INFORMAN I ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

10 III Selasa, 07 Mei 2013 17.38-19.15 WIB Rumah Kost Peneliti 11 Jumat, 17 Mei 2013 16.09-17.05 WIB Rumah Kost Peneliti 12 Minggu, 02 Juni 2013 19.00-21.35 WIB Rumah Kost Peneliti

A. INFORMAN I

Tabel 2. Deskripsi Data Informan I No. Identitas Informan I 1. Nama samaran April 2. Usia 22 tahun 3. Suku Batak 4. Agama Kristen Protestan 5. Pendidikan Terakhir S1 6. Pekerjaan Guru Privat 7. Domisili Medan 8. Anak ke 1 dari 3 bersaudara 9. Status Belum menikah 10. Rata-rata penghasilanbulan Rp 2.000.000.00 A.1. Hasil Observasi A.1.i. Observasi di Lingkungan Rumah Pengambilan data pertama dilakukan di rumah responden. Untuk memberikan pemahaman yang jelas mengenai tempat pengambilan data, peneliti akan menggambarkan bagaimana kondisi lingkungan rumah informan tersebut. Rumah informan berbentuk sebuah rumah besar tingkat bertingkat dengan desain tahun 90an dengan ukuran 9x20 meter. Rumah ini dibatasi dengan pagar berwarna perak dan cat tembok senada yang sudah terlihat agak kusam. Saat peneliti datang ke rumah Universitas Sumatera Utara informan pada waktu malam hari, tampak bahwa lampu keseluruhan terlihat mati. Di sebelah kanan dan kiri terdapat rumah kecil terbuat dari papan berwarna hijau muda, sedangkan di sebelah kanan terdapat rumah dengan ukuran yang hampir sama dengan rumah informan dan berdinding keramik dengan pagar, Ketika peneliti masuk ke gerbang, tempat yang pertama dilihat adalah teras rumah. Peneliti melewati teras rumah yang tidak terlalu besar, dengan lantai keramik yang model lama, tidak ada terlihat perabot apa-apa di teras rumah. Pintu rumah informan memiliki tinggi sekitar dua meter berwarna coklat tua. Kemudian informan mengajak peneliti mengikutinya berjalan lewat samping kanan teras dan berhenti pada sebuah pintu. Sepanjang berjalan mengikuti responden, terlihat ada 3 jendela yang dilewati untuk menuju pintu tersebut. Informan mengatakan bahwa orang tua informan dan saudara-saudaranya sedang tidak ada di rumah, Mereka sedang berpergian selama beberapa hari ke kampung untuk acara keluarga, informan sendiri tidak ikut serta pergi dengan alasan harus bekerja. Informan kemudian memberikan sekumpulan kunci yang diambil dari tasnya kepada peneliti, menunjukkan dua buah kunci yang diperlukan untuk membuka pintu yang ada di hadapan peneliti, Satu kunci berukuran lebih kecil untuk membuka pembatas pintu yang bagian luar serta kunci kedua yang ukurannya lebih besar untuk membuka pintu tersebut, Informan meminta tolong peneliti untuk membukakan pintu tersebut karena informan ingin mengangkat kain jemurannya Universitas Sumatera Utara yang ada di samping kanan rumah. Pintu tersebut berwarna coklat tua, dan dilapisi dengan pembatas pintu besi berwarna oranye. Peneliti pun masuk terlebih dahulu ke dalam rumah, dan menyalakan lampu ruangan tersebut dengan menekan stop contact di sisi sebelah kiri pintu tersebut yang tingginya seleher peneliti. Saat lampu telah menyala, peneliti memasuki ruangan tersebut dan terlihat di sebelah kanan peneliti terdapat sebuah meja makan berbentuk elips di sisi sebelah kanan dengan tiga kursi makan yang terbuat dari kayu. Di atas meja terdapat sebuah dispenser berwarna putih lengkap dengan gallon air yang masih tersisa setengah. Tampak juga ada enam buah gelas kaca merek Duraleks berwarna coklat tersusun di atas baki di samping kiri dispenser tersebut. Di sisi sebelah kiri peneliti ada sebuah cermin berbingkai kayu berwarna oranye dengan ukuran 30x40cm tergantung. Peneliti kemudian berjalan lagi ke dalam ruangan tersebut dan melihat ada sebuah televisi berwarna hitam dengan ukuran 40 inci di sudut kiri ruangan. Televisi tersebut terletak pada sebuah lemari kecil setinggi 70cm yang berwarna hitam yang tertutup kaca berwarna hitam juga. Di hadapan televisi tersebut terbentang karpet bulu berwarna dominan coklat susu. Di sudut kanan ruangan tersebut terdapat sebuah wastafel berwarna biru dan cermin berbentuk persegi di dinding. Di sekitar saluran pembuangan wastafel terdapat banyak debu dan aliran airnya tidak keluar dari pipa air di wastafel tersebut. Universitas Sumatera Utara Peneliti kemudian berjalan ke sisi kiri melewati sebuah pintu yang menuju ke ruangan tamu. Peneliti melewati tiga pintu kamar tidur yang berhadapan, dua di sebelah kiri dan satu di sebelah kanan. Pertama kali masuk ke ruangan tamu, lampu ruangan masih mati. Peneliti kemudian mencari saklar lampu dan menemukannya di sisi kanan pintu kamar. Setelah ruangan terlihat terang, tampak ada beberapa bingkai foto di sebelah kiri dengan ukuran sedang yang didalamnya ada foto keluarga besar responden. Foto-foto tersebut adalah foto-foto yang diambil ketika informan masih anak-anak terlihat dari ukuran tubuhnya yang masih kecil. Di dalam ruangan tamu tersebut, terdapat sofa berwarna merah maroon dengan sebuah meja kayu berwarna hitam. Informan kemudian mengajak peneliti untuk memulai wawancara sambil duduk di sofa. IV.A.1.ii . Observasi Selama Wawancara 1. Wawancara pertama Wawancara pertama dilakukan di ruang tamu rumah responden. Peneliti sudah membuat janji sebelumnya pada hari itu. Akan tetapi, pada waktu yang ditentukan informan belum dapat diwawancarai karena harus menggantikan partner kerjanya untuk mengajar private. Oleh karena itu, informan meminta peneliti untuk menemaninya mengajar privat terlebih dahulu kemudian wawancara akan dilakukan. Oleh karena itu, waktu wawancara pun akhirnya dimulai pada pukul 20.10 WIB di Universitas Sumatera Utara ruang tamu rumah responden. Kondisi ruangan saat itu cukup temaram, cukup nyaman untuk melakukan wawancara karena tidak ada anggota keluarga lain di rumah informan karena sedang berpergian ke luar kota. Posisi duduk peneliti dengan informan saling berhadapan, agar memudahkan peneliti dan responen saling berinteraksi dan tatap muka. Saat wawancara berlangsung, informan mengenakan gaun batik berwarna dominan ungu dan merah dengan cardigan tangan pendek berwarna hitam terbuat dari kain wol. Informan masih memakai pakaian yang sama dengan pertama kali peneliti bertemu pada hari tersebut. Basa-basi dilakukan selama kurang lebih 15 menit sambil memakan snack ringan yang dibawa peneliti. Setelah berbasa-basi sebentar, maka wawancara dilakukan. Jauh sebelum wawancara berlangsung, peneliti beberapa kali mengunjungi informan untuk membangun rapport. 2. Wawancara kedua Wawancara kedua dilakukan di taman USU, dekat kantor biro rektor. Sebelumnya peneliti sudah membuat janji jam 8 pagi pada hari tersebut di perpustakaan pusat USU, setelah basa-basi sekitar 10 menit informan menceritakan bahwa dia mendapat tugas dadakan untuk mengantar formulir pendaftaran teman satu tim nya dalam suatu organisasi ke kantor biro rector USU. Oleh karena itu, wawancara tidak dapat dilakukan pada waktu tersebut, peneliti berinisiatif untuk Universitas Sumatera Utara melakukan wawancara setelah menemani informan mengantar berkas tersebut dan informan menyetujuinya. Pukul 14.25 WIB wawancara pun dilakukan. Informan menggunakan pakaian formal dengan menggunakan kemeja berwarna abu-abu dan rok hitam model A selutut. Rambut informan diikat kucir kuda dan memakai sepatu coklat karet. Wawancara kemudian dimulai dengan meminta persetujuan dari responden. 