsul dan menyentuh dasar keranjang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat 4.1.1 Viskositas Larutan Natrium Alginat
Viskositas larutan natrium alginat diukur dengan menggunakan viskometer Brookfield. Dari hasil pengukuran viskositas larutan alginat 80-120 cP
yang mengandung titanium dioksida diperoleh viskositas sebesar 14250 cP dan viskositas larutan natrium alginat 80-120 cP yang tidak mengandung Titan
dioksida diperoleh viskositas sebesar 10750 cP. Larutan alginat tersebut mempunyai sifat alir dan kekentalan yang sesuai untuk dapat dicetak menjadi
cangkang kapsul. Pada kedua viskositas tersebut, larutan alginat mempunyai sifat alir dan
kekentalan yang sesuai untuk dapat dicetak menjadi cangkang kapsul. Viskositas dihitung berdasarkan skala yang diperoleh dari alat dan dikalikan dengan faktor
koreksi yang telah ditentukan sehingga diperoleh viskositas dalam sentipois yang dapat dilihat pada Lampiran 1 pada halaman 88.
4.1.2 Spesifikasi cangkang kapsul alginat
Pengukuran panjang, diameter, berat dan warna cangkang kapsul dilakukan untuk badan cangkang kapsul, tutup cangkang kapsul dan cangkang kapsul
keseluruhan. Pengukuran ketebalan dilakukan terhadap badan dan tutup cangkang kapsul. Sedangkan pengukuran volume hanya dilakukan terhadap badan cangkang
kapsul, karena umumnya bahan obat hanya diisikan ke dalam badan cangkang kapsul sebelum ditutup dengan tutup kapsul. Air yang digunakan untuk mengukur
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
volume cangkang kapsul diisi sampai meniskus atas, air menyentuh ujung kapsul untuk mencegah kelebihan pembacaan volume cangkang kapsul.
Cangkang kapsul yang dibuat merupakan cangkang kapsul dengan ukuran 0. Hal ini bisa dilihat dari spesifikasi cangkang kapsul alginat pada Tabel 4.1 sampai
Tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.1
Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat 80-120 cp dengan Konsentrasi Na alginat 4,5 yang menggunakan TiO
2
Tabel 4.2
Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat 80-120 cp dengan konsentrasi Na alginat 4,5 tanpa menggunakan TiO
2
No Spesifikasi
Tutup cangkang Badan cangkang
Cangkang kapsul keseluruhan
1 Panjang mm
9,40 16,30
19,80 2
Diameter mm 6,70
6,40 -
3 Tebal mm
0,086 0,085
0,086 4
Berat mg 24,50
26,90 53,40
5 Warna
Transparan Transparan
Transparan 6
Volume ml -
0,40 -
No Spesifikasi
Tutup cangkang Badan cangkang
Cangkang kapsul keseluruhan
1 Panjang mm
9,40 16,30
19,80 2
Diameter mm 6,70
6,40 -
3 Tebal mm
0,095 0,095
0,095 4
Berat mg 25,50
28,80 56,30
5 Warna
Putih Putih
Putih 6
Volume ml -
0,40 -
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.3
Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat 80-120 cp dengan konsentrasi Na alginat 4,5 menggunakan TiO
2
dengan penambahan PEG 2 No
Spesifikasi Tutup cangkang
Badan cangkang Cangkang kapsul
keseluruhan 1
Panjang mm 9,40
16,30 19,80
2 Diameter mm
6,70 6,40
- 3
Tebal mm 0,09
0,09 0,09
4 Berat mg
25,10 26,90
54,80 5
Warna Transparan
Transparan Transparan
6 Volume ml
- 0,40
-
Tabel 4.4
Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat 300-400cp dengan Konsentrasi Na alginat 4 yang menggunakan TiO
2
No Spesifikasi
Tutup cangkang Badan
cangkang Cangkang kapsul
keseluruhan 1
Panjang mm 9,40
16,30 19,80
2 Diameter
mm 6,70
6,40 -
3 Tebal mm
0,095 0,096
0,096 4
Berat mg 25,40
28,70 56,10
5 Warna
Putih Putih
Putih 6
Volume ml -
0,40 -
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.5
Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat 300-400cp dengan Konsentrasi Na alginat 4,5 yang menggunakan TiO
2
No Spesifikasi
Tutup cangkang Badan
cangkang Cangkang kapsul
keseluruhan 1
Panjang mm 9,40
16,30 19,80
2 Diameter
mm 6,70
6,40 -
3 Tebal mm
0,136 0,136
0,136 4
Berat mg 26,80
30,10 58,90
5 Warna
Putih Putih
Putih 6
Volume ml -
0,40 -
Tabel 4.6 Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat 300-400cp dengan Konsentrasi
Na alginat 4,5 yang menggunakan TiO
2
dan PEG 2 No
Spesifikasi Tutup cangkang
Badan cangkang
Cangkang kapsul keseluruhan
1 Panjang mm
9,40 16,30
19,80 2
Diameter mm
6,70 6,40
- 3
Tebal mm 0,126
0,127 0,127
4 Berat mg
25,60 28,80
56,40 5
Warna Putih
Putih Putih
6 Volume ml
- 0,40
-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.7
Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat 300-400cp dengan KonsentrasiNa alginat 4,5 yang menggunakan PEG 3 dan TiO
2
No Spesifikasi
Tutup cangkang Badan
cangkang Cangkang kapsul
keseluruhan 1
Panjang mm 9,40
16,30 19,80
2 Diameter
mm 6,70
6,40 -
3 Tebal mm
0,105 0,107
0,107 4
Berat mg 24,60
27,60 54,20
5 Warna
Putih Putih
Putih 6
Volume ml -
0,40 -
Tabel 4.8 Spesifikasi cangkang kapsul ukuran No.1 menurut Pfizer
Inc.Capsugel Division Ukuran
kapsul Tutup Kapsul
Badan Kapsul Panjang Cangkang
Kapsul Keseluruhan mm
Panjang mm
Diameter mm
Panjang mm
Diameter mm
9,78 6,91
16,61 6,63
19,40 Toleransi
± 0,46 ± 0,46
± 0,46 ± 0,46
± 0,30
Berdasarkan tabel dapat diketahui ketebalan cangkang kapsul alginat dengan viskositas yang lebih tinggi 300-400 cp dan yang menggunakan TiO
2
menghasilkan cangkang kapsul yang lebih tebal dibandingkan dengan cangkang kapsul alginate dengan viskositas yang lebih rendah 80-120 cp dan yang tanpa
menggunakan TiO
2
4.2 Pengujian Stabilitas Fisik Aspirin dalam Kapsul Alginat
.
