6. Melihat kembali kesesuaian dan kelengkapan hasil analisa data dengan melihat hasil wawancara yang dilakukan pertama kali dengan hasil
wawancara yang dilakukan setelahnya.
F. Prosedur Penelitian
F.1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap persiapan penelitian, peneliti menggunakan sejumlah hal yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian Moleong, 2006, sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data
Peneliti mengumpulkan berbagai informasi, studi literature, dan teori- teori yang berhubungan dengan faktor price sebagai pemicu postpurchase
dissonance pada konsumen perempuan. 2.
Menyusun pedoman wawancara Agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan
penelitian, peneliti menyusun butir-butir pertanyaan berdasarkan kerangka teori dan dimensi-dimensi yang ada untuk pedoman wawancara.
3. Persiapan untuk mengumpulkan data
Peneliti mengumpulkan informasi tentang calon informan penelitian dari observasi peneliti terhadap orang-orang di sekitar peneliti. Peneliti
Universitas Sumatera Utara
memastikan calon informan memenuhi karakteristik informan yang telah ditentukan dengan melakukan pra-wawancara.
Informan I adalah teman sekelas informan sewaktu SMA dan sama- sama sedang berdomisili di kota Medan. Peneliti dan informan I sebenarnya
sudah lama saling mengenal sejak 8 tahun yang lalu saat bersama-sama ikut dalam suatu kompetisi di bangku SMP. Sedikit banyak peneliti mengetahui
tentang seluk beluk informan I sejak saat itu karena sering ada pertemuan berjangka 6 bulan sekali ketika bertemu teman-teman yang sekelas dulunya.
Hampir sama dengan informan I, informan II memiliki kedekatan dengan peneliti. Informan II pernah menjadi guru informan saat duduk di
bangku SMP kelas 2. Pada saat itu, informan II masih menjadi guru magang yang praktek di tingkat akhir perkuliahannya. Tak disangka, ternyata ketika
peneliti meneruskan pendidikan di Kota Medan peneliti bertemu kembali di sebuah organisasi gereja dan hingga sekarang sama-sama berada dalam suatu
komisi di organisasi tersebut. Peneliti terlebih dahulu mencari tahu berbagai informasi dari teman-teman lainnya dan juga observasi terhadap perilaku
pembelian informan II. Informan III merupakan tetangga satu kost peneliti. Peneliti dan
informan III sudah saling mengenal sejak 8 tahun yang lalu dalam suatu kompetisi antar sekolah. Akan tetapi, peneliti dan informan sudah semakin
Universitas Sumatera Utara
dekat dan saling mengenal lebih intens sejak 4 tahun yang lalu ketika ternyata tak disengaja informan III dan peneliti berada dalam satu kawasan kost yang
sama. Peneliti terlebih dahulu mengobservasi perilaku pembelian yang dilakukan oleh informan III dan melakukan pra-wawancara terlebih dahulu.
Setelah mendapatkan calon informan yang memenuhi karakteristik, lalu peneliti menanyakan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian
dan menjelaskan informed consent. 4.
Membangun rapport dan menentukan jadwal wawancara Setelah inforamsi terkumpul, peneliti mendatangi informan untuk
menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan dan menanyakan kesediaannya dan berpartisipasi dalam penelitian. Setelah memperoleh
kesediaan dari informan penelitian, peneliti membuat janji bertemu dengan informan dan berusaha membangun rapport yang baik dengan responden.
Peneliti melakukan pendekatan berulang-ulang pada ketiga responden. Waktu yang digunakan peneliti untuk membina rapport juga berbeda-beda pada
ketiga responden. Pada informan I dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk membangun rapport karena peneliti dan informan I sudah jarang bertemu dan
sharing bersama sehingga banyak hal yang harus dilakukan terlebih dahuli untuk membangun rapport terhadap informan I. Sedangkan, pada informan II
dan III tidak dibutuhkan waktu yang cukup lama sebab peneliti sudah
Universitas Sumatera Utara
memiliki kedekatan yang lebih dalam dan seringnya bertemu sehingga mudah untuk membangun percakapan dan terbuka saat wawancara.