3. Wawancara ketiga Wawancara ketiga dilakukan di kampus tempat kuliah responden. Dua hari sebelumnya, peneliti sudah membuat janji dengan informan dan informan yang menentukan waktu dan tempatnya. Pada hari tersebut, setelah menghubungi informan bahwa peneliti sudah berada di kawasan kampus responden, maka informan memberi petunjuk kepada peneliti untuk masuk ke sebuah ruangan di samping mushola kampus tersebut. Dari kejauhan peneliti melihat ada banyak orang yang keluar amsuk ruangan tersebut, dan kebanyakan di antara mereka adalah pria. Peneliti kemudian memberanikan diri melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut. Informan tampak duduk di meja terdepan saat peneliti memasuki ruangan. Berdasarkan informasi dari responden, peneliti mengetahui bahwa ruangan yang berukuran 4x6 meter itu dulunya adalah sebuah ruang kelas, akan tetapi karena sudah lama tidak digunakan karena kondisinya yang memang sudah agak tua maka Universitas Sumatera Utara dijadikan kantin, informan juga mengatakan bahwa dari 4 kantin yang ada di kawasan kampusnya, kantin ini adalah kantin yang menyediakan makanan dan minuman dengan harga yang lebih murah dibanding dengan yang lainnya. Hal ini terbukti dengan banyaknya mahasiswa yang terlihat dalam ruangan tersebut, ada sekitar 40 orang di ruangan tersebut dengan berbagai kegiatannya. Terlihat di sela-sela banyak orang yang lalu lalang memesan makanan, ada sekelompok mahasiswa yang sedang bernyanyi dengan ditemani alunan gitar di sudut kanan ruangan. Kondisi pada siang tersebut menjadi semakin panas ditambah banyaknya kepulan asap rokok di ruangan tersebut. Informan mempersilahkan satu tempat duduk kepada peneliti sambil menunggunya menghabiskan semangkok soto dengan nasinya yang tinggal sedikit. Peneliti juga diperkenalkan dengan beberapa teman informan yang pada saat itu sedang duduk bersama-sama di meja tersebut. Sambil menunggu, peneliti berkenalan dan berbasa-basi tentang keadaan perkuliahan mereka di kampus. Teman-teman informan banyak bercerita tentang perkuliahan mereka dan tampak santai bercerita dengan peneliti. Kemudian, setelah selesai menghabiskan makan siangnya, informan pamit izin untuk meninggalkan teman-temannya yang ada di meja tersebut untuk melakukan wawancara. Informan sendiri juga sepertinya tersadar dengan kondisi yang tidak efektif untuk melakuka wawancara di ruangan tersebut. Universitas Sumatera Utara Informan mengajak peneliti keluar ruangan untuk mencari tempat yang lebih nyaman, tidak ribut, dan tidak terlalu banyak orang yang akan lalu-lalang. Akhirnya, informan membawa peneliti untuk duduk di sebuah bangku kayu yang menempel pada sebuah pohon yang agak rimbun tidak jauh dari kantin tersebut. Di bawah pohon tersebut, terasa lebih nyaman dan tidak terlalu gerah. Informan dan peneliti duduk berdampingan. Pada hari tersebut, informan tampak anggun menggunakan kemeja putih yang dibalut blazer merah hati yang panjangnya sepergelangan tangan dan dengan rok hitam selutut, ditambah dengan sepatu pansus coklat dan rambut yang diikat setengah. Sebelum memulai wawancara informan menceritakan bahwa ia sedang sibuk mengurus penyusunan berkas-berkas untuk pengajuan siding skripsinya, dan menceritakan sukacitanya juga karena dalam bulan tersebut ia akan siding skripsi. Peneliti pun turut bersukacita atas pencapaian dari informan dan juga menyemangati responden. Kemudian wawancara pun dilaksanakan, informan tampak menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti tanpa adanya kesulitan yang berarti. 4. Wawancara keempat Wawancara keempat dilakukan di kampus responden. Peneliti sudah membuat janji sehari sebelumnya, informan yang menentukan waktu dan tempatnya. Janji wawancara dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Akan tetapi, wawancara akhirnya baru Universitas Sumatera Utara dapat dilakukan pada pukul 11.26 WIB. Hal ini terjadi karena banyaknya kegiatan dari informan selama di kampus seperti, sarapan pagi di kantin menunggu dosen pembimbing informan untuk meminta tanda tangan, memfotocopy berkas-berkas responden, dan menunggu informan rapat kecil-kecilan dengan adik-adik juniornya di perpustakaan kampus. Pada waktu tersebut terlihat wajah informan tampak letih, dan setelah mengkonfirmasikan ternyata informan dalam seminggu tersebut memang kurang tidur karena merevisi tugas akhirnya yang ingin diserahkan pada hari tersebut. Informan pada hari tersebut menggunakan kemeja putih lengan pendek dan celana kain berwarna hitam. Informan tampak membawa dua buah tas, satu tas di sandang di sebelah kanan, dan satunya lagi di pegang dengan tangan kirinya, sambil mengapit sebuah botol besar air mineral ukuran 1,5 liter. Melihat begitu banyaknya barang bawaan responden, peneliti pun berinisiatif untuk membawa sebagian barang tersebut dengan meminta tas kain yang dipegang responden. Informan tampak senang dan mengucapkan terima kasih pada peneliti. Kemudian peneliti dan informan mencari tempat yang agak sepi di sekitar taman tersebut, dan memulai wawancara. Informan tampak terbuka dengan menjawab pertanyaan dari peneliti. Informan sesekali melihat handphonenya ketika peneliti mewawancarai responden. 5. Wawancara kelima Universitas Sumatera Utara Wawancara kelima sekaligus menjadi wawancara terakhir dilakukan di rumah responden, tepatnya di ruang tamu rumah responden. Wawancara kali ini dilakukan di malam hari. Informan menggunakan kaus putih dengan masing-masing tepi lengan bajunya berwarna biru tua, dan ada sebuah kantong di sebelah kanan kaos tersebut. Informan juga menggunakan sebuah legging berpola kotak-kotak berwarna dominan hitam dan abu-abu, rambut diikat satu. Peneliti membantu informan melipat pakaian- pakaian sambil memulai percakapan-percakapan tentang kondisi informan selama peneliti tidak bertemu dengannya. Kondisi rumah informan saat itu sepi, hanya ada informan dan peneliti. Informan pun mengajak peneliti untuk membantunya melipat kain-kain yang telah diangkatnya dari jemuran. Kemudian, peneliti pun meminta kesediaan untuk memulai wawancara, informan pun mengambil posisi duduk di depan peneliti. Dalam wawancara kali ini, peneliti mengulasi kembali mengenai proses pembelian dan setelah pembelian produk-produk yang dialami oleh responden. Informan pun menceritakan kembali hal-hal yang dialaminya. Wawancara tersebut pun berakhir, peneliti bersalaman dengan informan sebagai tanda wawancara pada hari itu telah selesai. Peneliti juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada informan atas kesediaan waktu untuk wawancara. A.2. Rangkuman Hasil Wawancara A.2.i. Gambaran Umum Pembelian Produk Universitas Sumatera Utara Informan 1 bernama April bukan nama sebenarnya seorang perempuan berdarah Batak bertubuh kurus, berkulit putih, berambut ikal hitam seketiak, tinggi badan sekitar 160 cm. April adalah anak sulung dari tiga bersaudara, memiliki dua orang adik perempuan. Adik pertamanya tinggal di Medan bersamanya sedangkan adiknya yang bungsu masih melanjutkan sekolah menengah pertamanya di sebuah desa di dataran tinggi Karo bersama kedua orang tuanya. April tinggal di Medan bersama kerabat jauhnya. April menyelesaikan pendidikan strata satunya di April 2013. Namun, April sudah mulai menggeluti pekerjaannya sebagai guru privat sejak 2 dua tahun lalu. Tuntutan sebagai guru privat juga mempengaruhi kehidupan April. April menjadi lebih menjaga penampilannya dan berusaha berpakaian formal setiap saat untuk memberikan kesan elegan. Selain mengajar privat, April juga aktif dalam beberapa kegiatan secara rutin, yaitu mengajar Sekolah Minggu di gereja dan menjabat sebagai Pembina suatu organisasi debat Bahasa Inggris di universitasnya. April aktif menjadi seorang pengurus dan pengajar di Sekolah Minggu di gerejanya. Melalui tanggung jawab yang dihadapinya, April menjadi lebih mandiri dalam memutuskan segala hal dalam kehidupannya. April menjadi terbiasa untuk mengurus segala hal seorang diri seperti mengurus perkuliahan, kegiatan-kegiatan di organisasi dan gereja. April akan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak meminta pertolongan pada orangtuanya jika ia merasa masih bisa mencari penyelesaian Universitas Sumatera Utara masalahnya. Di dalam memenuhi kebutuhannya pun, April juga sudah terbiasa untuk berbelanja secara mandiri. April biasanya melakukan pembelian produk-produk kebutuhannya sendiri. produk-produk yang sering dibeli dan digunakan untuk kepentingan sendiri April adalah pakaian, aksesoris, buku, alat-alat tulis, dan alat-alat kosmetik. Tujuan pembelian produk-produk ini juga berbeda-beda. April melakukan pembelian produk aksesoris dan pakaian untuk memenuhi kebutuhan penampilannya. Pembelian produk buku, alat-alat tulis dilakukan juga untuk memenuhi kebutuhan perkuliahan sehari- harinya. April juga tertarik melakukan pembelian produk untuk tujuan investasi. Kejadian ini dialami April di Desember 2012 ketika membeli produk perhiasan emas Di dalam pengalaman pembelian yang sudah dilalui April ada beberapa pertimbangan yang dilakukan sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli produk. Faktor utama yang menjadi pertimbangan April setiap kali melakukan pembelian adalah harga produk yang akan dibeli. April seringkali berusaha untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan kemampuan finansialnya. Oleh karena itu, April membuat budget plan ketika akan pergi berbelanja. Budget plan ini dibuat untuk mengontrol pembelian yang akan dilakukan. Akan tetapi, kenyataannya seringkali berbeda. April seringkali melakukan pembelian yang overbudget. Kejadian tersebut seringkali terjadi ketika April merasa sangat tertarik dengan fitur-fitur produk yang sesuai dengan selera pribadinya. Faktor lain yang Universitas Sumatera Utara dipertimbangkan setelah harga produk ialah kualitas produk yang akan dibeli dan fungsi produk. Pengambilan keputusan pembelian produk yang dilakukan April biasanya dilakukan melalui pengecekan harga ke toko-toko lain sebelum melakukan pembelian. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi harga produk yang lebih murah dengan pilihan yang sama. Kondisi perasaan saat melakukan pembelian mempengaruhi bagaimana April membuat keputusan pembelian. Proses pengambilan keputusan yang dilakukan secara terburu-buru dalam waktu yang singkat membuat pembelian produk tidak mempertimbangkan faktor harga, sehingga yang menjadi dominan adalah selera pribadi. April menjadi lebih mementingkan perasaan daripada faktor harga produk. Pengaruh orang lain seperti teman berbelanja, penjual produk, atau orang-orang yang berkomentar terhadap pembelian produk tidak menjadi bahan pertimbangan April dalam memutuskan membeli produk. Harga produk tetap menjadi yang utama yang dipertimbangkan oleh April. Pertimbangan tidak hanya dilakukan sebelum pembelian tetapi juga sesudah pembelian. April mempertimbangkan kembali harga produk setelah pembelian apakah sesuai atau tidak antara harga dengan kualitas yang didapatkan. Pengalaman April selama ini menunjukkan bahwa ketidaksesuaian harga produk setelah Universitas Sumatera Utara pembelian membuat dirinya merasa tidak nyaman dan sering kali berujung kepada rasa bersalah dan merasa kecewa. Kekecewaan terhadap harga produk yang tidak sesuai tersebut karena April merasa produk yang dibelinya terlalu mahal dan memunculkan pikiran bersalah karena membandingkannya dengan produk lain yang mungkin bisa didapatkan lebih banyak kuantitasnya. Pengalaman ketidaksesuaian harga setelah pembelian yang dialami April telah muncul sebelum penggunaan produk. Hal ini terjadi melalui proses pertimbangan kembali yang dilakukan April setelah pembelian tepatnya setelah proses pembayaran produk. Pengalaman-pengalaman pembelian produk yang dialami April seringkali kurang memuaskan dirinya. April sering kali merasa harga produk yang telah dibelinya tidak sesuai dengan kualitas yang ia harapkan. Perasaan yang intens terus- menerus membuat April menjadi enggan untuk menggunakan produk yang telah dibeli. Hal ini terjadi pada pembelian produk parfum yang dilakukan April. Awalnya, April melakukan pembelian parfum karena ditawari oleh temannya. April tertarik untuk membeli produk parfum tersebut karena berdasarkan informasi sebelumnya yang pernah April dapatkan bahwa parfum dengan merek tersebut juga sering digunakan teman-teman satu kantornya. April pun tertarik dan melakukan pembayaran tunai pada saat itu juga. Proses pembelian produk ini dilakukan dengan system pesan sehingga sampel nyata parfum belum diterima April Universitas Sumatera Utara saat itu. April tidak mempertimbangkan faktor harga secara mendalam karena ketertarikan terhadap produk parfum tersebut. April mulai mempertimbangkan keputusan yang telah ia lakukan setelah proses pembayaran terjadi. Akhirnya, dua hari kemudian produk tersebut sudah sampai di tangan April. Melihat kuantitas parfum yang dirasa tidak sebanding dengan harga yang telah dibayarkannya, April akhirnya sama sekali tidak menggunakan produk tersebut sama sekali. Adanya perasaan kesal setiap kali April melihat produk tersebut sehingga untuk kebaikan April memberikan produk tersebut ke adiknya secara cuma-cuma. Efek selanjutnya dari pengalaman tersebut, April tidak mau melakukan pembelian produk parfum sama sekali. A.2.ii. Dimensi Emotional Pembelian produk yang sering dialami April seringkali tidak sesuai dengan harapannya. April merasa produk yang telah dibelinya harganya terlalu mahal sehingga membuat dirinya tidak nyaman. April mengalami perasaan bingung ketika melihat produk yang sudah dibelinya. Kejadian ini terjadi pada beberapa pembelian produk seperti pakaian, alat-alat kantor, dan parfum. “Udah, memang dipake cantik sih bajunya, tapi harganya tadi bikin nyesal gitu. kok aku tadi beli segini mahal kek gitu lo, kalo tadi aku belik yang lain bisa dapat tiga, atau empat gitu, sementara ini aku cuman dapat satu, jadi nyesal juga karena harganya juga ya…“ S.1W.1,i1b.142-150h.4 Universitas Sumatera Utara “Ada, beberapa kayak alat kantor, kayak agenda, alat-alat tulis yang buat ga nyaman, karena pembandingnya tadi harga, kalo harganya seperti ini harusnya kan, misalnya gini kan contohnya, kemaren saya beli agenda, seharusnya kan kalo harganya segini age ndanya bisa lebih bagus lagi gitu kan” S.1W.2,n1b.1432-144232 Ketidaksesuaian setelah pembelian juga dirasakan April ketika melakukan pembelian produk pakaian. Jenis produk pakaian yang dibeli adalah gaun. Munculnya perasaan kesal setelah pembelian karena April merasa gaun yang dibeli harganya terlalu mahal. “Iya, yang gaun itu kemaren, gak cocok sih, jadi memang gak cocok samaku dan harganya pun mahal, yang paling menyebalkan itu adalah yang harganya terlalu mahal, kalo misalnya gak cocok sama kita tapi harganya murah kan gak apa apa, tapi ini harganya mahal gitu jadi aku pun berpikir aku kok konsumtif banget ya gitu” S.1W.1,k1b.175-185h.4 Munculnya keraguan setelah pembelian produk gaun tersebut membuat April menjadi enggan untuk melihat produk gaun yang sudah ia beli. “Ada sih, nengok barangnya, sebenarnya cantik kalo dipake, cuman karena harganya tadi nengok barangnya tadi jadi malas gitu sampe kemaren aku dua minggu gak mau pake, males” S.1W.1,j1b.156-162h.4 Universitas Sumatera Utara April juga mengalami keraguan setelah melakukan pembelian produk parfum. Pembelian parfum ini bertujuan untuk memenuhi keinginan berpenampilan seperti teman sekantornya. “Kemaren, ini sih, prestigenya itu lo, apalagi kek parfum itu kan, wanginya memang wangi banget gitu lo, tapi dan orang-orang banyak pake gitu,bukan, maksudnya orang-orang itu kek teman-teman kantor gitu, memang pendapatan mereka memang juga sudah sesuai sebenarnya gitu jadi ya pengen coba sih gitu “ S.1W.1,q1,q2b.284-293h.6-7 “Mau coba, tapi yang paling utama itu adalah karena memang karena pengen sendiri gitu… “ S.1W.1,r1b.297-300h.7 “O, ada mungkin kemaren karena wanginya parfum itu ya, wanginya kan luar biasa, dan mungkin prestigenya ya, jadi mungkin orang kan biasanya kan gimana ya, kalo misalnya kita udah punya, ya bisa dikatakan pendapatan, gapapa dong sekali-sekali beli yang mungkin kita rasa agak mahal, dan parfum itu adalah salah satu yang mengindikasi menurut saya ya, yang mengindikasikan orang itu ya punya sesuatu yang mengekpresikan dirinya juga, karena kan kita kan akan dilihat sama orang, apalagi saya kan banyak bertemu dengan orang –orang gitu ”S.1W.2,d1b.658-675h.15 Sebelumnya, April hanya ditunjukkan gambar produk tanpa ada sampel nyatanya. Akan tetapi, April meyakinkan dirinya bahwa produk tersebut bagus untuk dibeli walaupun ia belum mengetahui infonya secara jelas, hanya berdasarkan pendapat dari temannya. Ketertarikan April yang begitu dalam kepada produk parfum tersebut membuat April langsung melakukan pembayaran pada hari itu. Universitas Sumatera Utara Produk parfum ini dibeli dengan system orderan seharga lima ratus ribu. Produk parfum ini juga tidak mendapatkan potongan harga. “Itu kemaren tanpa potongan, karena kan belinya sistem order, sebenarnya kalaupun ada potongannya sama orang yang mengorderlah jadi kebetulan ga ada memang” S.1W.2,i2b.715-720h.16 “Kebetulan kemaren itu dipesan ya, sistem orderan” S.1W.2,e1b.676- 679h.15 “Sistem pembayarannya itu ini sih, jadi setelah kita order, ditransfer dari teman itu, sebenarnya bayarnya bisa cash bisa melalui transferan gitu, kebetulan temanku itu yang minta, jadi langsung kasi aja gitu” S.1W.1, i3b.723-728h.16 “Kemaren cuman liat gambarnya sih, jadi kayaknya ini bagus nih, ternyata, ya memang bagus sih cuman akhirnya kek gitu tadi.” S.1W.2,e1b.682- 685h.15 “Iya dari cerita teman sih, mereka