4.2.1 Pengamatan Warna
4.2.1.1 Pengamatan Warna Terhadap Cangkang Kapsul Alginat
Warna cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO
2
yang disimpan dengan bahan pengemas berupa aluminium foil pada penyimpanan suhu 30°C,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RH 70 selama 3 bulan terlihat tidak mengalami perubahan warna dimana warna cangkang kapsul sama seperti kondisi sebelum penyimpanan dan penyimpanan
suhu 40°C, RH 75 selama 3 bulan terlihat mulai mengalami perubahan warna dimana warna cangkang kapsul dari warna putih menjadi sedikit kecoklatan.
Dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:
1 2
3
Gambar 4.1
Warna cangkang kapsul alginat yang menggunakan TiO
2
Keterangan : dan
disimpan dalam bahan pengemas berupa aluminium foil
1 Cangkang kapsul alginat sebelum penyimpanan 2 Cangkang kapsul alginat setelah penyimpanan suhu 30°C, RH 70 selama 3
bulan
3 Cangkang kapsul alginat setelah penyimpanan suhu 40°C, RH 75 selama 3
bulan
Dari gambar 4.1 diatas dapat dilihat bahwa cangkang kapsul alginat sebelum penyimpanan berwarna putih. Pada penyimpanan suhu 30°C, RH 70 dan pada
suhu 40°C, RH 75 selama 3 bulan dan disimpan dengan bahan pengemas berupa aluminium foil warna cangkang kapsul mulai kecoklatan.
Gea 2011, dalam penelitiannya melaporkan bahwa penyimpanan kapsul alginat yang mengandung TiO
2
pada suhu kamar selama 3 bulan tidak mempengaruhi sifat-sifat fisik kapsul, sedangkan pada penyimpanan selama 3
bulan pada suhu 40 ± 2°C, RH 75 ± 5 warna putih kapsul sebelumnya berubah menjadi putih kecoklatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dalam penelitian ini, pada formula cangkang kapsul ditambahkan Natrium metabisulfit sebagai antioksidan. Natrium metabisulfit dapat digunakan sebagai
antioksidan, pengawet anti mikroba, dan sebagai bahan anti pengcoklatan pada cangkang kapsul Rowe, et al., 2009. Sehingga, dengan adanya natrium
metabisulfit maka warna cangkang kapsul menjadi lebih stabil selama penyimpanan.
Tabel 4.9 Sifat fisik cangkang kapsul alginat yang menggunakan TiO
2
No
dan strip aluminium foil sebagai bahan pengemas
Perlakuan Warna cangkang
kapsul yang menggunakan TiO
2
1. Sebelum penyimpanan
Putih 2.
Penyimpanan pada suhu 30°C, RH 70 selama 3 bulan
Putih 3.
Penyimpanan pada suhu 40°C, RH 75 selama 3 bulan
Mulai kecoklatan
4.2.1.2 Pengamatan Warna Bahan Obat Dalam Cangkang Kapsul
Alginat Warna bahan obat dalam cangkang kapsul alginat selama penyimpanan
terlihat tidak mengalami perubahan warna pada penyimpanan suhu 30°C dan suhu 40°C selama 3 bulan. Pengamatan dilakukan secara visual.
1 2
3
Gambar 4.2 Warna bahan obat dalam cangkang kapsul alginat yang
menggunakan TiO
2
dan disimpan dalam bahan pengemas berupa aluminium foil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Keterangan : 1 Aspirin dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan
2 Aspirin dalam kapsul alginat pada penyimpanan suhu 30°C, RH 70 selama
3 bulan 3 Aspirin dalam kapsul alginat pada penyimpanan suhu 40°C, RH 750
selama 3 bulan
Pada penyimpanan kapsul alginat menggunakan TiO
2
Berdasarkan hasil yang diperoleh diatas dapat kita ketahui bahwa warna bahan obat Aspirin dalam kapsul alginat yang menggunakan pengemas alumium
foil tidak berubah selama penyimpanan. dan disimpan dalam
bahan pengemas berupa aluminium foil dapat dilihat bahwa warna bahan obat Aspirin tidah berubah warna pada penyimpanan suhu 30°C, RH 70 selama 3
bulan, dan pada suhu 40°C, RH 75 pada penyimpanan selama 3 bulan juga tidak terjadi perubahan warna. Menurut Ditjen POM 1995, pemerian Aspirin
adalah hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau berbau lemah. Stabil di udara kering; di dalam
udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat.
4.2.1.3 Uji Kerapuhan
Untuk uji kerapuhan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu cangkang kapsul kosong dan cangkang kapsul yang berisi bahan obat dimana masing-masing
kelompok terdiri dari 6 cangkang kapsul. Cangkang kapsul tersebut disimpan pada suhu 30°C, RH 70 dan suhu 40°C, RH 75 selama 3 bulan.
4.2.1.3.1 Cangkang Kapsul Kosong
Untuk uji kerapuhan ini, pada cangkang kapsul kosong dijatuhkan beban 50 g dari ketinggian 10 cm dimana beban 50 g ini diibaratkan sebagai tekanan yang
terjadi saat membuka kemasan kapsul. Kapsul dikatakan rapuh apabila setelah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dijatuhkan beban, cangkang kapsul retak atau pecah Nagata, 2002. Kapsul akan rapuh jika kadar uap air yang dikandungnya sedikit. Sebaliknya jika kadar uap
airnya terlalu banyak, kapsul cenderung akan melunak. Dari 6 cangkang kapsul kosong yang diuji, tidak terdapat kapsul yang rapuh,
terlihat pada Gambar 4.3 berikut ini:
a b
Gambar 4.3 Uji Kerapuhan cangkang kapsul kosong penyimpanan 3 bulan pada
suhu 30°C, RH 70 Keterangan:
a Sebelum uji kerapuhan b Sesudah uji kerapuhan
Demikian juga hasil uji kerapuhan untuk masing-masing 6 cangkang kapsul kosong penyimpanan pada suhu 40°C, RH 75 setelah 3 bulan tidak menunjukan
kerapuhan, dapat dilihat pada Gambar 3.4 berikut ini:
a b
Gambar 4.4
Uji Kerapuhan cangkang kapsul kosong penyimpanan 3 bulan pada suhu 40°C, RH 75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Keterangan: a Sebelum uji kerapuhan
b Sesudah uji kerapuhan 4.2.1.2.2.2 Cangkang Kapsul Berisi Uji Ketahanan Terhadap Tekanan
Pada uji ini, cangkang kapsul yang telah diisi dengan Aspirin, dan laktosa ditekan dengan beban 2 kg. Beban 2 kg diibaratkan sebagai tekanan yang
mungkin terjadi selama proses pengisian sampai dengan pengemasan kapsul. Dalam sekali produksi, dapat dihasilkan beribu-ribu kapsul dimana kapsul yang
telah diisi dapat tertekan oleh kapsul lainnya sebelum pengemasan. Akibatnya jika kapsul rapuh, maka isi kapsul dapat keluar Nagata, 2002.