Untuk informan I sebelum menjelaskan maksud penelitian, peneliti beberapa kali bertamu ke rumah informan I untuk sekedar beramah tamah.
Untuk semakin memperdekat hubungan dengan informan I, peneliti beberapa kali ikut serta menemani informan I dan pacarnya ketika mengerjakan tugas
akhirnya pada saat masih kuliah, membangun rapport juga dengan pacar dan adik informan I dengan membantu mencari pekerjaan sampingan. Setelah
peneliti merasa informan I nyaman dengan dirinya, peneliti menanyakan jadwal wawancara yang bisa dilakukan.
Sama halnya dengan informan II dan III, peneliti juga mendekatkan diri dengan basa-basi menanyakan kabar informan II dan III. Peneliti merasa
informan II dan III tampak sudah nyaman dengan peneliti sejak pemberian informed consent sehingga memudahkan peneliti mengajak informan untuk
wawancara ditambah ketersediaan waktu dari informan cocok dengan waktu yang dimiliki peneliti.
F.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah tahap persiapan penelitian dilakukan, maka peneliti memasuki beberapa tahap pelaksanaan penelitian, antara lain:
1. Mengkonfirmasikan ulang waktu dan tempat wawancara
Universitas Sumatera Utara
Sebelum wawancara dilakukan, peneliti mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat yang sebelumnya telah disepakati bersama dengan responden.
Konfirmasi ulang ini dilakukan sehari sebelum wawancara dilakukan dengan tujuan agar memastikan informan dalam keadaan sehat dan tidak berhalangan
dalam melakukan wawancara. 2.
Melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara Sebelum wawancara dilakukan, peneliti memminta informan untuk
menandatangani “Lembar Persetujuan Wawancara” yang menyatakan bahwa informan mengerti tujuan wawancara, bersedia menjawab pertanyaan yang
diajukan, mempunyai hak untuk mengundurkan diri dan penelitian sewaktu- waktu serta memahami bahwa hasil wawancara adalah rahasia dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Setelah itu, peneliti melakukan proses wawancara berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya.
Peneliti melakukan beberapa kali wawancara untuk mendapatkan hasil dan data yang maksimal.
3. Memindahkan rekaman hasil wawancara ke dalam bentuk transkrip verbatim
Setelah proses wawancara selesai dilakukan dan hasil wawancara telah diperoleh, peneliti kemudian memindahkan hasil wawancara ke dalam
verbatim tertulis. Pada tahap ini, peneliti melakukan koding dengan membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan
untuk dapat mengorganisasi dan mensistemasi data secara lengkap dan
Universitas Sumatera Utara
mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari Poerwandari, 2007.
4. Melakukan analisa data
Bentuk transkrip verbatim yang telah selesai dibuat kemudian salinannya, peneliti kemudian menyusun dan menganalisa data dari hasil
transkrip wawancara yang telah dikoding menjadi sebuah narasi yang baik dan menyusunnya berdasarkan alur pedoman wawancara yang digunakan saat
wawancara. Peneliti membagi penjabaran analisa data informan ke dalam dimensi-dimensi dalam postpurchase dissonance.
5. Menarik kesimpulan, membuat diskusi dan saran
Setelah analisa data selesai dilakukan, peneliti menarik kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan. Kemudian peneliti menuliskan
diskusi berdasarkan kesimpulan dan data hasil penelitian. Setelah itu, peneliti memberikan saran-saran sesuai dengan kesimpulan, diskusi dan data hasil
penelitian.