yang cerita, o ini ada parfum merek ini nih, wangi lo, ini katalognya, ya kayaknya gak apa apa deh, mungkin itulah yang bertindak dulu baru berpikir”S.1W.2,g1b.690-695h.16 “Ya, kemaren langsung bikin orderan, jadi mungkin karena ini juga ya, oh harganya masi dapat nih, pertama kali ya, jadi langsung lah ya kan tanpa berpikir panjang langsung diorder aja sih, setelah belilah ya, kok mahal banget sih gitu mikirnya”S.1W.2,g1b.703-710h.16 “Sekitar lima ratusan, lima ratus ribu” S.1W.2,i1b.712-713h.16 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pemberitahuan dari penjual produk parfum tersebut, maka April akan menerima produk parfum tersebut dalam waktu dua hari. Selama dua hari menunggu produk parfum tersebut, April sudah merasa ragu atas pembelian yang sudah dilakukannya. Perasaan ragu tersebut sudah muncul sejak pengorderan produk parfum. “Itu enggak lama ya, karena langsung dibayar, itu dua hari setelah itu langsung ada”S.1W.2,i1b.736-738h.16 “Ada sih,yang pertama kemaren itu akhirnya mikir, kok mahal sangat untuk barang seperti ini, dan agak kecewa itu pertimbangan yang pertama, dan yang ke dua adalah gini, gimana nanti kalo barangnya gak ada sementara uangnya udah dikirim cash gitu, ketiga baru berpikir sih gimana kalo nanti barang yang dibeli itu ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan, seperti itu”S.1W.2,k1b.747-758h.17 “Iya, setelah pengorderan itulah sudah mulai ada pikiran seperti itu”S.1W.2,k1b.762-764h.17 Perasaan ragu sejak awal pengorderan tadi pun semakin bertambah kuat ketika produk parfum sudah sampai ke tangan April. Produk parfum yang ia terima ternyata tidak sesuai dengan harapannya. Keraguan setelah pembelian berubah menjadi kekecewaan. “Ya, kecewa sih pertama karena tapi ada juga, iiiih gitu, gak mau make juga, dari pada tetap berpikir, dan merasa gak enak makenya juga, seperti keknya Universitas Sumatera Utara kalo make juga sering keinget-inget mending kasi ke orang. Kek yang kubilang minggu lalu itu… ”S.1W.2,m1b.767-774h.17 “Iya, pernah yang kemaren kubilang itu lo, yang beli parfum itu kemaren lo,jadi iya aku udah sempat beli kan, belum kupake aku pertimbangkan lagi kenapa ya aku tadi membuang sebanyak ini untuk membeli barang seperti ini, padahal dari awal sebelumnya pun udah kupertimbangkan itu, tapi akhirnya setelah aku beli, aku beli tapi gak kupake ada lagi keraguan, ada lagi kebimbangan, akhirnya kekecewaan, loh kenapa aku beli barang seperti ini, gitu” S.1W.4,d1b.1289-1302 Kekecewaan April terhadap produk parfum tersebut membuat ia tidak berniat menggunakan produk tersebut. Adanya perasaan tidak nyaman di hati April ketika harus menggunakan produk yang mengecewakannya. Akhirnya, April memberikan produk parfum tersebut kepada orang lain dengan cuma-cuma. “Rasa tidak nyaman pastilah karena akhirnya aduh sayang nih, kek gitu ada perasaan sayang, sayang itu kan sayang maksudnya rugi untuk memakainya, rugi untuk meng ini kannya, jadi kan itu merugikan satu apa ya, kerugian juga gitu, jadi efeknya seperti itu” S.1W.3,g1b.1078-1085h.24 “udah, sangking ga nyamannya aku, ga mau aku makeknya, kenapa, karena setiap ku pake nanti kuingat ah uangku lima ratus ribu, hilang uangku lima ratus ribu, jadi ada semacam trauma gitu, jadi bagusan ga usah pake gitu kurasa, yang kedua untuk baju yang ga sesuai sama harganya tadi, ya gak ku pake, kupake cuman sekali setahun, itu udah ngeri kali itu, paling dua kali setahun, sayang jadinya kurasa, ekpresi dari tidak nyamanku tadi ya tidak menggunakan gitu, karena menyesal tadi harganya tidak cocok dengan barang yang kudapatkan jadi ga kupake, kalo kupake pun nanti cuma sekali setahun, itu pasti akan ini, ini tadi baju yang kubeli dua ratus ribu itu gak cocok harganya ini, gitu” S.1W.4,aa1b.1628-164 h. 37 Perasaan ketidaknyamanan setelah pembelian yang April rasakan berpusat pada harga produk yang tidak sesuai menurutnya. Pengaruh temannya tidak menjadi Universitas Sumatera Utara alasan munculnya ketidaknyamanan tersebut. Akhirnya, April sama sekali tidak mau menggunakan produk tersebut. “Efeknya, efek tidak nyaman itu karena harga ya bukan karena teman, atau factor lain itu diluarnya, harga, harga itu kalo disaya itu menjadi nomor satu tapi diikuti juga dengan kualitas sih, tapi yang membuat tidak nyaman sekali itu adalah harga biasanya itu, kalo udah beli barang yang terlalu mahal seperti parfum kemaren jadi ga mau pake sama sekali memang, bagus kasi orang lain yang pake jadi waktu pake barang itu kita gak, kita gak ingat kalo kita udah ngabiskan uang lima ratus ribu tertawa msialnya sebagai contoh untuk itu” S.1W.3,g1b.1092-1109h.24 “Iya, segini Cuma lima ratus ribu? gitu langsung kupikir dalam hati” S.1W.4,ac2b. 1665-1666 h.37 Perasaan tidak nyaman karena harga produk yang tidak sesuai setelah pembelian juga terjadi pada April saat melakukan pembelian make up pallet. Ketidaknyamanan tersebut berawal sejak pembelian sebelum pemakaian. “Ya itu kemaren beli ini ya, beli ini apa namanya, make up pallet, itu kan isinya di dalam eye shadow, blush on, sama ya eye shadow sama blush on, itu gimana ya, harga nya juga kurasa ga s esuai dengan kualitasnya” S.1W.3,j1b.1143-1149h.25 “Kemaren itu tiga ratus Sembilan puluh Sembilan ribu, jadi make up pallet yang memang, ya dia memang lengkap cuman ukurannya kecil gitu, jadi sebenarnya menurut saya akhirnya, setelah dibeli juga tertawa harganya tidak sesuai dengan pokoknya kualitas yang didapatlah” S.1W.3,j2b.1151- 1159h.25 Universitas Sumatera Utara “Bukan, setelah dibeli itu, karena biasanya kan seperti yang kemaren kan belinya pake teman sih, order dari teman, itu sih” S.1W.3,k1b.1161- 1164h.25 Faktor harga menjadi hal yang krusial untuk dipertimbangkan kembali setelah pembelian bagi April. Di dalam pertimbangan setelah pembelian tersebut nyatanya April sering kali merasa ragu terhadap harga produk yang sudah ia beli. Hal inilah yang membuat ketidaknyamanan setelah pembelian produk. Ketidaknyamanan tersebut berakhir menjadi ketidakinginan untuk menggunakan produk. April menyatakan bahwa dalam pengalaman-pengalaman sebelumnya yang ia alami lebih sering merasakan ketidaknyamanan setelah pembelian karena ketidaksesuaian dengan faktor harganya. “Sepertinya gini aja ya, harga itu biasanya menjadi tolak ukur bagi saya membeli gitu tapi lebih sering memang over budget dan akhirnya ya terjadi penyesalan sih sebenarnya dan tidak nyaman menggunakan barang-barang itu,” S.1W.3, l1b.1168-1174h.26 “Kalo dibilang itu gini lo, penting pun harga itu tapi tetap aja menjadikan keraguan ketika kita udah beli barang ga sesuai dengan harganya yang kita beli tadi” S.1W.4,u1b.1529-1533h.34 “Tapi ragu juga aku lo kadang-kadang, eh banyak pun cemanalah buat ya” S.1W.4,u2b.1539-1542h34 Universitas Sumatera Utara “Lebih sering sih merasa tidak nyaman ya, tapi jarang sih merasa nyaman dengan kesalahan yang sudah dilakukan karena harga itu tadi” S.1W.4,k1b.1405-1409h.31 “Gimana ya, tidak nyaman itu jadi kek ada perasaan kesal, kesalnya jadi apa, jadi ga mau pake sama sekali gitu jadi ah aku udah beli banyak ini, mahal barangnya makenya juga jadi males gitu Itu sih” S.1W.3,m1b.1177- 1183h.26 Ketidaknyamanan setelah pembelian karena harga produk yang tidak sesuai membuat April menjadi lebih sering bercerita kepada orang lain untuk mengurangi rasa bersalah tersebut. “Lebih sering sih jadinya karena tidak nyaman itu, jadi bercerita ke orang lain, jadi kadang-kadang kalo udah kecew a dengan barangnya itu jadi malas pake” S.1W.4,l1b.1414-1418h.32 “Iya, sebelumnya aku sering cerita-cerita gitu, tadi aku beli barang lo, harganya segini, belum aku pake, ah barangnya ini gak cocoklah sama harganya kurasa keknya”S.1W.4,m1b.1421-1426h.32 April biasanya bercerita tentang pengalamannya tersebut ke pada teman- temannya. Ia menceritakan ketidaknyamanan yang ia rasakan karena harga produk yang dibelinya tidak sesuai harapan. Respon teman-temannya seringkali menganggap bahwa dirinya terlalu pelit mengeluarkan uang untuk produk yang dibelinya sehingga ia terus-menerus merasa produk yang dibeli tidak sesuai. “Pernah sih, pernah, pernah, karena sering juga cerita sama teman, iya kau memang, teman-teman memang bilang kau memang beli dulu tanpa Universitas Sumatera Utara pertimbangan, dan setelah beli kau complain, jadi itu juga sih, pasti