Pendidikan Ibnu Sina PERSIA DI MASA IBNU SINA
berkonsentrasi membaca agar mendapatkan pelajaran dan ilmu pengetahuan. Akhirnya buku itu dapat difahaminya ketika membaca buku karangan Al-Farabi
13
, yang merupakan komentar atas buku Aristoteles. Dia kembali mengkaji logika
dan seluruh cabang filsafat, sehingga menguasai seluruhnya. Uniknya juga jika mengalami kesulitan dalam menjawab sebuah masalah atau pertanyaan, maka dia
berwudhu dan pergi ke masjid untuk shalat dan berdoa kepada Allah agar diberi kemudahan dalam menjawabnya. Dan pada larut malam dia melanjutkan
belajarnya, bila rasa kantuknya datang atau badannya terasa letih, dia minum secangkir hingga timbul kembali kesegarannya. Tetapi jika kantuk tidak
tertahankan, Ibnu Sina tertidur dan bermimpi tentang soal-soal itu biasanya menjadi terang masalahnya.
14
Ibnu Sina merasa sangat senang ketika mendapat suatu penemuan yang diperoleh hanya dengan mendapat hidayah Allah SWT. Sebagai tanda syukur
kepada Allah SWT atas keberhasilannya itu dia bersedekah kepada kaum miskin.
15
Pada usia 16 tahun Ibnu Sina mempelajari kedokteran dan mulai mengobati orang-orang sakit, sehingga namanya semakin terkenal. Ibnu
Khalliqan, seorang penulis biografi terbesar, menyebutkan bahwa Ibnu Sina
13
Abu Nasr Al-Farabi 258-339 H 870-950 M adalah filsuf besar peripatik kedua setelah Al-Kindi 185-260 H801-873 M. Lahir di daerah Farab, daerah Transoxania. Dalam
bidang filsafat Al-Farabi merupakan komentator besar Muslim pertama terhadap filsafat Aristoteles. Dan salah satu karya Al-Farabi yang terkenal adalah Kitab al-
Jam’ bain Ra’yay al- Hakimain Aflathun al-Ilahi wa Aristhu
Buku tentang Penggabungan antara Pendapat Dua Ahli Hikmah Plato Ilahi dan Aristotelian. Dapat di lihat dalam buku Didin Saifuddin, Zaman Keemasan
Islam : Rekontruksi Sejarah Imperium Dinasti Abbasiyah , h. 188 dan lihat juga buku Seyyed
Hossein Nasr, Tiga Madzhab Utama Filsafat Islam, h.36-37.
14
Muhammad Nur Effendi, Cendekiawan Muslim : Pembina Tamadun dan Kecemerlangan Umat
, h.153-155.
15
Gazi Saloom, Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim, h.138.
menjadi pusat perhatian seluruh dokter dan hakim terkenal di masanya. Mereka biasa menemuinya untuk mendiskusikan penemuan obat dan formula terbarunya.
Ia tidak hanya mempelajari ilmu kedokteran, tetapi juga melakukan praktek mengobati orang-orang sakit.
16
Pekerjaan pertamanya menjadi dokter. Suatu ketika pada usia 17 tahun ia menyembuhkan Nur bin Mansur, penguasa daerah Bukhara yang menderita sakit
keras yang tidak dapat diobati oleh dokter-dokter pada masanya. Akan tetapi setelah Ibnu Sina mengobatinya, sembuhlah dia. Sejak itu Ibnu Sina mendapat
sambutan yang baik sekali, kemudian beliau di ditunjuk menjadi dokter Istana Sultan penguasa. Sejak itu pula Sultan mengizinkannya menggunakan
perpustakaannnya yang terkenal sehingga ia bisa menyerap banyak dari buku- buku yang jarang didapat. Kemudian karena sesuatu hal, perpustakaan tersebut
terbakar, maka tuduhan orang ditimpakan kepadanya, bahwa ia sengaja membakarnya agar orang lain tidak bisa lagi mengambil manfaat dari
perpustakaan itu. Dan di umur 21 tahun, dia menulis buku-buku yang abadi dan tak terlupakan.
17
Dalam usia 22 tahun, ayahnya meninggal dunia, Musibah ini telah menimbulkan beban berat atas kehidupan Ibnu Sina, sehingga ia meninggalkan
Bukhara menuju Jurjan, dim ana ia berjumpa dengan Abu ‘Ubayd al-Juzjani yang
16
M. Atiqul Haque, 100 Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia, Yogyakarta: DIGGLOSSIA, 2007, h. 47.
17
Poerwantana, dkk, Seluk Beluk Filsafat Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994. h. 144
kemudian menjadi seorang muridnya yang menulis sejarah hidupnya.
18
Di Jurjan sampai usia 35 tahun ia mengajar dan mengarang, tetapi tidak lama ia menetap di
kota ini karena kekacauan politik yang melanda, lalu ia pergi ke Hamadan sampai usia 44 tahun di mana penguasa wilayah ini, Raja Syamsuddaulah telah
mengangkatnya sebagai menteri yang merupakan imbalan atas keberhasilan Ibnu Sina menyembuhkan penyakit yang di deritanya. Akan tetapi pihak militer
menangkap Ibnu Sina dan merampas harta miliknya serta merencanakan untuk membunuhnya, tapi dilarang oleh Syamsuddaulah, dan kemudian dikeluarkan dari
penjara. Kemudian raja ini mengalami sakit perut maag dan Ibnu Sina berhasil menyembuhkannya kembali, sehingga untuk kedua kalinya, ia diangkat menjadi
Menteri.
19
Setelah Syamsuddaulah meninggal dunia, anaknya diangkat sebagai pengganti, dan Ibnu Sina mengundurkan diri sebagai menteri. Ia ingin pergi ke
Isfanah untuk bekerja pada istana ra ja ‘Ala‘uddaulah. Lalu ia ditangkap kembali
oleh Tajul muluk, anak Syamsuddaulah, dan dipenjarakan di benteng Fardajan di mana ia tinggal selama empat bulan. Dari Hamadan, ia lari menyamar ke Isfahan
sampai usia 58 tahun, dimana ia disambut dengan baik sekali.
20
Ibnu Sina juga pekerja yang luar biasa. Meskipun banyak kesibukan dalam urusan politik, mengajar dan menangani pasien, namun Ibnu Sina juga
berhasil menulis buku yang menjadi mahakarya di dunia pengobatan dan filsafat. Dialah yang menjadikan dunia ini sebagai tempat penuh aktivitas, melaksanakan
18
Autobiografi atau biografi Ibnu Sina dalam bahasa Arab dan terjemahannya dalam bahasa Inggris dapat dilihat dalam William E. Gohlman, The Life of Ibnu Sina: A Critical Edition
and Annotated Translation , New York: State University of New York Press, 1974, h. 16-113.
19
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam Jakarta: PT Bulan Bintang, 1992, Cet.3, h. 67.
20
Ibid. h.68
semua rencana dan menikmati hasilnya. Dia percaya bahwa seseorang harus menikmati dunia ini untuk memenuhi dan memecahkan rahasia-rahasia alam
semesta. Di sisi lain, ia seorang filosof dan negarawan yang luar biasa dan seorang penutur yang menyenangkan
21
Pada bulan-bulan terakhir hayatnya, ia meninggalkan pakaian untuk diganti dengan pakaian putih, memerdekakan semua budaknya dan
menyedekahkan harta kekayaannya untuk para fakir miskin serta menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah. Dan dalam usia 58 tahun, ketika
menyertai perjalanan Amir Alauddin ke Hamadan, Ibnu Sina meninggal dunia karena terserang penyakit usus besar yang tidak sanggup ia mengobatinya, di
Hamadan, Persia, pada Ramadhan 1037 M dan dimakamkan di sana, yang sekarang termasuk negara Iran bagian Barat.
22
Ketika memperingati 1000 tahun hari kelahirannya
Fair Millenium
di Taheran pada 1955, dilangsungkan Konferensi Internasional tentang Prestasi Ilmu
Medis Ibnu Sina. Dalam momen itu, Ibnu Sina dinobatkan sebagai
Father of Doctors
untuk selama-lamanya, dan untuk itu telah dibangun sebuah monumen sejarah. Sedangkan makam Ibnu Sina di Hamadan dikepung oleh berpuluh-puluh
makam para dokter ; agaknya mereka cukup bangga dapat dikuburkan dalam deretan
Bapak Dokter Islam
itu. Makam itu hingga kini dikunjungi oleh wisatawan domestik dan asing dengan penuh rasa hormat.
23
21
M. Atiqul Haque, Wajah Peradaban : Menelusuri Jejak Pribadi-pribadi Besar Islam, h. 65-66.
22
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, hal.68.
23
Husain Heriyanto, Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam, h. 199.