Dari 6 cangkang kapsul yang diuji, tidak terdapat cangkang kapsul yang menunjukkan kerapuhan, terlihat pada Gambar 4.5 berikut:
a b
Gambar 4.5
Uji kerapuhan cangkang kapsul berisi penyimpanan 3 bulan suhu 30°C, RH 70
Keterangan: a Sebelum uji kerapuhan
b Sesudah uji kerapuhan
Dari hasil uji kerapuhan diketahui bahwa cangkang kapsul tidak menunjukkan kerapuhan, tetapi bentuk kapsul berubah menjadi pipih.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Demikian juga hasil uji kerapuhan untuk masing-masing 6 cangkang kapsul berisi penyimpanan 3 bulan pada suhu 40°C, RH 75 setelah 3 bulan tidak
menunjukan kerapuhan, terlihat pada Gambar 4.6 berikut:
a b
Gambar 4.6 Uji kerapuhan cangkang kapsul berisi penyimpanan 3 bulan pada
suhu 40°C, RH 75 Keterangan:
a Sebelum uji kerapuhan b Sesudah uji kerapuhan
4.2.1.4 Uji Waktu Hancur Disintegrasi
Cangkang kapsul mula-mula diisi dengan bola besi Gambar 4.7a dan 4.7b di mana bola besi ini berfungsi sebagai bahan pengisi yang tetap berada dalam
cangkang kapsul dan tidak mengembang, larut atau berubah keadaannya dalam kondisi apapun, sehingga tidak ada pengaruh bahan pengisi terhadap waktu
hancur cangkang kapsul Chiwede, dkk., 2000. Selama 2 jam dalam medium HCl 0,1 N, cangkang kaspul kalsium alginat
tidak pecah dalam medium tersebut Gambar 4.7c. Hal ini berarti kaspul kalsium alginat tidak pecah pada pH lambung, tetapi disini terjadi pengembangan diameter
cangkang kapsul dengan persen pengembangan rata-rata untuk cangkang kapsul mula-mula adalah 16,42 dengan cakram dan 5,97 tanpa cakram. Untuk
cangkang kapsul setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 30°C, RH 70 adalah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10,66 dengan cakram dan 3,49 tanpa cakram. Untuk cangkang kapsul setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40°C, RH 75 adalah 9,03 dengan
cakram dan 1,99 tanpa cakram. Selain terjadi pengembangan diameter, cangkang kapsul juga menjadi
sedikit lebih lunak. Hal ini karena sebagian Ca pada cangkang kapsul lepas ke dalam medium HCl 0,1 N Bangun, dkk., 2005.
Setelah dalam HCl 0,1 N selama 2 jam, disintegrasi cangkang kapsul dilanjutkan dalam medium dapar fosfat pH 6,8. Cangkang kapsul kalsium alginat
pecah dalam medium ini, dengan terlebih dahulu terjadi pengembangan diameter cangkang kapsul sebelum akhirnya cangkang kapsul pecah Gambar 4.7d. Waktu
hancur rata-rata kapsul alginat mula-mula dengan dan tanpa cakram berturut-turut adalah 10,88 menit dan 17,55 menit. Waktu hancur rata-rata kapsul alginat setelah
penyimpanan 3 bulan pada suhu 30°C, RH 70 dengan dan tanpa cakram berturut-turut adalah 14,15 menit dan 19,05 menit. Waktu hancur rata-rata kapsul
alginat setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40°C, RH 75 dengan dan tanpa cakram berturut-turut adalah 14,85 menit dan 19,95 menit.
a b
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c d
Gambar 4.7 Pengamatan Cangkang Kapsul pada Uji Waktu Hancur
Keterangan : a Bola besi Ø 2,94 mm dan cangkang kapsul kosong b Cangkang kapsul mula-mula berisi bola besi
c Cangkang kapsul setelah 2 jam dalam HCl 0,1 N cangkang kapsul mengembang dan sedikit melunak
d Cangkang kapsul yang pecah dalam dapar fosfat pH 6,8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.10
Waktu Hancur Cangkang Kapsul Alginat dan Tablet Salut Enterik Ascardia
No Jenis Pengembangan Kapsul
Setelah 2 Jam di Medium Lambung pH
1,2 Waktu Hancur di
Medium Dapar pH 6,8 menit
Tanpa Cakram
Dengan Cakram
Tanpa Cakram
Dengan Cakram
1 Cangkang Kapsul
Alginat Mula-Mula 5,97
13,42 13,55
10,88
2 Cangkang Kapsul
Alginat Setelah Penyimpanan 3 Bulan
pada Suhu 30 3,45
C, RH 70
10,45 19,05
14,15
3 Cangkang Kapsul
Alginat Setelah Penyimpanan 3 Bulan
pada Suhu 40 1,99
C, RH 75
8,51 19,95
14,85
4 Tablet Salut Enterik
Ascardia -
- 5,79
5,58
4.2.1.5 Uji Pelepasan Aspirin dalam Kapsul Alginat 4.2.1.5.1 Uji Pelepasan Aspirin dalam Kapsul Alginat yang Menggunakan
TiO
2
Uji pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat sebelum dan setelah penyimpanan suhu 30°C, RH 70 dan suhu 40°C, RH 75 selama 3 bulan
dilakukan dengan medium lambung buatan pH 1,2 selama 2 jam 120 menit dan kemudian dilanjutkan dengan medium usus buatan pH 6,8 selama 1,5 jam 90
menit. dalam Pengemas Aluminuim Foil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.2.1.5.1.1 Laju Pelepasan Aspirin dalam Kapsul Alginat Sebelum
Penyimpanan dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan pada 30°C, RH 70
Laju pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat pada medium pH berganti sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 30°C, RH 70 terlihat
sedikit perbedaan. Dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8
Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 3
bulan pada suhu 30°C, RH 70
Pada Gambar 4.8 terlihat pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan pada menit ke-120 terdisolusi sebanyak 0,01 dan pada menit ke-
135 cangkang kapsul mulai pecah. Sedangkan pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 30°C, RH 70 pada menit
ke-120 terdisolusi sebanyak 0 dan pada menit ke-135 cangkang kapsul mulai pecah. Pada menit terakhir yaitu di menit ke-210 kapsul alginat sebelum
penyimpanan mengalami pelepasan Aspirin sebanyak 101,12 dan kapsul alginat setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 30°C, RH 70 mengalami
pelepasan Aspirin sebanyak 101,66. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa aspirin dalam kapsul alginat sebelum dan setelah penyimpanan pada suhu
-20 20
40 60
80 100
120
30 60
90 120
150 180
210
K u
mu la
ti f
Waktu menit
Mula-mula Setelah 3 Bulan
pH 1,2 pH 6,8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30°C, RH 70 dapat memenuhi persyaratan USP XXX 2007 sebagai sediaan delayed release
, karena kadar yang diperoleh dapat memenuhi syarat, yaitu tidak kurang dari 80 Q dalam waktu 90 menit.