setelah beli, setelah beli lalu komplain, dan komplainnya karena harga gitu… ”S.1W.4,p1b.1452-1460h.32 “Ada sih beberapa teman kampus, kan si melisa, kadang sama petra, omi dan beberapa teman lainnya, kayak kawan SMA, sevi, stella dan eka” S.1W.4,q1b.1463-1467h.33 “Iya, memang karena pelit kau kan sama harganya, makanya siap kau beli kau nyesal juga kan gitu, tapi sebenarnya aku bilang lagi itu karena harga tadi lo, kembali lagi, again and again itu karena harganya” S.1W.4,r1b.1471- 1476h.33 April menanggapi respon teman-temannya sebagai bentuk pendapat terhadap dirinya. Akan tetapi, April menganggap itu sebagai hal lalu saja dengan berusaha meyakinkan dirinya bahwa pada saat tertentu mungkin ia akan membutuhkan produk tersebut. Hal ini dilakukan April untuk mengurangi ketidaknyamanan setelah pembelian produk tersebut. “Pernah sih, walaupun agak-agak gak terlalu sering, ya gitu aja sih mencoba untuk apa ya, ngambil sisi positif dari situ, misalnya mungkin nanti dikemudian hari aku butuh” S.1W.1,u2b.361-366h.8 “Biasanya bilangnya gini sih, iya sih kadang aku memang ragu juga kenapa akhirnya beli tapi mungkin aku butuh, ntah nanti pada suatu saat ntah ada yang perlu kek gitu, gitu aja sih yang biasanya menguatkan aku dari keraguan, kekecewaan, dan ketidaknyamanan itu tadi gitu” S.1W.4,s1b.1482- 1490h.33 Universitas Sumatera Utara A.2.iii. Dimensi Wisdom of Purchase April melakukan beberapa pertimbangan sebelum akhirnya mengambil keputusan. April biasanya menekankan pembeliannya dengan melihat harga sebagai faktor penentu awalnya. “Iya, karena ujung-ujungnya kita berangkat dari, kalo aku secara pribadi ya ketika beli apa-apa pun itu yang jadi tolak ukuranku ya biasanya harganya gitu “ S.1W.1,w1b.393-397h.9 “Kalo bisa buat presentasinya, delapan puluh persenlah faktor harga itu ya, ya mungkin setiap orang akan concern ke harga dulu, mengikuti kita membuat keputusan itu adalah kualitas barang itu sendiri kan gitu, ada barang yang mahal tapi kualitasnya kurang bagus ada barang yang murah juga kualitasnya bagus, dan biasanya orang akan berpikir bahwa dengan harga yang mahal kualitasnya akan bagus,” S.1W.1,p1b.812-824h.18 Harga menjadi pertimbangan penting sebelum melakukan pembelian karena harus disesuaikan dengan kemampuan finansial April. “Ya, karena harganya itu sangat tergantung dengan kemampuanku membeli gitu lo, jadi gak mungkin aku membeli barang yang harganya satu juta sementara uang masukku lah misalnya cuman tujuh ratus pasti considernya adalah harga duluan gitu” S.1W.1,x1b.400-408h.9 “Ya biasanya mempertimbangkan ke harganya sih, seperti ini memang iya sih kebutuhan itu penting tapi harus liat budgetnya juga kan itu penting , gak mungkin dong, seperti contoh mungkin kita butuh blackberry karena semua teman kita rata-rata pake itu dan akses lebih mudah dengan pake BB, tapi kita kan juga harus berpikir kan, kalo kita beli BB yang , let’s say three million mungkin tiga juta itu terlalu high, kita harus pertimbangkan harganya walaupun kita butuh” S.1W.2,v1b.947-960h.21 Universitas Sumatera Utara Hal ini juga terlihat dari cara April mengatur pembelian produk-produk yang ia perlukan. April terbiasa menghabiskan budget yang lebih besar untuk membeli produk-produk yang mendukung penampilannya. Seluruh proses pembelian yang dilakukan harus tetap berpatokan kepada kemampuan finansial yang ia miliki. “Biasanya lebih berhitung ke pendapatan ya, hitung kira-kira pendapatannya bulan ini berapa jadi misalnya kita katakanlah dua atau tiga juta bisa dapat bulan ini kek gitu, jadi biasanya aku ngabiskan itu satu lah, satu juta untuk fashion untuk keperluan pribadinya aku kek gitu, untuk belik-belik baju, aksesoris, pergi ke salon kek gitu kadang-kadang memang itu tadi karena tuntutan profesi memang selain memang juga keinginan sendiri untuk terlihat fashionable, menjaga penampilan, ya memang tuk tujuan profesi..”S.1W.1,ae1b.532-548h.12 April juga melakukan pertimbangan harga tersebut dengan melakukan checking harga ke beberapa tempat untuk menentukan kesesuaian harganya. “Sepatu, karena nentuin cocoknya ke kulit, warnanya, harganya jadi semua disitu, jadi bisa sampe muter-muter sampe tiga jam, empat jam baru nanti ujung-ujungnya beli juga sih, lama prosesnya, ya tapi ga sampe berhari-hari lah” S.1W.1,u1b.345-552h.8 Di dalam melakukan pertimbangan sebelum memutuskan pembelian, selain harga yang penting bagi April adalah kualitas dan fungsinya. “Bentuk dan kualitas ya...” S.1W.1,y1b.413h.9 Universitas Sumatera Utara “Gini lo, kalo misalnya kita beli barang mahal tapi kualitasnya bagus itu tidak akan terlalu jadi persoalan gitu, nah coba bayangkan kalo kita beli barang mahal tapi kualitasnya rendah kan akan menimbulkan gitu tadi, di samping memang kita sudah kecewa dengan harganya, ditambah lagi kecewa sama kualitasny a gitu lo” S.1W.1,y2b.419-428h.9-10 April memandang faktor harga itu sejalan dengan kualitas produk pada umumnya. Akan tetapi, April akan tetap mempertimbangkan harga terlebih dahulu di atas segalanya. Setelah itu, April akan mempertimbangkan faktor lainnya seperti kualitas dan fungsinya. Hal ini juga terlihat dari bagaimana April melakukan pertimbangan dalam pembelian produk elektronik seperti laptop dan handphone. “Saya juga sebenarnya merasa harga mahal seharusnya kualitasnya bagus” S.1W.2,q1b.826-828h.19 “Harga udah pasti ya, tapi hal lain yang mungkin akan mempengaruhi kita dalam membeli gadget itu, kualitas dan kebutuhan, kalau kualitas mungkin lebih rendah lagi, jadi urutannya bisa dibilang itu, harga, kebutuhan, dan kualitas, ada orang yang memang membeli sesuatu karena memang benar- benar butuh, ada memang yang hanya untuk prestige, jadi memang mungkin di urutan ke empat prestige kali ya, karena seperti sekarang blacberry gitu ya, orang bangga ketika bilang, pin BB nya ada? tapi ada juga orang yang merasa BB bukan kebutuhan…. ” S.1W.2,s1b.876-892h.19-20 “Yang pasti pertimbangan pertama itu harga, kedua kebutuhan, misalnya seperti itu tadi, beli laptop itu kan kebutuhan saya, dan sudah pasti akan saya range ke harga yang dirasa itu sanggup kita beli gitu, misalnya kayak saya yang gunakan laptop untuk keperluan perkuliahan, harganya juga sudah saya patokkan, range harganya mungkin antara tiga juta sampai tujuh juta gitu” S.1W.2,t1b.899-909h.20 Universitas Sumatera Utara “Ya, biasanya menyediakan budget, dengan pertimbangan utama harganya dulu, jadi biasanya budget sesuai dengan, bukan dengan handphone mana yang mau dibeli tapi sesuai dengan kebutuhan dan harganya tadi, jadi misalnya kita udah prepare budget nih sekitar dua juta untuk beli handphone ini, nanti pas beli, yang kita cari dulu adalah handphone yang harganya sekitaran itu dan yang kita lihat kebutuhan kita di dalamnya gitu,”S.1W.2.t2b.912-924h.20 Akan tetapi, April merasa seringkali ia menghadapi bahwa ketidaksesuaian antara harga dan kualitas yang ia terima. Hal ini terjadi ketika pernah suatu kali ia melakukan pembelian produk parfum, dompet dan handphone. Hal inilah yang membuat April merasa keputusan pembeliannya salah. “Yang sering dihadapin, harga pas-pasan kualitas pas-pasan...