tahun sebelumnya. Ketiadaan SOP ini tidak menjadi penghalang yang cukup besar untuk mengimplementasikan AKIP bagi Dinas Kebersihan Kota Medan karena
keberadaan panduan dari Inspektorat selama ini dipandang cukup jelas dan membantu. Selain Inpres No.7 Tahun 1999, tidak ada jujlak dan juknis yang
dikeluarkan oleh pemerintah sehubungan dengan AKIP. Jadi pendampingan dan panduan dari Inspektorat itu lah yang menjadi pegangan dalam pelaksanaannya.
Dan berdasarkan keterangan dari informan, proses pelaksanaannya masih tetap terarah dan berjalan dengan teratur.
Sifat kedua dari struktur birokrasi yang berpengaruh dalam pelaksanaan kebijakan adalah fragmentasi. Fragmentasi merupakan penyebaran tanggung
jawab suatu kebijakan kepada beberapa badan yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi. Koordinasi dalam pelaksanaan sistem AKIP ini hanya
dijalin dalam internal Dinas Kebersihan Kota Medan saja, dengan kata lain mencakup seluruh bidang yang ada. Dan sejauh ini dalam pelaksanaannya, secara
khusus dalam penyusunan LAKIP yang membutuhkan laporan pertangungjawaban dari tiap bidang masih dapat berkoordinasi dengan baik.
Walau dalam beberapa kondisi terjadi misscomunication dalam hal waktu dan kesibukan masing-masing pihak, namun masih dirasa cukup baik.
V.1.3 Sumber Daya
Jika para implementor kekurangan sumber daya yang perlu untuk menjalankan kebijakan, implementasi mungkin menjadi tidak efektif. Sumber
daya bisa menjadi faktor kritis di dalam mengimplementasikan kebijakan publik.
Universitas Sumatera Utara
Sumber daya penting meliputi staf dengan jumlah yang cukup dan dengan ketrampilan yang tepat untuk melakukan tugasnya, informasi serta fasilitas yang
perlu untuk menterjemahkan ke dalam pemberian pelayanan publik. Kemampuan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mungkin dihambat oleh faktor-faktor
seperti staf yang kurang terlatih dan terlalu banyak beban kerja, informasi yang tidak mamadai dan sumber-sumber keuangan atau hambatan-hambatan waktu
yang tidak memungkinkan. Personalia dalam mengimplementasikan kebijakan publik yang tidak konsekuen, menimbulkan inefektivitas dalam menjalankan
kebijakan. Baik itu merupakan individu privat, atau organisasi, atau level pemerintah lainnya yang diatur, maupun staf pelaksana.
Keterampilan sebagaimana juga jumlahnya adalah sebuah karakteristik penting dari staf untuk mengimplementasikan kebijakan. Semua pejabat publik
yang terlalu sering kekurangan di dalam keahlian, baik secara substatif maupun manajerial akan sulit untuk mengimplementasikan kebijakan secara efektif.
Jelasnya, semakin teknis kebijakan yang terlibat dan semakin banyak keahlian yang diisyaratkan pada pihak implementor, semakin banyak kekurangan
personalia yang terampil akan merintangi implementasi kebijakan. Kurangnya staff terampil ini khususnya menjadi masalah di dalam program baru yang
memerlukan keahlian, karenanya dibutuhkan beberapa personalia yang siap dan berpengalaman.
Menurut Geoge Edward III sumber daya bisa menjadi faktor kritis di dalam mengimplementasikan kebijakan publik. Sumber daya penting meliputi staf
dengan jumlah yang cukup dan dengan keterampilan untuk melakukan tugasnya
Universitas Sumatera Utara
serta informasinya, otoritas dan fasilitas yang perlu untuk menerjemahkan ke dalam pemberian pelayanan publik. Akibat tidak tersedianya sumber daya yang
tidak memadai, maka akan mendatangkan rintangan terhadap implementasi kebijakan. Ada satu hal yang harus diingat adalah bahwa jumlah tidak selalu
mempunyai efek positif bagi implementasi kebijakan. Hal ini berarti bahwa jumlah personel yang banyak tidak secara otomatis mendorong implementasi yang
berhasil. Jumlah PNS di jajaran Dinas Kebersihan Kota Medan sudah melebihi dari
beban kerja yang ada dan tidak disertai dengan kemampuan atau keterampilan khusus yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugasnya. Dengan perbandingan 1
beban kerja : 4 orang PNS membuat Dinas kebersihan ‘gemuk struktur’ yang berimbas pada rendahnya motivasi kerja dari pegawai. Selain itu, ditinjau dari segi
kualitas kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh pegawai palaksana kebijakan tidak sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya sehingga masih
harus terus ditingkatkan baik memalui dorongan dari Dinas Kebersihan maupun motivasi dari diri pegawai sendiri untuk belajar dan meningkatkan
kompetensinya. Penerimaan pegawai yang bersifat umum dan keseluruhan yang tidak disertai dengan persyaratan keterampilan dan pemahaman khusus, misalnya
penyusunan rencana kerja dan anggaran menyebabkan ketidakmaksimalan dalam pelaksanaan tugasnya. Akhirnya, jumlah pegawai yang besar dengan kemampuan
yang kurang memadai dan motivasi kerja yang rendah akan menjadi penghalang bagi terlaksananya kebijakan sesuai dengan yang diharapkan, maka hal ini harus
disikapi secara serius oleh Dinas Kebersihan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Edwards, berbagai fasilitas fisik mungkin juga menjadi sumber kritis dalam implementasi. Seorang implementor mungkin memiliki staf cukup,
mungkin memahami apa yang ia duga harus kerjakan, mungkin memiliki otoritas untuk mengamalkan tugasnya, namun tanpa fasilitas yang memadai implementasi
tidak akan berhasil. Jika ditinjau dari fasilitas, sarana dan prasarana yang terdapat di Dinas Kebersihan Kota Medan sudah cukup baik meliputi ruangan yang
nyaman dan kondusif, telepon, lemari, perangkat komputer untuk setiap ruangan. Dari segi dana, informan menyatakan bahwa dana anggaran dalam impelementasi
AKIP berasal dari restribusi dan APBD untuk memfasilitasi seluruh kegiatan operasional dan peralatan yang diperlukan oleh Dinas Kebersihan Kota Medan.
Kewenangan merupakan sumber penting lain untuk implementasi kebijakan. Kurangnya otoritas efektif mengarah pada para pejabat untuk
mengadopsi pelayanan bukan pada orientasi peraturan terhadap mereka yang terlibat dalam peraturan. Menurut beberapa informan batasan wewenang Dinas
Kebersihan Kota Medan sudah jelas dijabarkan dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2001 tanggal 26 Juni 2001 Jo Keputusan Walikota Medan
Nomor 10 Tahun 2002 tanggal 11 Januari 2002 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebersihan Kota Medan, diperbaharui dengan Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 3 Tahun 2009 tanggal 4 Maret 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi TUPOKSI Dinas Kebersihan Kota Medan. Lalu diperbaharui lagi
berdasarkan Peraturan Walikota Medan Nomor 14 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebersihan Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
V.1.4 Disposisi