Komunikasi Kendala dalam Impelementasi Sistem AKIP Pada Dinas Kebersihan Kota Medan

dari isi kebijakan tersebut dan konsekuensi atau dampak apa yang diberikan kepada masyarakat yang dipengaruhinya serta bagaimana keseluruhan faktor yang ada di dalamnya komunikasi, sumberdaya, stuktur birokrasi dan disposisi saling berinteraksi dalam pelaksanaannya karena menurut Edward tidak ada faktor tunggal dalam implementasi kebijakan. Satu kondisi akan dipengaruhi oleh kondisi lain yang disebabka oleh faktor-faktor yang saling beriteraksi. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak bisa mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan tersebut diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu suatu kebijakan yang cemerlang mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan. Berikut hasil analisis faktor atau variabel yang mempengaruhi pelaksanaan Sistem AKIP di Kantor Dinas Kebersihan Kota Medan.

V.1.1 Komunikasi

Salah satu faktor terpenting dalam implementasi sebuah kebijakan adalah sosialisasi kepada pihak-pihak yang melaksanakan maupun yang dikenakan kebijakan tersebut. Hal itu diperlukan agar mereka mengetahui kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan bagaimana kegiatan itu dilakukan serta apa tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Komunikasi ini dapat dilihat dari penyaluran informasi kepada implementor tentang kebijakan AKIP, kejelasan informasi dan konsistensi kebijakan yang dipahami oleh Dinas kebersihan Kota Medan. Universitas Sumatera Utara Penyaluran komunikasi yang baik akan menghasilkan suatu implementasi yang baik pula, karena persyaratan utama bagi implementasi kebijakan adalah bahwa para implementor harus memahami apa yang harus mereka kerjakan, kegiatan apa yang akan dilaksanakan, bagaimana mengerjakannya serta apa tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Dengan kata lain bahwa sesungguhnya seluruh pegawai di Dinas Kebersihan Kota Medan haruslah sudah memahami sistem AKIP, mulai dari tahapan pengerjaannya sampai pada tujuan dan mandat yang didapatkan. Jika dilihat dari cara penyampaian informasi yang dikerjakan yaitu melalui surat edaran oleh Kepala Dinas Kota Medan dipastikan bahwa setiap bidang sudah pernah mendengat tentang AKIP. Namun untuk memahami secara rinci keseluruhan AKIP masih kurang, hal ini disebabkan karena kurangnya mereka dalam mengerjakan LAKIP yang fokus ditangani oleh Tim LAKIP saja. Memang dalam penyusunan LAKIP melibatkan tiap bidang, namun hanya secara tidak yaitu dengan menyusun laporan pertanggungjawaban tiap bidang yang akan diserahkan kepada Tim LAKIP. Dari hal di atas peneliti melihat bahwa transmisi penyaluran informasi kepada seluruh pegawai Dinas Kebersihan Kota Medan dirasakan sudah baik, akan tetapi dalam hal pemahaman yang mendalam dari setiap pegawai masih kurang karena memang hal tersebut tidak berkenaan dengan spesifikasi tugas dan tanggung jawab mereka. Seluruh informan yang merupakan Tim LAKIP berpendapat bahwa informasi yang disampaikan sudah cukup untuk memahami dan melaksanakan kebijakan AKIP. Para pegawai menyatakan bahwa mereka sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai Inpres No. 7 Tahun 1999 Universitas Sumatera Utara tentang Akuntablitas Kinerja Instansi Pemerintah dan mengenai Draft isian LAKIP yang diserahkan oleh Inspetorat Jendral Medan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa penerimaan informasi seputar kebijakan AKIP sudah baik. Dalam hal kejelasan bahwa komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak ambigu. Kurangnya kejelasan memberikan para implementor ruang untuk memberikan makna baru terhadap kebijakan, artinya terkadang berlawanan dengan maksud sebenarnya dari kebijakan tersebut. Jika komunikasi tidak jelas, maka para implementor akan mendapatkan diskresi yang lebih banyak didalam menginterpretasikan kebijakan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa para informan memiliki pemahaman yang jelas tentang AKIP serta tahapan-tahapan pelaksanaannya. Oleh sebab itu, seluruh komponen dari sistem AKIP dilaksanakan sesuai dengan permintaan Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang AKIP. Dimulai dari penyusunan rencana strategis Dinas Kebersihan Kota Medan yang diturunkan dari visi dan misi Walikota Medan. Selanjutnya dituangkan dalam pernyataan visi dan misi Dinas Kebersihan Kota Medan, penetapan tujuan dan sasaran dan penentuan penetapan indikator kinerja. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pegawai Dinas Kebersihan Kota Medan telah dengan jelas memahami kebijakan AKIP sesuai dengan Inpres No 7 Tahun 1999. Aspek lain dari komunikasi adalah konsistensinya. Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan. Jika ditinjau dari segi konsistensinya, dapat dilihat bahwa pengimplementasian AKIP ini bertujuan menjadi satu bentuk monitoring yang Universitas Sumatera Utara dilakukan agar setiap instansi pemerintah berjalan sesuai dengan visi misi dan rencana kerjanya. Dalam hal ini, Dinas Kebersihan telah menjadikan AKIP sebagai sebuah laporan pertanggungjawaban secara menyeluruh atas setiap hal yang direncakan dan dikerjakan setiap tahun anggaran.

V.1.2 Struktur Birokrasi