Pada pengujian ini cangkang kapsul alginat tidak pecah di dalam lambung, disebabkan karena terjadinya pelepasan kalsium sehingga terbentuknya gel pada
kapsul alginat yang akan membentuk asam alginat yang bersifat hidrofobik. Keadaan kapsul alginat yang tidak pecah dalam medium lambung pH1,2
memberikan keuntungan tercegahnya iritasi lambung Bangun, dkk., 2005. AUC sebelum penyimpanan = 6519,39 mcg ml
-1
. menit dan AUC setelah penyimpanan = 6567,09 mcg ml
-1
4.2.1.5.1.2 Laju Pelepasan Aspirin dalam Kapsul Alginat Sebelum
Penyimpanan dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan pada 40°C, RH 75
. menit. Uji statistik profil pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 3
bulan pada suhu 30°C, RH 70 menggunakan metode Independent t-Test dengan tingkat kepercayaan 95
α = 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan antara pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan dan setelah
penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 30°C, RH 70 .
Laju pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat pada medium pH berganti sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40°C, RH 75 terlihat ada
perbedaan. Dapat dilihat pada Gambar 4.9.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 4.9
Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 3
bulan pada suhu 40°C ,RH 75
Pada Gambar 4.9 terlihat pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan pada menit ke-120 terdisolusi sebanyak 0,01 dan pada menit ke-
135 cangkang kapsul mulai pecah. Sedangkan pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 40°C, RH 75 pada menit
ke-120 terdisolusi sebanyak 0 dan pada menit ke-140 cangkang kapsul mulai pecah. Pada menit terakhir yaitu di menit ke-210 kapsul alginat sebelum
penyimpanan mengalami pelepasan Aspirin sebanyak 101,12 dan kapsul alginat setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 40°C, RH 75 mengalami
pelepasan Aspirin sebanyak 101,07. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa aspirin dalam kapsul alginat sebelum dan setelah penyimpanan pada suhu
40°C, RH 75 dapat memenuhi persyaratan USP XXX 2007 sebagai sediaan delayed release
, karena kadar yang diperoleh dapat memenuhi syarat, yaitu tidak kurang dari 80 Q dalam waktu 90 menit.
AUC sebelum penyimpanan = 6519,39 mcg ml
-1
. menit dan AUC setelah penyimpanan = 5861,73 mcg ml
-1
. menit. Setelah dilakukan uji statistik profil
-20 20
40 60
80 100
120
30 60
90 120
150 180
210
K u
mu la
ti f
Waktu menit
Mula-Mula Setelah 3 Bulan
pH 6,8 pH 1,2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 40°C, RH 75 menggunakan metode
Independent t-Test dengan tingkat kepercayaan 95
α = 0,05 menunjukkan ada perbedaan antara pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan
dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 40°C, RH 75 .
4.2.1.5.1.3 Laju Pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat pada suhu 30°C, RH 70 dan suhu 40°C, RH 75 setelah penyimpanan selama
3 bulan
Laju pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat pada medium pH berganti pada suhu 30°C, RH 70 dan suhu 40°C, RH 75 setelah penyimpanan selama 3
bulan terlihat ada perbedaan. Dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan Aspirin dalam kapsul
alginat disimpan selama 3 bulan pada suhu 30°C, RH 70 dan pada suhu 40°C,RH 75
Pada Gambar 4.10 terlihat pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 30°C, RH 70 pada menit ke-120 terdisolusi
sebanyak 0 dan pada menit ke-135 cangkang kapsul mulai pecah. Sedangkan pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat setelah penyimpanan selama 3 bulan pada
-20 20
40 60
80 100
120
30 60
90 120
150 180
210
K u
mu la
ti f
Waktu menit
Setelah Penyimpanan 3 Bulan Pada 30C, RH 70
Setelah Penyimpanan 3 Bulan Pada 40C, RH 75
pH 1,2 pH 6,8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
suhu 40°C, RH 75 pada menit ke-120 terdisolusi sebanyak 0 dan pada menit ke-140 cangkang kapsul mulai pecah. Pada menit terakhir yaitu di menit ke-210
kapsul alginat setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 30°C, RH 70 mengalami pelepasan Aspirin sebanyak 101,66 dan kapsul alginat setelah
penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 40°C, RH 75 mengalami pelepasan Aspirin sebanyak 101,07. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa aspirin
dalam kapsul alginat setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 30°C, RH 70 dan setelah penyimpanan pada suhu 40°C, RH 75 dapat memenuhi
persyaratan USP XXX 2007 sebagai sediaan delayed release, karena kadar yang diperoleh dapat memenuhi syarat, yaitu tidak kurang dari 80 Q dalam waktu
90 menit. AUC setelah penyimpanan suhu 30
C ,RH 70 = 6567,09 mcg ml
-1
. menit. dan AUC setelah penyimpanan suhu 40
C ,RH 75 = 5861,73 mcg ml
-1
4.2.1.5.2 Pengaruh Penggunaan Titanium Dioksida TiO
. menit. Setelah dilakukan uji statistik profil pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat
setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 30°C, RH 70 dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 40°C, RH 75 menggunakan metode Independent t-
Test dengan tingkat kepercayaan 95
α = 0,05 menunjukkan ada perbedaan antara pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat setelah penyimpanan 3 bulan pada
suhu 30°C, RH 70 dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 40°C, RH 75.
2
Pelepasan Aspirin dalam Kapsul Alginat pada
4.2.1.5.2.1 Laju Pelepasan Aspirin dalam cangkang kapsul alginat yang menggunakan TiO
2
dan yang tanpa menggunakan TiO
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Laju pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat pada medium pH berganti dalam cangkang kapsul alginat yang menggunakan TiO
2
dan yang tanpa menggunakan TiO
2
terlihat ada perbedaan. Dapat dilihat pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Pengaruh bahan pemburam TiO
2
terhadap pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat yang menggunakan TiO
2
dan yang tanpa menggunakan TiO
2
Pada Gambar 4.11 terlihat pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat tanpa TiO
2
pada menit ke-120 terdisolusi sebanyak 3,45 dan pada menit ke-130 cangkang kapsul mulai pecah. Sedangkan pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat
dengan menggunakan TiO
2
pada menit ke-120 terdisolusi sebanyak 0 dan pada menit ke-135 cangkang kapsul mulai pecah. Pada menit terakhir yaitu di menit ke-
210 kapsul alginat tanpa menggunakan TiO
2
mengalami pelepasan Aspirin sebanyak 100,72 dan kapsul alginat yang menggunakan TiO
2
mengalami pelepasan Aspirin sebanyak 101,12. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa aspirin dalam kapsul alginat tanpa menggunakan TiO
2
dan kapsul alginat yang menggunakan TiO
2
dapat memenuhi persyaratan USP XXX 2007 sebagai
-20 20
40 60
80 100
120
30 60
90 120
150 180
210
K u
mu la
ti f
Waktu menit
Added TiO2 Without TiO2
pH 1,2 pH 6,8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sediaan delayed release, karena kadar yang diperoleh dapat memenuhi syarat,yaitu tidak kurang dari 80 Q dalam waktu 90 menit.
AUC kapsul tanpa TiO
2
= 7018,62 mcg ml
-1
. menit dan AUC kapsul dengan TiO
2
= 6519,39 mcg ml
-1
. menit. Setelah dilakukan uji statistik profil
pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat tanpa menggunakan TiO
2
dan yang menggunakan TiO
2
menggunakan metode Independent t-Test dengan tingkat kepercayaan 95
α = 0,05 menunjukkan ada perbedaan antara pelepasan Aspirin. Sehingga, diketahui bahwa TiO
2
mempengaruhi pelepasan Aspirin dalam cangkang kapsul alginat, di mana dengan adanya TiO
2
4.2.1.5.3 Pengaruh Penggunaan PEG 2 pada Pelepasan Aspirin dalam
, laju pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat menjadi lebih lambat.
Kapsul Alginat 4.2.1.5.3.1 Laju Pelepasan Aspirin dalam cangkang kapsul alginat yang
menggunakan PEG 2 dan yang tanpa menggunakan PEG
Laju pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat pada medium pH berganti dalam cangkang kapsul alginat yang menggunakan PEG 2 dan yang tanpa
menggunakan PEG terlihat ada perbedaan. Dapat dilihat pada Gambar 4.12.
-20 20
40 60
80 100
120
30 60
90 120
150 180
210
K u
mu la
ti f
Waktu menit
Without PEG Added PEG 2
pH 6,8 pH 1,2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 4.12
Pengaruh PEG terhadap pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat yang menggunakan PEG 2 dan yang tanpa menggunakan PEG
Pada Gambar 4.12 terlihat pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat tanpa PEG
pada menit ke-120 terdisolusi sebanyak 0,01 dan pada menit ke-135 cangkang kapsul mulai pecah. Sedangkan pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat
dengan menggunakan PEG 2
AUC kapsul tanpa PEG 2 pada menit ke-120 terdisolusi sebanyak 0 dan
pada menit ke-135 cangkang kapsul mulai pecah. Pada menit terakhir yaitu di menit ke-210 kapsul alginat tanpa menggunakan PEG mengalami pelepasan
Aspirin sebanyak 101,12 dan kapsul alginat yang menggunakan PEG 2 mengalami pelepasan Aspirin sebanyak 100,90. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa aspirin dalam kapsul alginat tanpa menggunakan PEG dan kapsul alginat yang menggunakan PEG 2 dapat memenuhi persyaratan USP
XXX 2007 sebagai sediaan delayed release, karena kadar yang diperoleh dapat memenuhi syarat,yaitu tidak kurang dari 80 Q dalam waktu 90 menit.
= 6519,39 mcg ml
-1
. menit dan AUC kapsul dengan PEG 2 = 6970,33 mcg ml
-1
. menit. Setelah dilakukan uji statistik profil pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat tanpa menggunakan PEG
dan yang menggunakan PEG 2 menggunakan metode Independent t-Test dengan tingkat
kepercayaan 95 α = 0,05 menunjukkan ada perbedaan antara pelepasan
Aspirin.Sehingga, diketahui bahwa PEG
4.2.1.5.4 Perbandingan Pelepasan Aspirin dalam Kapsul Alginat Dengan
mempengaruhi pelepasan Aspirin dalam cangkang kapsul alginat, dimana dengan adanya PEG, laju pelepasan Aspirin
dalam kapsul alginat menjadi lebih cepat.
Tablet Salut Enterik Ascardia 4.2.1.5.4.1 Laju Pelepasan Aspirin dalam cangkang kapsul alginat dan tablet
salut enterik Ascardia
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Laju pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat pada medium pH berganti dalam cangkang kapsul alginat dengan tablet salut enterik Ascardia
terlihat ada perbedaan. Dapat dilihat pada Gambar 4.13.
Gambar 4.13
Perbandingan pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat dengan tablet salut enterik Ascardia
Pada Gambar 4.13 terlihat pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat pada menit ke-120 terdisolusi sebanyak 0,01 dan pada menit ke-135 cangkang kapsul
mulai pecah. Sedangkan pelepasan Aspirin dalam tablet salut enterik Ascardia pada menit ke-120 terdisolusi sebanyak 0 dan pada menit ke-130 lapisan salut
mulai pecah. Kedua formula ini memperlihatkan perbedaan yang signifikan pada 125 menit pertama dimana p
≥0,05 . Pada menit ke-130 terlihat adanya perbedaan signifikan pada laju pelepasan Aspirin p
≤0,05. Pada menit terakhir yaitu di menit ke-210 kapsul alginat mengalami pelepasan Aspirin sebanyak 101,12 dan
tablet salut enterik Ascardia mengalami pelepasan Aspirin sebanyak 100,73.
-20 20
40 60
80 100
120
30 60
90 120
150 180
210
K u
mu la
ti f
Waktu menit
Alginate Capsule Ascardia Tablet
pH 6,8 pH 1,2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
AUC kapsul alginat = 6519,39 mcg ml
-1
. menit dan AUC tablet salut enterik Ascardia = 7922,73 mcg ml
-1
4.2.1.6 Penetapan Kadar Aspirin dalam Kapsul Alginat
. menit. Setelah dilakukan uji statistik profil pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat dan tablet salut enterik Ascardia
menggunakan metode Independent t-Test dengan tingkat kepercayaan 95 α =
0,05 menunjukkan ada perbedaan antara pelepasan Aspirin.Sehingga, diketahui bahwa laju pelepasan Aspirin dalam tablet salut enterik Ascardia lebih cepat
dibandingkan laju pelepasan dari kapsul alginat.
Penetapan kadar Aspirin dalam kapsul alginat berguna untuk mengetahui kadar Aspirin yang terdapat di dalam kapsul alginat mula-mula sebelum
penyimpanan, dan setelah 3 bulan pada penyimpanan suhu 30°C, RH 70 dan suhu 40°C, RH 75, seperti yang dapat kita lihat pada Tabel 3.11 berikut ini:
Tabel 4.11
Hasil Penetapan Kadar Aspirin dalam cangkang kapsul alginat sebelum penyimpan dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada
suhu 30°C, RH 70, dan suhu 40°C, RH 75 Aspirin 80 mg
No Kondisi penyimpanan
Sebelum penyimpanan Setelah penyimpanan
selama 3 bulan pada suhu 30°C, RH 70
Setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu
40°C, RH 75 Jumlah
Aspirin dalam kapsul
mg kadar
Jumlah Aspirin dalam
kapsul mg kadar
Jumlah Aspirin dalam
kapsul mg kadar
1 50,173
100,5 49,305
98,60 47,544
91,61 2
49,977 99,63
49,413 98,80
47,544 91,73
3 50,173
100,5 49,289
98,40 47,704
91,67
Rata- rata
50,108 100,26
49,336 98,60
47,597 91,67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dari data di atas diketahui bahwa kadar Aspirin dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan adalah 100,26 yaitu 80,21 mg Aspirin, kadar Aspirin
dalam kapsul alginat setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 30°C, RH 70 adalah 98,60 yaitu 78,88 mg Aspirin, dan kadar Aspirin dalam kapsul
alginat setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 40°C, RH 75 adalah 91,67 yaitu mengandung 73,34 mg Aspirin. Menurut USP XXX, Tablet Aspirin
mengandung Aspirin tidak kurang dari 93,0 dan tidak lebih dari 107,0 dari jumlah yang tertera pada etiket. Dengan mengikuti persyaratan di atas untuk
kapsul Aspirin dapat kita ketahui berdasarkan penetapan kadar Aspirin dalam kapsul alginat mula-mula dan setelah penyimpanan pada suhu 30°C, RH 70
selama 3 bulan sebelum memenuhi persyaratan, sedangkan pada suhu 40°C, RH 75 kadar Aspirin turun sehingga tidak memenuhi persyaratan.
Waktu kadaluarsa Aspirin dalam cangkang kapsul alginat yang disimpan pada suhu 30°C, RH 70 adalah
�30 = 2,303
� . log
�� ��
�30 = 2,303
3 . log
100,26 98,60
k
30
t = 0,00555bulan.
�93 = 2,303
� . log
�� ��
�93 = 2,303
0,00555 . log
�� 0,93
��
93
Waktu kadaluarsa Aspirin dalam cangkang kapsul alginat yang disimpan pada suhu 40°C, RH 75 adalah
= 13,08 bulan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
�40 = 2,303
� . log
�� ��
�40 = 2,303
3 . log
100,26 98,60
k
40
t = 0,02986bulan
�93 = 2,303
� . log
�� ��
�93 = 2,303
0,02986 . log
�� 0,93
��
93
4.2.2 Uji Delayed-Release dari Beberapa Formula Cangkang Kapsul
= 2,43 bulan.
Alginat
4.2.2.1 Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Na alginat yang Digunakan Pada Proses Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat
4.2.2.1.1 Laju Pelepasan Aspirin Dalam Cangkang Kapsul Alginat 300-400
cp Dengan Konsentrasi Na-Alginat 4 dan 4,5
Laju pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat pada medium pH berganti dalam cangkang kapsul alginat dengan Na alginat 300-400 cp dengan konsentrasi
4 dan 4,5 terlihat ada perbedaan. Untuk cangkang kapsul alginat 300-400 cp dengan konsentrasi 4, jumlah obat yang terlarut adalah 0,06 pada saat 120
menit di medium lambung dan mencapai 90,44 setelah 90 menit di medium usus buatan pH 6,8. Jadi, cangkang kapsul ini memenuhi persyaratan delayed-
release untuk kapsul Aspirin delayed-release. Sementara untuk cangkang kapsul
alginat 300-400 cp dengan konsentrasi 4,5, jumlah obat yang terlarut adalah 0 pada saat 120 menit di medium lambung dan mencapai 52,70 setelah 90 menit
di medium usus buatan pH 6,8. Jadi, cangkang kapsul ini belum memenuhi persyaratan delayed-release untuk kapsul Aspirin delayed-release.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Viskositas alginat mempengaruhi pelepasan bahan obat dari cangkang kapsul alginat. Pada penelitian sebelumnya, dilaporkan bahwa perbedaan
viskositas antara alginat 300-400 cP dan 500-600 cP mempengaruhi pelepasan natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat, dimana semakin tinggi
viskositas maka semakin tebal cangkang kapsul dan memperlambat laju pelepasan Sari, 2011.
Pada hasil pengukuran viskositas larutan alginat yang digunakan dalam pembuatan cangkang kapsul alginat dengan konsentrasi Na-alginat 4 dan 4,5
diketahui bahwa Na-alginat 4,5 memiliki viskositas yang lebih tinggi daripada Na alginat 4 ,sehingga mempengaruhi ketebalan cangkang kapsul,
dimana ketebalan cangkang kapsul dengan konsentrasi Na alginat 4,5 lebih tebal dibandingkan ketebalan cangkang kapsul dengan konsentrasi Na alginat 4.
