INFORMAN III ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

C. INFORMAN III

Tabel 4. Deskripsi Data Informan III No. Identitas Informan III 1. Nama samaran Nia 2. Usia 21 tahun 3. Suku Batak 4. Agama Kristen Protestan 5. Pendidikan Terakhir S1 6. Pekerjaan Mahasiswa co-ass 7. Domisili Medan 8. Anak ke 2 dari 4 bersaudara 9. Status Belum menikah 10. Rata-rata penghasilanbulan C.1. Hasil Observasi Selama Wawancara 1. Wawancara pertama Wawancara pertama dilakukan di rumah kos peneliti. Peneliti dan informan merupakan teman satu rumah kos. Sebelumnya, peneliti sudah membuat janji. Peneliti menanyakan dimana tempat wawancara yang membuat informan nyaman terlebih dahulu, kemudian informan berpendapat di rumah kos peneliti saja sudah tepat. Oleh karena itu, wawancara pun diadakan di tempat tersebut. Sebelum wawancara, peneliti membangun rapport terlebih dahulu melalui percakapan tentang kabar informan di situasi magangnya yang baru dan kabar keluarganya. Sore itu, informan tampak menggunakan celana kaos merah selutut, dan kaos putih lengan pendek dan rambut tergerai melewati bahu. Informan tidak memakai kacamatanya Universitas Sumatera Utara Setelah bercerita panjang lebar sekitar satu jam, maka peneliti menceritakan tujuan wawancara tersebut dan bertanya apakah masih ada yang mau ditanyakan informan atau tidak. Ketika informan menyatakan mengerti maka peneliti pun meminta izin untuk menghidupkan alat perekam untuk memulai wawancara. Informan menyetujuinya. Selama wawancara, informan juga tampak menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti tanpa ada keraguan. 2. Wawancara kedua Wawancara kedua juga dilakukan di rumah kos peneliti di sore hari. Peneliti sudah membuat janji sebelumnya. Pada saat tersebut, informan tampak menggunakan pakaian tidur dengan motif celana dan baju kaos yang serupa, berupa bunga-bunga kecil berwarna coklat dengan dasarnya berwarna putih. Rambut informan tampak tergerai dan masih basah. Informan menceritakan bahwa dia baru saja pulang dari tempat magangnya. Wawancara pun dimulai. Informan dalam posisi duduk di tempat tidur peneliti, sedangkan peneliti duduk di lantai. Selama wawancara, informan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dengan cepat, dan berusaha menjelaskan lebih banyak kembali. Sesekali informan sambil tertidur menjawab pertanyaan peneliti. Di saat berusaha menjelaskan lebih banyak, informan akan duduk tegak kembali. Peneliti kemudian mengakhiri wawancara dengan mengucapkan terima kasih. Universitas Sumatera Utara 3. Wawancara ketiga Wawancara ketiga juga dilakukan di rumah kos responden. Hal ini juga berdasarkan permintaan responden. Informan tampak menggunakan baju kaos putih, celana pendek selutut bermotif tulisan-tulisan dari koran dengan warna dominan coklat, rambut terurai dan menggunakan kacamata bingkainya warna coklat. Pertama kali masuk ke kamar peneliti, informan langsung tidur-tiduran di tempat tidur peneliti sambil memegang handphonenya dan mengetik keyboardnya. Kemudian, informan meminta waktu untuk bertelepon dengan temannya terlebih dahulu. Peneliti menyetujuinya. Peneliti kemudian menunggu informan yang sedang bertelepon selama ± 10 menit sambil membaca-baca kembali list pertanyaan yang ingin ditanyakan. Akhirnya, informan pun menyatakan sudah selesai teleponan dan sudah siap untuk wawancara. Wawancara pun dimulai dan informan menjawab pertanyaan- pertanyaan peneliti. Tidak ada kesulitan yang berarti selama proses wawancara. Peneliti merasa pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh informan sudah cukup akhirnya wawancara kemudian diakhiri dengan mengucap terima kasih dibalas dengan senyuman dari responden. Universitas Sumatera Utara C.2. Rangkuman Hasil Wawancara C.2.i. Gambaran Umum Pembelian Produk Informan III bernama Nia bukan nama sebenarnya seorang perempuan berdarah Batak bertubuh pendek, berkulit sawo matang, berambut ikal hitam setelinga, tinggi badan sekitar 150 cm dan memakai kacamata. Ria berdomisili di Medan dan sedang mengikuti pendidikan co-ass di sebuah rumah sakit umum di Medan. Berdasarkan wawancara dengan Nia, produk-produk yang biasanya ia beli adalah bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Produk-produk tersebut adalah pakaian, buku untuk materi kuliah, modem, Tablet, laptop, dan sepatu. Pembelian produk pakaian biasanya seperti baju kemeja, gaun untuk memenuhi kebutuhan penampilannya. Nia biasanya membeli produk baju ditemani oleh ibunya dan tergantung kesediaan waktu ibunya menemani. Oleh karena itu, pembelian produk pakaian biasanya tidak ada waktu-waktu tertentunya. Pembelian produk buku juga seperti halnya pembelian pakaian, tidak ada jadwal tetap lebih disesuaikan dengan kebutuhan. Hal yang sama juga saat melakukan pembelian modem, laptop, tablet, dan sepatu. Semua pembelian produk bertujuan untuk menunjang kebutuhan penampilan dan pembelajaran Nia. Di dalam setiap pembelian produk, Nia akan berusaha untuk mencari informasi tentang produk yang akan dibeli. Informasi yang dicari berupa kisaran Universitas Sumatera Utara harga produk, tempat pembelian produk, serta fitur-fitur dari produk yang didapatkan. Informasi ini Nia cari dengan bertanya pada teman-temannya, ibunya, dan saudaranya, terlebih lagi orang yang menemaninya melakukan pembelian. Nia akan meminta pendapat mereka tentang produk yang akan dibelinya. Nia merasa bahwa keputusan yang akan dia buat tepat saat disetujui sebagian besar orang yang ia tanyai. Nia menyadari bahwa dirinya kurang yakin dalam membuat keputusan sendiri tanpa meminta pendapat orang lain. Hal ini menjadi berdampak pada akhirnya Nia akan merasa lebih tepat membuat keputusan pembelian ketika bersama seseorang atau ada yang menemani saat melakukan pembelian. Di saat Nia sudah mendapat pendapat dari orang yang ditanyainya, maka Nia akan berusaha menawar produk tersebut serendah-rendahnya kepada penjual. Hal ini sebagai salah satu bentuk screening harga yang dilakukan Nia dari satu toko dengan toko yang lain. Setelah pembelian, Nia terbiasa juga menanyakan pendapat orang lain yang ia tahu melakukan pembelian produk yang sama sebelumnya tentang produk yang telah ia beli. Orang yang biasanya diajak Nia untuk menemaninya melakukan pembelian adalah orang-orang yang ia sudah percaya dan yang Nia rasa sudah mengenal wataknya dalam melakukan pembelian. Nia tidak hanya akan bertanya pada orang tersebut sebelum melakukan pembelian tapi juga setelah pembelian. Hal ini sering kali dilakukan Nia untuk menghilangkan keraguan setelah pembelian yang ia rasakan. Nia seringkali merasa ragu atas produk yang telah ia beli, keraguan yang terutama Universitas Sumatera Utara seringkali terjadi adalah terhadap harga produk yang telah ia beli tidak sesuai dengan kualitas produk atau terlalu tinggi harganya dibandingkan dengan produk yang sama yang dibeli oleh orang lain terutama orang yang ia kenal. Nia merasa keputusan pembelian yang telah ia lakukan itu benar ketika harga produk yang dibelinya lebih