F.3. Tahap Pencatatan Data
Untuk memudahkan pencatatan data, peneliti menggunakan alat perekam sebagai alat bantu agar data yang diperoleh dapat lebih akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti meminta izin kepada
Universitas Sumatera Utara
informan untuk merekam wawancara yang akan dilakukan dengan tape recorder. Dari hasil rekaman ini kemudian akan ditranskripsikan secara verbatim untuk
dianalisa. Transkrip adalah salinan hasil wawancara dalam pita suara yang
dipindahkan ke dalam bentuk ketikan di atas kertas. G.
Prosedur Analisa Data
Beberapa tahapan dalam menganalisis data kualitatif menurut Poerwandari 2007 yaitu:
1. Koding
Koding adalah proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan
mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari. Semua
peneliti kualitatif menganggap tahap koding sebagai yang penting, meskipun peneliti yang satu dengan peneliti yang lain memberikan usulan prosedur yang
tidak sepenuhnya. Pada akhirnya, penelitilah yang berhak dan bertanggung jawab memilih cara koding yang dianggapnya paling efektif bagi data yang
diperolehnya Poerwandari, 2007. 2.
Organisasi Data Highlen dan Finley dalam Poerwandari, 2007 menyatakan bahwa
organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk :
Universitas Sumatera Utara
- Memperoleh data yang baik - Mendokumentasikan analisis yang dilakukan
- Menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian
Hal-hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data mentah catatan lapangan dan kaset hasil rekaman, data yang sudah diproses
sebagiannya transkrip wawancara, data yang sudah ditandaidibubuhi kode- kode khusus dan dokumentasi umum yang kronologis mengenai pengumpulan
data dan langkah analisis.
3. Analisis Tematik
Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan ’pola’ yang pihak lain tidak bisa melihatnya secara jelas. Pola atau tema
tersebut tampil seolah secara acak dalam tumpukan informasi yang tersedia. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat
menghasilkan daftar tema, model tema, atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu atau hal-hal di antara
gabungan dari yang telah disebutkan. Tema tersebut secara minimal dapat mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan interpretasi
fenomena. Peneliti menggunakan analisis tematik berdasarkan tiga dimensi
Universitas Sumatera Utara
postpurchase dissonance yang dikemukakan oleh Sweeney, Hausknecht dan Soutar 2000.
4. Tahapan Interpretasi Kvale dalam Poerwandari, 2007 menyatakan interpretasi mengacu
pada upaya memahami data secara lebih ekstensif. Ada tiga tingkatan konteks interpretasi yang diajukan Kvale dalam Poerwandari, 2007, yaitu pertama,
konteks interpretasi pemahaman diri self understanding terjadi bila peneliti berusaha memformulasikan dalam bentuk yang lebih padat condensed apa
yang oleh informan penelitian sendiri dipahami sebagai makna dari pernyataan-pernyataannya. Kedua, konteks interpretasi pemahaman biasa
yang kritis critical commonsense understanding terjadi bila peneliti berpijak lebih jauh dari pemahaman diri informan penelitiannya. Ketiga, konteks
interpretasi pemahaman teoritis adalah konteks paling konseptual. Pada tingkat ketiga ini, kerangka teoritis tertentu digunakan untuk memahami
pernyataan-pernyataan yang ada, sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri informan ataupun penalaran umum. Dalam penelitian ini,
tahapan interpretasi menggunakan konteks ketiga yakni interpretasi pemahaman teoritis. Peneliti akan menginterpretasi data-data berdasarkan
teori-teori di bab II. 5.
Pengujian Terhadap Dugaan
Universitas Sumatera Utara
Dugaan adalah kesimpulan sementara. Dalam penelitian kualitatif dugaan muncul setelah data-data wawancara dikumpulkan. Dengan
mempelajari data, kita mengembangkan dugaan-dugaan yang juga merupakan kesimpulan-kesimpulan sementara. Dugaan yang dikembangkan tersebut juga
harus dipertajam dan diuji ketepatannya dengan mencari data yang memberikan gambaran berbeda dari dugaan yang muncul tersebut. Hal ini
berkaitan erat dengan upaya mencari penjelasan yang berbeda-beda mengenai data yang sama.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN