keadaannya  tidak  mengenal  gerak.  Dengan  demikian  kejadian  jauhar  dan kemusnahannya  tidak  merupakan  gerak,  melainkan  sesuatu  yang  terjadi  dengan
sekaligus. Atau bisa dikatakan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain adalah gerak.  Begitu  pula  perpindahan  dari  putih  ke  hitam
istihalah
dan  bertambah atau berkurangnya sesuatu bentuk juga dikatakan gerak.
57
Tentang
diam,
maka  dikatakan  oleh  Ibnu  Sina,  sebagai  tidak  adanya gerak dari suatu yang bisa bergerak.
58
Jadi perlawanan antara diam dengan gerak sama dengan perlawanan antara
tiada
dengan
ada
dengan
nyata
.
3.   Zaman
Zaman  adalah  ukuran  kadar  gerak  yang  bundar,  dari  segi  maju mundurnya. Apabila zaman itu adalah ukuran gerak, sedang zaman itu bukan baru
dari segi zaman maka artinya gerak itu bukan hal yang baru. Definisi Ibnu Sina ini adalah sama dengan yang dikemukakan Aristoteles.
Zaman  itu  bukanlah  sesuatu  yang  tidak  ada  lalu  ada,  tapi  terjadinya penciptaan  tidaklah  didahului  zaman,  tapi  didahului  oleh  dzat.  Dan  zaman
senantiasa bertalian dengan gerak, karena itu tidak akan terbayang adanya zaman kecuali  juga  terbayang  adanya  gerak,  jika  gerak  tidak  dapat  dirasakan,  maka
zaman juga tidak bisa dirasakan. Oleh karena itu, zaman adalah kadar atau ukuran gerak,  maka  zaman  tidak  didahului  oleh  keadaan,  demikian  pula  halnya  gerak.
Jika demikian, gerak dan zaman adalah kadim.
59
57
H. A. Mustofa, Filsafat Islam, h. 198-199.
58
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, h. 75.
59
Ibid , h. 76.
Zaman tidak dijadikan dalam proses waktu, melainkan kejadian tersebut adalah  sebagai
ibda
’ ciptaan, di mana penciptaannya tidak mendahuluinya dari segi tingkatan dan martabat. Kalau sekiranya zaman itu mempunyai sumber asal,
maka  berarti  zaman  itu  terjadi  sesudah  ada  zaman  lain  yang  mendahuluinya. Sebab  pengertian  baru  dalam
zaman
adalah  bahwa  zaman  itu  asalnya  tidak  ada kemudian menjadi ada. Jadi sekali lagi apabila zaman itu ukuran gerak dan zaman
itu bukan baru, maka gerak itupun bukan hal yang baru.
60
4.   Tempat, kekosongan, terbatas dan tidak terbatas
Tempat  adalah  sesuatu  yang  di  dalamnya  terdapat  suatu  benda.  Jadi tempat itu meliputi benda itu, memuatnya, terpisah darinya, terjadi suatu gerakan
dan  sama  seimbang  dengan  benda  tersebut.  Sebab  tidak  mungkin  terdapat  dua benda dalam satu tempat dan dalam masa yang satu pula. Tempat itu bukan benda
mater  =  hule  =  materi  bukan  pula  surah  form,  karena  kedua-duanya  hanya berada pada suatu yang terdapat dalam tempat.
61
Kemudian dalam soal kekosongan, Ibnu Sina tidak membenarkan adanya kekosongan,  sebagaimana  ia  mengingkari  adanya  keterbatasan  kadar  yang  tak
terhingga,  atau  adanya  bilangan  yang  tidak  berakhir  maupun  gerak  yang  tidak berpangkal.
Sedangkan  dalam  buku  Seyyed  Hossein  Nasr  2006,  dalam  bidang fisika,  yang  ia  diskusikan  dalam
Al-
Syifa’  dan  juga  karya-karya  yang  lebih pendek,  konstribusi  mendasar  Ibnu  Sina  adalah  kritiknya  terhadap  teori  gerak
60
H. A. Mustofa, Filsafat Islam, h. 200.
61
Ibid .