Hal tersebut mempengaruhi pelepasan Aspirin dalam cangkang kapsul di mana laju disolusi Aspirin dalam kapsul dengan konsentrasi Na alginat dalam cangkang
kapsul 4,5 memperlihatkan profil disolusi yang lebih lambat daripada cangkang kapsul alginat dengan konsentrasi Na alginat 4.
4.2.2.1.2 Laju Pelepasan Aspirin Dalam Cangkang Kapsul Alginat 300-400 cp Dengan Konsentrasi Na-Alginat 4,5 Tanpa dan Dengan
Penambahan PEG
Laju pelepasan Aspirin dalam kapsul alginat pada medium pH berganti dalam cangkang kapsul alginat dengan Na alginat 300-400 cp dengan konsentrasi
4,5 tanpa dan dengan PEG 2 terlihat ada perbedaan. Untuk cangkang kapsul alginat 300-400 cp dengan konsentrasi 4,5 tanpa menggunakan PEG, jumlah
obat yang terlarut adalah 0 pada saat 120 menit di medium lambung dan mencapai 52,70 setelah 90 menit di medium usus buatan pH 6,8. Jadi, cangkang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kapsul ini belum memenuhi persyaratan delayed-release untuk kapsul Aspirin delayed-release
. Sementara untuk cangkang kapsul alginat 300-400 cp dengan konsentrasi 4,5 dan dengan penambahan PEG 2, jumlah obat yang terlarut
adalah 0,01 pada saat 120 menit di medium lambung dan mencapai 73,30 setelah 90 menit di medium usus buatan pH 6,8. Jadi, cangkang kapsul ini juga
masih belum memenuhi persyaratan delayed-release untuk kapsul Aspirin delayed-release
. Menurut USP XXX, persyaratan untuk sediaan delayed-release
4.12
Persyaratan Untuk Sediaan Delayed-Release Pada medium cairan lambung buatan
Level Jumlah yang diuji Kriteria penerimaan
A1 6
Tidak ada satu unit pun yang terlepas lebih dari 10
A2 6
Rata-rata dari 12 unit A1 + A2 tidak lebih dari 10,dan tidak 1 unit pun yang lebih besar dari
25. A3
12 Rata-rata dari 24 unit A1 + A2 + A3 tidak lebih
dari 10 , dan tidak ada satu unit pun yang lebih besar dari 25.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada medium cairan usus buatan Level
Jumlah yang diuji Kriteria penerimaan B1
6 Setiap unit tidak kurang dari 80
B2 6
Rata-rata dari 12 unit B1 + B2 lebih dari atau sama dengan 75,dan tidak 1 unit pun yang lebih
kecil dari 60. B3
12 Rata-rata dari 24 unit B1 + B2 + B3 lebih dari
atau sama dengan 75,tidak lebih dari 2 unit yang lebih kecil dari 60,dan tidak ada satu unit pun
yang lebih rendah dari 50.
4.13
Uji Delayed Release Dari Berbagai Formula Cangkang Kapsul Alginat No
Formula Kumulatif di
Cairan Lambung Setelah 120 Menit
Kumulatif di Medium Usus
Buatan pH 6,8 Setelah 90 Menit
1 Na-Alginat 300-400 cp 4
0,06 90,44
2 Na-Alginat 300-400 cp 4,5
52,70
3 Na-Alginat 300-400 cp 4,5
dan PEG 2 0,01
73,30
4 Na-Alginat 300-400 cp 4,5
dan PEG 3 0,05
95,85
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.2.3 Uji Pengaruh pH Lambung Pada Waktu Hancur Dari Cangkang
Kapsul Alginat
4.2.3.1 Uji Waktu Hancur Disintegrasi Cangkang kapsul mula-mula diisi dengan bola dimana bola besi ini
berfungsi sebagai bahan pengisi yang tetap dalam medium tetapi tidak mengembang, larut atau berubah keadaannya dalam kondisi apapun, sehingga
tidak ada pengaruh bahan pengisi terhadap waktu hancur cangkang kapsul Chiwele, dkk., 2000.
Selama 2 jam dalam medium lambung buatan pH 1,2; pH 3,0; pH 4;0 dan pH 5,0, cangkang kaspul kalsium alginat tidak pecah dalam medium tersebut. Hal
ini berarti kaspul kalsium alginat tidak pecah pada pH lambung, tetapi disini terjadi pengembangan diameter cangkang kapsul dengan persen pengembangan
rata-rata untuk cangkang kapsul pada medium lambung buatan pH 1,2 adalah 13,42 dengan cakram dan 5,97 tanpa cakram. Untuk cangkang kapsul pada
medium lambung buatan pH 3,0 adalah 20,39 dengan cakram dan 20,19 tanpa cakram. Untuk cangkang kapsul pada medium lambung buatan pH 4,0
adalah 35,61 dengan cakram dan 35,47 tanpa cakram. Untuk cangkang kapsul pada medium lambung buatan pH 5,0 adalah 48,79 dengan cakram dan
46,83 tanpa cakram. Untuk cangkang kapsul pada medium akuades adalah 20,65 dengan cakram dan 11,59 tanpa cakram.
Selain terjadi pengembangan diameter, cangkang kapsul juga menjadi sedikit lebih lunak. Hal ini karena sebagian Ca pada cangkang kapsul lepas ke
dalam medium HCl 0,1 N Bangun, dkk., 2005. Setelah dalam medium lambung selama 2 jam, disintegrasi cangkang kapsul
dilanjutkan dalam medium dapar fosfat pH 6,8. Cangkang kapsul kalsium alginat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pecah dalam medium ini, dengan terlebih dahulu terjadi pengembangan diameter cangkang kapsul sebelum akhirnya cangkang kapsul pecah. Waktu hancur rata-
rata kapsul alginat yang sebelumnya berada pada medium lambung buatan pH 1,2 dengan dan tanpa cakram berturut-turut adalah 10,88 menit dan 13,55 menit.