“ S.1W.2,q2b.831-832h.19 “Ya, kadang-kadang ada yang ga bagus juga sih, salah satunya parfum itu tadi…“ S.1W.2,q3b.834-836h.20 “Kan aku beli dompet ya kan, nah dompetnya itu tadi pada awalnya cantik kulihat kan tapi akhirnya gak sesuai sama yang kuharapkan kan, gak sesuainya dimana, kancingnya rusak ya kan, trus dalamnya pun udah ada yang tergores, ruangnya yang tadi pun kuharapkan ada lima ternyata cuman tiga gitu, jadi benar- benar ga sesuai sama ekspektasikulah.” S.1W.1,c1b.53- 64h.2 “Ada ya kemaren pernah beli sih, masi jaman lama, produknya memang lagi booming sih, pertimbangan harganya gak sesuai dengan yang mereka tawarkan sepertinya..” S.1W.2,u1b.931-936h.21 “Handphone yang ada kameranya, cuman ada fitur yang tidak sesuai dengan harga yang d ibayarkan…”S.1W.2,u2b.939-941h.21 April juga pernah membeli produk emas awalnya tujuan pembeliannya adalah untuk investasi di hari-hari ke depan. Akan tetapi, April merasa sudah salah membuat Universitas Sumatera Utara keputusan terhadap waktu pembelian karena pada saat ia membeli produk emas tersebut harganya sedang melonjak tinggi dibandingkan dengan hari-hari setelah pembelian tersebut. “ Waktu beli emas. iya, jadi kan ya sedikit sedikit nyicil dari pendapatan semenjak kuliah ya mau investasi, ya beli emas gitu lo, untuk investasi, tapi agak ragu-ragu sih belinya, karena gimana ya, harganya yang fluktuatif tadi sama ini, apa namanya belum tentu kan gitu, ke kondisi harganya sih gitu, bukan ke kondisi barangnya..” S.1W.1,e1,e2b.71-81h.2 “Iya,nah akhirnya berpikir seperti ini, loh kok tadi aku belinya segini banyak, tapi setelah barangnya dibeli, tapi mau apa lagi gitu, harganya itu tadi, ih, kok banyak sekali ya ini, terlalu mahal harganya untuk sekarang ini tapi ya udah” S.1W.4,j1b.1389-1395h.31 “Harganya gitu, udah, karena besoknya harganya turun gitu.” S.1W.1,g2b.102-104h.3 Lumayan, berapa kemaren ya mengingat- ngingat, seratus ribu per gram lah” S.1W.1,g2b.106-108h.3 “Iya, tapi ya gitu sih agak kecewa juga” S.1W.1,g2b.110-111h.3 “Waktu yang kurang tepatlah ini, makanya kek gitu …” S.1W.5,z2b.2277- 2278h.45 April menyadari pada akhirnya dalam pengalaman membeli produk emas tersebut, ia kurang mempertimbangkan sampai resiko jangka panjangnya sebelum memutuskan membeli emas. “Gimana ya, mungkin pertimbangannya membeli barang yang lain adalah pertimbangan jangka panjang lah ya, misalnya kayak kemaren beli emas gitu kan, jadi pertimbangannya mungkin nanti sekian tahun ke depan akan begini , begitu, padahal sebenarnya akhir-akhir ini ada penurunan nilai uang sih, agak- agak ini juga agak kecewa” S.1W.1,o1b.797-807h.18 Universitas Sumatera Utara Kejadian yang hampir sama juga pernah dialami April. Produk dompet yang baru saja dibeli ternyata selang beberapa hari harganya turun. April mengetahuinya karena setelah pembelian ia biasanya melakukan crosscheck harga lagi. Ternyata harga dompet tersebut sudah turun. Hal tersebut membuat April merasa menyesal karena merasa salah waktu membeli produk. “Pernah itu kejadian di dompet itu lah, setelah dibeli sekian harganya, tunggu sebentar lagi tiba-tiba jadi turun tiga puluh persen, empat puluh persen jadi kan iiih..., kek gitu lo” S.1W.1,aa1b.457-463h.10 “Cari sendiri setelah beli, jadi setelah beli cari sendiri, kebetulan lagi ada apa ya, jadi kalo aku beli kan sering crosscheck harga ya biasanya aku beli itu agak agak selektif jadi crosscheck harga dulu gitu, nah kadang-kadang kalo udah silau mata ini tadi gitu emang sering langsung beli gitu, jadi udah siap beli langsung nyesel gitu.” S.1W.1,ab1468-479h.11 Meskipun April berusaha untuk mengcrosscheck harga terlebih dahulu sebelum melakukan pembelian produk tertentu, April kadang tak sadar akhirnya tetap membeli produk yang menurutnya menarik sesuai seleranya terlebih lagi terhadap produk-produk yang berhubungan untuk meningkatkan penampilannya. “Ini sih lebih ke penampilan ya, karena apalagi kan kadang-kadang kalo seperti aku yang ini, kerja kan butuh, di samping aku memang suka mengoleksi barng-barang seperti itu jadi sekarang aku merasa benar-benar jadi wanita, ga cuma gadis-gadis lagi, jadi wanita yang benar-benar suka sama fashion dan suka dengan pokoknya yang berkaitan dengan wanita kek gitu.“ S.1W.1,ad1b.491-502h.11 Universitas Sumatera Utara April membeli produk-produk yang dipresepsikannya mahal karena menganggap budget yang dimiliki cukup, tapi ketika akhirnya ia mengevaluasi pembelian yang sudah ia lakukan, ia merasa pembelian produk yang ia lakukan tidak terlalu penting pada kenyataannya. Terlebih-lebih lagi ketika mengingat harga produk yang sudah dibayarkannya tidak memberikan kepuasan kepadanya. “Akhir-akhir ini lumayan sering, maksudnya karena mungkin berpikiran gitu tadi ya, apa ya, ntar bisa kok talangi sama gaji bulan depan gitu, tapi ya sih banyak nyesal sih, akhirnya kalau dihitung-hitung terlalu banyak pengeluaran untuk beli barang-barang yang seperti itu yang harganya gak sesuai ekspektasi dan nyesal akhirnya setelah beli gitu.. Setelah beli sih nyesalnya, bukan sebelum beli.” S.1W.1,i1,i2b.191-203h.5 “Pernah, sering sih kemaren kayak beli diary, buku catatan, sebelum beli keknya aku butuh nih untuk catat-catat, setelah beli lho, kan aku masi punya yang ini gitu jadi seperti nyampah jadinya” S.1W.1,t1b.326-332h.8 April merasa kesal dan merasa sepertinya ada yang salah pada dirinya ketika sudah menyadari bahwa banyak pembelian yang ia lakukan yang sebenarnya tidak penting. April mulai mengevaluasi dirinya secara pribadi atas keputusan pembelian yang telah ia buat sebelumnya. “Kek ini tadi, kesal, merasa agak-agak kurang memikirkan terlebih dahulu maksudnya gini ya,bertindak dulu baru memikirkan, akhirnya mikir-mikir, kok aku kok gini kali ya, sampe beli gak sadar seperti itu gitu” S.1W.2,c1b.647-653h.15 Ketika membeli produk parfum, April juga merasakan sepertinya keputusannya untuk membeli produk tersebut salah, karena April merasa ia terlalu Universitas Sumatera Utara menghabiskan banyak uang dengan produk yang sebenarnya menurutnya tidak sesuai harga dan kuantitasnya. Akhirnya, April merasa pembelian tersebut malah memberikan kerugian bukan keuntungan. “Kenapa tadi gak beli yang itu aja ya gitu, tapi tetap sih karena harganya” S.1W.4,y1b.1598-1600h.35 “Pernah, yang kasus parfum kemarenlah. maksudnya kan, ada kemaren beli parfum, gausah sebut mereklah ya harganya hampir lima ratusan, empat ratus sembilan puluhan apa gitulah, jadi setelah beli baru nyesal gitu, ih aku kok spending too much money for this kek gitu lo, sementara aku bisa beli yang lain, ga dipake memang sama sekali saking bencinya gitu, kesal” S.1W.1,o1,o2b. 254-266h.6 “Misalnya gini kan, dari tadi kan kubilang kan harga, sama deskripsi barangnya yang belum jelas memang kita dapat, sama kek kemaren yang aku beli parfum itu, aku kan sebenarnya udah beli pun gitu, deskripsi barangnya belum kudapat jelas, misalnya kan, ini sekian mili, dibayanganku lima puluh mili liter itu banyak, tapi kan ternyata ga terlalu banyak secara langsung, jadi itu sih, menjadi ga sesuai jadinya, karena deskripsi kurang jelas tadi juga gitu” S.1W.5,u1b.2173-2184h.43-44 Perbandingan kuantitas produk parfum yang diharapkan April ternyata tidak sebanding dengan harganya. April merasa tidak membuat keputusan yang bijak sebelum memutuskan membeli parfum. Akhirnya, April merasa tidak puas dengan pembelian parfum tersebut. “Mungkin udah aku singgung sikit kemaren ya, setelah evaluasi kek harganya itu tadi, aku mikir kenapa ya tadi beli yang ini, padahal bisa dialokasikan ke hal yang lain gitu …” S.1W.5,r1b.2142-2146h.43 “Seperti yang kemaren ya karena apa namanya, harga itu, kualitas barang itu tadi untuk barang yang diharapin tadi ga sesuai dengan harga yang kita Universitas Sumatera Utara bayarkan, sepertinya saya membayar terlalu banyak untuk mendapatkan satu barang kek gini, seharusnya bisa dapat yang lain tapi karena tadi e, harganya segini akhirnya yang lain ga dapat gitu lo misalnya” S.1,W.3,c1b.1019- 1029h.23 “Yang kemaren itu lah, parfum, ada parfum yang harganya seperti saya nyesal belinya itu ya kan, yang hampir lima ratus ribu, sementara kalo misalnya kita bandingkan ke harga lain tapi, mungkin kita bisa dapat dua gitu atau tiga yang harga seratus lima puluh ribu, dua ratus ribu, Cuma karena itu tadi, yang pada dasarnya saya beli itu pertama-tama, tidak mempertimbangkan harga tapi setelah membeli baru menyesal keknya sayanglah ini, ketinggian gitu misalnya. “ S.1W.3.d2b.1032-1046h.23 Perasaan tidak puas karena sepertinya merasa ketidaksesuaian harga dengan produk yang diterimanya juga terjadi pada April saat membeli dress. Hal ini juga terjadi karena April merasa harga produk dress yang ia beli terlalu mahal dibandingkan dengan jumlah yang ia dapatkan, yaitu hanya satu dress. “O, keknya ada, baju kan, kemaren yang dress dress itu, jadi gaun itu juga kemaren bukan produk yang terlalu mahal gitu, maksudnya, itu masuk ke lower class, orang semua bisa beli gaun nah perbandingannya seperti ini, itu related sama harga juga gitu ya, kita bisa beli, kita bisa punya option atau choice untuk beli harga gaun yang dua ratus ribu sementara di sisi lain kita bisa beli dua ratus ribu itu gaun yang lain dengan harga yang misalnya let’s say lima puluh ribu berarti kita bisa dapat empat, atau dua ratus ribu kita bisa dapat dua kek gitu, jadi harga itu kan akan menentukan berapa banyak yang kita beli, bagaimana kita menggunakannya nanti gitu, sehingga seperti kasus saya kemaren akhirnya menyesal karena apanya, karena harganya juga kek gitu” S.1W.3,f1b.1052-1075h.24 Kuantitas merupakan hal yang penting bagi April ketika ia merasa sudah mengeluarkan anggaran yang besar dalam melakukan setiap pembelian. Oleh karena itu, April mempertimbangkan kembali pembelian produk yang sudah terjadi dengan Universitas Sumatera Utara jumlah produk yang telah ia dapatkan. Kenyataannya, April merasa tidak puas dengan pembeliannya. “Mungkin kemaren juga udah kasitau ya, jadi ketidaksesuaian itu tadi adalah karena harganya, begini simplenya seperti ini, kita membeli suatu barang, barang itu kita rasa tidak sesuai dengan apa yang kita dapat, sebenarnya dengan harga lima ratus ribu, harusnya kualitas barang itu lebih, dengan harga lima ratus ribu, kuantitasnya lebih banyak, seperti itu dia jadi itu yang membuat saya kecewa dengan pembelian yang kemaren saya lakukan itu, jadi memang tidak sesuai barangnya dengan harganya kek gitu, dan yang paling membuat tidak sesuai itu kembali lagi harganya gitu, karena ketika saya berbelanja itu tetap yang menjadi patokan itu adalah harga, seperti kemaren yang sudah saya kasi tau sebelumnya ya, saya yang menjadi dasar pertimbangan saya ketika membeli barang itu adalah harga gitu, karena harga itu nanti akan berkaitan dengan bagaimana kita menghabiskan uang kita kan untuk membeli suatu barang, itu yang sebenarnya dua hal, dan yang paling dominan adalah harga” S.1W.4,a1b.1214-243h.28 “Karena harganya, kembali lagi karena harganya, karena sebelum dipake setelah beli tadi kan dipertimbangkan lagi, ih sepertinya kalo tadi aku bagi dua aja nih harganya ini misalnya kan kayak harga produk yang kubeli kemaren kan hampir lima ratus ribu ya kan, kalo harganya itu aja ku beli dua harga dua ratus lima puluh ribu bisa aja sebetulnya, nah kendalanya di situ tadi kan karena harganya kan, gitu lo” S.1W.4,e1b.1305-1318h.30 April menganggap bahwa bagaimana ia membuat keputusan sebelum pembelian itu berbeda namun terkait dengan caranya mengevaluasi produk setelah pembelian dengan merujuk pada harganya. “Sebenarnya, kalo dibilang berbeda ga bisa bilang berbeda, tapi dua hal yang saling berkaitan tapi gimana ya, walo begitu karena kadang-kadang salah mengambil keputusan tadi juga pernah sih akhirnya menyesal, tapi yang paling sering itu sih karena harganya tadi, tapi aku ga bisa bilang sih dua hal ini tidak berkaitan, karena dalam pengambilan keputusan kan tetap berpatokan Universitas Sumatera Utara pada harga, masalah salah salah keputusan yang kita ambil kan itu balik ke pribadi kita tapi yang paling menjadi factor di dalamnya itu kan kembali harganya tadi, makanya kita ga b isa pisahkan itu tadi gitu lo...“ S.1W.4,g1b.134-1360h.30 Perasaan April telah salah membuat keputusan tidak hanya terbatas karena produk yang dibelinya cenderung mahal melainkan pada produk yang presepsinya pun masih masuk golongan harga murah. “Pernah juga sih walaupun murah barangnya tapi mudah rusak, jadi mikir tadi ngapainlah tadi beli buang-buang uang cuman penyesalannya tidak sebesar barang mahal gitu” S.1W.1,v1b. 373-378h.9 “Karena pertimbangannya gitu, barang mahal tadi kan sebenarnya udah bisa beli barang-barang lain yang dengan kualitas mungkin sama tapi harga yang berbeda kek gitu lebih murah kan, atau beli produk-produk lain tadi dari harga yang sudah dibelikkan tadi” S.1W.1,v2b.381-390h.9 April mempunyai pengalaman pembelian yang sebagian besar membuatnya merasakan keputusan yang kurang tepat. Namun, April juga pernah merasakan suatu kali pembeliannya sudah tepat karena kesesuaian harga dan kualitas yang ia terima ketika membeli sepatu. “Pernah, itu yang harganya mahal kualitasnya ga bagus itulah parfum kemaren, nah tapi kalo yang harga nya bagus kualitasnya biasa biasa aja itu dulu kejadian waktu beli sepatu juga, sepatu,jadi harganya sekian maksudnya standart tapi kualitasnya bagus gitu, tahan air, terus gak mudah robek, terus kalo dibawa ke lumpur juga oke gitu, jadi benar- benar ga mengecewakanlah.” S.1W.1,z1b.435-447h.10 Universitas Sumatera Utara Pada saat April merasa telah salah membuat keputusan pembelian setelah produknya telah dibeli karena tidak lagi terlalu berpatokan pada anggaran harga produk yang sudah dibuatnya di waktu sebelum pembelian. Hal ini terjadi ketika April sangat tertarik pada suatu produk yang dilihatnya sehingga adanya perasaan ingin membeli produk tersebut tanpa mempertimbangkannya lebih dalam. “Karena harga itu yang menjadi patokan sebenarnya, harga itu kan berkaitan dengan kemampuan untuk membeli sesuatu, karena seperti kemaren saya bilang kan orang pasti punya budgeting, budgeting itu of course related with harga gitu kan, nah jadi setiap, saya secara pribadi memang kek gitu tadi, gitu kalo liat barang ada kecenderungan harganya dan kualitasnya dan itu menjadi factor yang mendasar jadinya kek gitu, dominan untuk di apa namanya, untuk menjadi patokan melakukan pembelian walalupun ya akhirnya kadang-kadang karena pengaruh apa ya selera, karena gak sadar,jadi langsung bisa factor lain bisa mempengaruhinya pada dasarnya harga itu sangat berpengaruh” S.1W.3,b1,b2b.991-1012h.22-23 “….. nah kadang-kadang kalo udah silau mata ini tadi gitu emang sering langsung beli gitu, ja di udah siap beli langsung nyesel gitu.” S.1W.1,ab1475-479h.11 Berhubungan dengan faktor selera dan perasaan ingin memiliki dan akhirnya membeli suatu produk yang dilihatnya, April menjadi terburu-buru dalam menentukan keputusan. April kurang melakukan pertimbangan secara mendalam sehingga melupakan faktor harga yang pada dasarnya menjadi faktor utama dalam setiap pembelian yang ia lakukan. “Biasanya ini, kadang kadang ga sadar beli juga sih. biasanya itu produk- produk yang itu tadi, aksesoris gitu…langsung tertarik aja perasaanku… ” S.1W.1,ac1b.483-487h.11 Universitas Sumatera Utara “Karena pertimbangan tadi, jadi biasanya aku seperti ini, di awal aku benar- benar pertimbangkan harganya, tapi seringnya karena terburu-buru, karena selera jadi, jadi beli, dan akhirnya diriku rasa harga tadi ga sesuai jadinya…” S.1W.5,ac1b.2305-2310h.46 A.2.iv. Dimensi Concern over Deal Di dalam setiap pembelian yang dilakukan oleh April, ia merasa bahwa keputusan yang telah dibuat merupakan berdasarkan keyakinannya sendiri bukan karena pengaruh orang lain. “Emm, enggak terlalu sih, lebih sering karena keinginan sendiri, bukan karena orang bilang ini, ini cantik lo, bukan, karena memang ingin beli sendiri ya, bukan karena ada faktor lain gitu” S.1W.1,m2b.213-218h.5 Hal ini juga terlihat dalam pengalaman April ketika memutuskan ingin membeli produk parfum. Tujuannya adalah untuk mencoba karena keinginan diri sendiri. “Mau coba, tapi yang paling utama itu adalah karena memang karena pengen sendiri gitu” S.1W.1,r1b.302-304h.7 Pendapat orang lain memang tidak dapat dikontrol tetapi bagi April hal tersebut tidak berpengaruh besar sehingga akhirnya ketika April mengalami ketidaksesuaian setelah pembelian maka yang ia yakini hal tersebut tidak ada Universitas Sumatera Utara hubungannya dengan orang lain yang memberikan informasi kepada dirinya baik itu teman-temannya maupun penjual produk. “Sebenarnya ada sih pengaruhnya tapi tidak besar, misalnya ada teman bilang, ayok beli ini, barangnya gini gini gini, harganya segini gitu, kadang-kadang ada juga sih kep engaruh sebagian tapi tidak terlalu mendominasilah” S.1W.4,t1b.1492-1499h.33 “Itu mungkin bisa dibilang ambil andil tujuh ke delapan persen, karena sebenarnya dari aku sendiri kan udah punya pertimbangan kan, kalo ada temanku yang berkomentar pun, paling kan cuman sedikit, yang paling menentukan dari aku pribadinya, kalo dilogikakan pun, kalo misalnya orang pun ngajak tapi kita pun gak mau, jadi kalo untuk teman, atau sampel nya itu kecil sih persennya, paling besar itu ke harga sih, harga sama kualitas barangnya ” S.1W.5,l1b.2037-2049h.41 “Enggak, aku ga ngaruh bagiku, karena itukan aku yang pakai, bukan orang lain yang pakai, tapi pada akhirnya kan aku yang menikmati juga barang yang aku beli, hanya sebagian kecilah berpengaruh…” S.1W.5,m1b.2061- 2067h.41 Ketidaksesuaian setelah pembelian produk yang dialami oleh April karena pertimbangannya kembali terhadap harga produk. Di saat April merasa produk yang sudah dibeli harganya tidak sesuai, April merasakan penyesalan karena salah membuat