Waktu hancur rata-rata kapsul alginat yang sebelumnya berada pada medium lambung buatan pH 3,0 dengan dan tanpa cakram berturut-turut adalah 8,75 menit
dan 10,55 menit. Waktu hancur rata-rata kapsul alginat yang sebelumnya berada pada medium lambung buatan pH 4,0 dengan dan tanpa cakram berturut-turut
adalah 7,59 menit dan 9,51 menit. Waktu hancur rata-rata kapsul alginat yang sebelumnya berada pada medium lambung buatan pH 5,0 dengan dan tanpa
cakram berturut-turut adalah 5,20 menit dan 8,58 menit. Waktu hancur rata-rata kapsul alginat yang sebelumnya berada pada medium lambung berupa akuades
dengan dan tanpa cakram berturut-turut adalah 27,14 menit dan 29,74 menit. Disintegrasi cangkang kapsul yang dilanjutkan dalam medium dapar fosfat
pH 7,0 memberikan waktu hancur rata-rata kapsul alginat yang sebelumnya berada pada medium lambung buatan pH 1,2 dengan dan tanpa cakram berturut-
turut adalah 7,25 menit dan 9,76 menit. Waktu hancur rata-rata kapsul alginat yang sebelumnya berada pada medium lambung buatan pH 3,0 dengan dan tanpa
cakram berturut-turut adalah 6,78 menit dan 8,84 menit. Waktu hancur rata-rata kapsul alginat yang sebelumnya berada pada medium lambung buatan pH 4,0
dengan dan tanpa cakram berturut-turut adalah 5,2 menit dan 7,72 menit. Waktu hancur rata-rata kapsul alginat yang sebelumnya berada pada medium lambung
buatan pH 5,0 dengan dan tanpa cakram berturut-turut adalah 3,82 menit dan 6,92 menit. Waktu hancur rata-rata kapsul alginat yang sebelumnya berada pada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
medium lambung berupa akuades dengan dan tanpa cakram berturut-turut adalah 23,77 menit dan 25,82 menit.
Tabel 4.14 Uji Pengaruh pH Lambung Pada Waktu Hancur Dari Cangkang Kapsul Alginat
4.14.a Waktu Hancur Dalam Medium Dapar pH 6,8
No Jenis Pengembangan Kapsul
Setelah 2 Jam di Medium Lambung
Waktu Hancur di Medium Dapar pH 6,8
menit
Tanpa Cakram
Dengan Cakram
Tanpa Cakram
Dengan Cakram
1 Cangkang Kapsul
Alginat pada Medium Lambung pH 1,2
5,97 13,42
13,55 10,88
2 Cangkang Kapsul
Alginat pada Medium Lambung pH 3,0
20,19 20,39
10,55 8,75
3 Cangkang Kapsul
Alginat pada Medium Lambung pH 4,0
35,47 35,61
9,51 7,59
4 Cangkang Kapsul
Alginat pada Medium Lambung pH 5,0
46,83 48,79
8,58 5,20
5 Cangkang Kapsul
Alginat pada Medium Lambung pH 7,0
Pecah menit ke-
51,20 Pecah
menit ke- 48,23
- -
6 Cangkang Kapsul
Alginat pada Medium Akuades
11,59 20,65
29,74 27,14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.14.b Uji Waktu Hancur Dalam Medium Dapar pH 7,0
No Jenis Pengembangan Kapsul
Setelah 2 Jam di Medium Lambung
Waktu Hancur di Medium Dapar pH 7,0
menit
Tanpa Cakram
Dengan Cakram
Tanpa Cakram
Dengan Cakram
1 Cangkang Kapsul
Alginat pada Medium Lambung pH 1,2
5,97 13,42
9,76 7,25
2 Cangkang Kapsul
Alginat pada Medium Lambung pH 3,0
20,19 20,39
8,84 6,78
3 Cangkang Kapsul
Alginat pada Medium Lambung pH 4,0
35,47 35,61
7,72 5,2
4 Cangkang
Kapsul Alginat pada Medium
Lambung pH 5,0 46,83
48,79 6,92
3,82
5 Cangkang Kapsul
Alginat pada Medium Lambung pH 7,0
Pecah menit ke-
51,20 Pecah
menit ke- 48,23
- -
6 Cangkang Kapsul
Alginat pada Medium Akuades
11,59 20,65
25,82 23,77
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Penyimpanan mempengaruhi stabilitas kimia yaitu kadar aspirin pada penyimpanan suhu 40°C, RH 75 selama 3 bulan tidak memenuhi
persyaratan. Sedangkan pada penyimpanan suhu 30°C, RH 70
2. Penyimpanan berpengaruh terhadap stabilitas fisik cangkang kapsul alginat dimana warna cangkang kapsul berubah selama penyimpanan pada
suhu 40°C, RH 75 menjadi mulai sedikit kecoklatan tetapi tidak menunjukkan kerapuhan. Pelepasan Aspirin pada kapsul alginat pada suhu
30°C, selama 3
bulan kadar Aspirin masih memenuhi persyaratan.
RH 70
3. Penggunaan PEG 2 tidak memiliki perbedaan dengan pelepasan Aspirin
sebelum penyimpanan sedangkan suhu 40°C, RH 75 memiliki perbedaan dengan sebelum penyimpanan yaitu pelepasannya menjadi
semakin lambat.
dalam pembuatan cangkang kapsul mempengaruhi pelepasan Aspirin dalam cangkang kapsul alginat dimana dengan adanya
PEG 4. Penggunaan TiO
maka laju pelepasan menjadi semakin cepat.
2
dalam pembuatan cangkang kapsul mempengaruhi pelepasan Aspirin dalam cangkang kapsul alginat dimana dengan adanya
TiO
2
5. Sediaan kapsul alginat yang dibuat dengan alginat 300-400 cp konsentrasi 4 dengan penambahan pemburam TiO2 yang mengandung Aspirin
memenuhi persyaratan sediaan delayed-release. Sedangkan sediaan kapsul dengan konsentrasi 4,5 tidak memenuhi persyaratan sediaan delayed-
release .
maka laju pelepasan menjadi semakin lambat.
6. Sediaan kapsul alginat yang dibuat dengan alginate 300-400 cp konsentrasi 4,5 dengan penambahan pemburam TiO2 dan PEG 2 yang
mengandung Aspirin tidak memenuhi persyaratan sediaan delayed-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
release . Sedangkan sediaan kapsul dengan PEG 3 memenuhi
persyaratan sediaan delayed-release. 7. Terdapat perbedaan profil pelepasan aspirin pada kapsul alginat dengan
tablet salut enterik Ascardia yaitu pelepasan aspirin pada tablet salut enterik Ascardia lebih cepat dibandingkan pada kapsul alginat.
5.2 Saran