keputusan sendiri, bukan karena pengaruh orang lain. “Biasanya sih karena diri sendiri, jadi lebih ke penyesalan ke diri sendiri, bukan karena teman bilang, ih… kau kok beli itu mahal kali? Enggak kek gitu, lebih ke barang yang kubeli ini, kok harganya segini ya, tadi kubeli… sendiri sih, bukan karena orang lain.. sendirilah aku ngerasa…” S.1W.5,n1b.2074-2081h.41 Universitas Sumatera Utara Ketika produk yang telah dibeli ternyata tidak sesuai dengan harganya, April jarang komplain kepada penjual produk. April menganggap bahwa hal tersebut bukan kesalahan dari penjual. “Kalo komplain enggak sih, cuman cerita aja, karena kita juga ga bisa salahkan orang lain dong, karena kita yang putuskan, cuman cerita aja samanya, jadi aku ga mau pake gitu, dan bilang aja ke dia kalo jualan barang itu sekali lagi bawa contoh barangnyalah gitu, maksudnya ngasi saran sih ke dia, ga semua orang nanti bisa menerima seperti itu” S.1W.2,n1b.781- 791h.17-18 “Kalo komplain, pernah sih, tapi gak frontal kali jugalah…” S.1W.5,x1b.2225-2226h.44 “Ih, … gimana ya barang itu tadi, ternyata ga sesuai sama harganya yang kuharapkan, ya…., gitu ku bilang… hanya sebatas itu aja, ga sampe aku bilang, aku udah beli mahal- mahal Gak lah…” S.1W.5,y12230-2238h.45 “ Komplain dikitlah, ga besar- besar kali…biasanya ya udah simpan sendiri, karena mau gimanapun pasti kan penjualnya bilang udah tau harganya, dan mereka pasti berdalih bukan kesalahan mereka, paling kek gitu…” S.1W.5,ad1b.2323-2328h.46 A.3. Dinamika Faktor Price Sebagai Pemicu Postpurchase Dissonance pada Informan I Informan 1 melakukan pertimbangan harga sebagai faktor utama dalam melakukan pembelian. Pertimbangan harga menjadi yang utama saat melakukan pembelian produk parfum, make up, pakaian, ATK, dompet dan Universitas Sumatera Utara perhiasan. Faktor harga yang mempengaruhi saat pembelian produk parfum karena adanya persepsi bahwa harga produk parfum dianggap tidak sesuai dengan kuantitas produk parfum yang sudah ia terima. Hal ini lah yang disebut dengan price-quantity scheme. Ketertarikan emosional melihat produk parfum tersebut membuat informan 1 melupakan pertimbangannya terhadap harga. Informan 1 merasakan keraguan sejak proses pengorderan produk parfum tersebut. Keraguan terjadi karena adanya kekuatiran produk tersebut tidak sampai ke tangannya sesuai dengan harapannya. Menunggu dua hari, produk parfum yang dipesan sdah sampai ke tangan informan 1 dan muncullah keraguan karena adanya price-quantity scheme. Keraguan pada saat pembelian make up, pakaian, ATK juga muncul setelah pembelian. Adanya keraguan karena ketidakseuaian harga yang sudah dibayarkan dengan kualitas produk yang informan 1 rasakan. Hal ini disebut dengan price-quality scheme. Keraguan yang dirasakan oleh informan 1 setelah pembelian ini merupakan bentuk kondisi emosi emotional yang dialami oleh informan 1. Informan 1 menganggap keputusan pembelian perhiasan emas yang ia lakukan tidak tepat karena waktu pembeliannya yang dianggap kurang tepat sehingga muncul persepsi harga yang telah dibayarkan terlalu mahal high price. Faktor harga yang terlalu mahal dala pembelian produk perhiasan ini memicu munculnya wisdom of purchase yang rendah dalam pembelian Universitas Sumatera Utara informan 1. Di dalam setiap pembelian yang ia lakukan, informan 1 memutuskan pertimbangan pembeliannya secara bebas, tanpa adanya pengaruh orang lain. Informan 1 tidak terlalu mempertimbangkan pendapat orang lain maupun pengaruh penjual dalam melakukan pembelian. Hal ini jugalah yang membuat pertimbangan harga yang dilakukan informan 1 tidak memicu munculnya postpurchase dissonance pada dimensi concern over deal. Informan 1 merasakan ketidaksesuaian pembelian karena adanya persepsi harga-kualitas price-quality scheme yang mendominasi sehingga memicu rasa ragu dan perasaan tidak tepat baik waktu maupun membuat pilihan sebelum pembelian. Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Dinamika Faktor Price sebagai Pemicu Postpurchase Dissonance pada Informan I No. DIMENSI GAMBARAN 1. Emotional Kondisi Emosi 1. Informan mengalami ketidaknyamanan setelah pembelian karena merasa produk yang dibeli tidak sesuai harganya seperti yang diharapkan - Terjadi pada pembelian produk parfum, alat make up, pakaian, dan alat tulis kantor. - Ketidaknyamanan muncul dalam bentuk keraguan, kekesalan, dan kecemasan 2. Informan merasakan ketidaknyamanan setelah pembelian sejak proses pengorderan produk parfum dan setelah pembayaran produk alat tulis kantor, pakaian, alat make up 3. Informan ragu terhadap produk parfum yang sudah diorder dan dibayar karena: - Merasa harga produk parfum yang sudah diabyarkan terlalu mahal - kecemasan kalau produk tidak sampai padahal sudah dibayar lunas - kekuatiran kalau produ yang dibeli tidak sesuai dengan harapan 4. Keraguan setelah pembelian produk parfum berubah menjadi kekecewaan dan tanpa penggunaan nonuse karena: - Kecewa dengan produk parfum yang tidak sebanding harga dengan kualitasnya - Kekecewaan setiap kali melihat produk tersebut sehingga memberikannya cuma-cuma kepada orang lain 5. Ketidaknyamanan secara psikologis setelah pembelian alat make up, alat tulis kantor, pakaian dan dompet. - Terjadi sesudah pembelian sebelum pemakaian - Muncul perasaan cemas karena tidak sesuai harapan antara kualitas dengan harga produk Universitas Sumatera Utara - Produk akhirnya masih tetap digunakan use 6. Informan berusaha mereduksi ketidaknyamanan psikologis yang muncul karena ketidaksesuaian harga yang dirasakan dengan cara bercerita tentang keluhannya terhadap produk yang sudah dibelinya tersebut kepada teman-temanya tanpa mengharapkan respon balik 7. Informan juga mereduksi ketidaknyamanan dengan meyakinkan dirinya bahwa suatu saat akan membutuhkan produk yang sudah dibelinya tersebut dalam hal ini terkecuali pada pembelian parfum. 8. Hal ini terjadi karena kekecewaan mendalam dirasakan informan karena harga yang dibayarkan dibandingkan dengan kuantitas yang didapatkan. 2 Wisdom of Purchase Kebijaksanaan dalam Pembelian 1. Faktor harga menjadi pertimbangan utama informan dalam memutuskan pembelian produk sbb: - Harga produk yang hendak dibeli harus disesuaikan dengan kemampuan finansial - Harga harus sesuai dengan kualitas yang didapatkan - Faktor selanjutnya yang diperhitungkan adalah kualitas dan fungsi produk 2. Informan memahami presepsi faktor harga sejalan dengan kualitas tapi pengalaman setelah pembelian seringkali berbeda yaitu: - Pembelian produk dompet yang dianggap tidak sesuai kualitas dengan harga yang dibayarkan 3. Pembelian produk emas yang dianggap terlalu mahal karena waktu pembelian yang tidak tepat 4. Pembelian produk parfum yang dianggap tidak sesuai kuantitas dengan harga yang dibayarkan, sehingga dianggap merugikan diri responden 5. Keputusan yang salah terjadi karena pertimbangan harga yang kurang mendalam di keputusan awal pembelian dimana: Universitas Sumatera Utara - Produk yang dibeli tidak dipertimbangkan dalam jangka waktu yang panjang - Perasaan tertarik yang tak terhindarkan memicu perilaku implusivitas - Sehingga informan terburu-buru dalam membuat keputusan pembelian 6. Informan kemudian menyesali keputusannya dengan membanding- bandingkan produk yang sudah dibeli dengan produk alternative yang mungkin didapatkan dengan kuantitas lebih banyak. 3 Concern over Deal Kesadaran Setelah Pembelian Dilakukan 1. Informan memiliki keyakinan kuat terhadap diri sendiri dalam pertimbangan pembelian tanpa pengaruh teman-teman maupun agen penjual 2. Informan menyalahkan diri sendiri ketika pembelian tidak sesuai dengan yang diharapkan 3. Informan jarang komplain kepada agen penjual atas produk yang tidak sesuai dengan harapannya setelah pembelian Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Dinamika Faktor Price sebagai Pemicu Postpurchase Dissonance pada Informan I April Pafum a Make up b Pakaian© ATK d Perhiasan f Dompet e Price-quantity scheme Price-quality scheme Mahal ≠ tepatwaktu Emotional Wisdom of purchase a e Concern over deal Keraguansejak proses pengorderan a Keraguan sejak proses pembayaran b c d Ketertarikan emosional melupakan factor harga Postpurchase Dissonance Keyakinan kuat pada diri sendiri ≠ pe garuh orang lain Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 179

B. INFORMAN II