murah dibandingkan dengan harga beli orang lain yang produknya sama. Keputusan yang salah telah Nia lakukan ketika ia mengetahui harga produk yang telah ia beli jauh lebih tinggi daripada harga beli orang lain dengan produk yang sama. Di saat Nia merasa keputusan yang telah ia buat salah, keragu-raguan tersebutlah yang paling sering muncul dan semakin menguatkan Nia untuk terus- menerus bertanya kepada orang lain yaitu teman-temannya dan keluarganya bahwa ia sudah buat keputusan pembelian yang benar, terlebih lagi yang menjadi fokus utama Nia adalah harga produk. Nia akan terus bertanya kepada orang yang menemaninya berbelanja sebelum dan sesudah. Ketika merasa produk yang diharapkan mengecewakan maka Nia akan komplain kepada penjual produk. Hal ini terjadi saat pembelian modem. C.2.ii. Dimensi Emotional Di dalam setiap pembelian produk yang Nia lakukan, ia sering kali merasakan keraguan terhadap produk yang telah dibelinya. Pengalaman Nia ini terjadi pada saat pembelian produk baju, laptop, tablet, modem, dan buku. Universitas Sumatera Utara Pada pembelian Tablet, Nia merasa ekspektasi awalnya terhadap kamera produk Tablet yang sudah dibeli ternyata berbeda dari apa yang ia harapkan. Hal ini membuat ada keraguan di awal pembelian. “Tapi aku puas jugalah, memang pas itu sama harganya menurutku, puas, kalo sama tablet ini puas, tapi sempat juga, kek mana ya tabletku ini, kek mana ya, gitu sih, tapi sekarang udah dipuaskan, maksudnya aku, defensekulah, memuaskan diri sendiri” S.3W.1,o1b.181-187h.5 “Puas sih, maksudnya aku kalo tablet gak ada sih keluhanku, awalnya aku kepinginnya kameranya bagus, apa gitu, dibawah ekspektasi kalo kameranya, tapi bisa kok digunakan, gitu. Aku orangnya kek gitu, ada gitu-gituku, satu minggu lagi nanti bisa nerima, awal- awal belinya aku cuman gitu” S.3W.1,p1,p2b.189-196h.5 Keraguan setelah pembelian yang dirasakan Nia biasanya terjadi di awal-awal pembelian saja. Keraguan yang timbul karena adanya pikiran bahwa harga produk yang sudah dibeli menurutnya terlalu tinggi. Hal ini terjadi pada pembelian produk tablet, laptop, modem, gaun, dan sepatu. “Awal-awal beli, aku kadang, ih, bagus gak pilihanku, makanya aku perlu orang kedua, bagus pilihanku ini, kek kemarin aku gitu, tabletku itu ga kemahalan kali kan, ada kawanku gitu kutanya. Enggak nak, katanya, seriuslah, gak mahalnya kubeli ini kan Sam, sama Samuel, enggak nak, gak mahal, o…, iya, kutanya lagi, bisanya dipake co-ass kan, bisa nak katanya, gitu- gitulah…” S.3W.1,q1b.198-208h.5 “Sesuailah kualitas sama harganya, karena temanku juga beli, lebih murah aku gitu, iyalah karena lebih duluan sih dia belinya, jadi aku merasa tidak dirugikan…awalnya ajanya ragu…” S.3W.1,n1,n2b.946-951h.21 Universitas Sumatera Utara “Salah gak pilihanku ini gitu, aku sering gitu, salah gak ya, salah ga ya pilihanku ini, eee…, pas gak ya ini sama kebutuhanku, pas gak ya harganya ini ya, ditipu gak ya, e…, paranoidlah…” S.3W.1,u1b.240-244h.6 “Yang paling sering aku kek gitu, baju sama kek barang yang berharga itu kek barang elektronik, laptop pun ke gitu” S.3W.1,v1b.247-250h.6 Nia berusaha untuk mereduksi keraguan terhadap harga produk setelah pembelian dengan menanyakan pendapat orang lain tentang produk yang sudah dibelinya tersebut. Nia akan bertanya tidak hanya pada satu orang saja, melainkan kepada beberapa orang. Hal ini terjadi pada setiap pembelian produk. “Iya, galau aku…. Galau, kutanya-tanya kawanku, trus dia bilang kau kenapa sih? Kau kek obsesif kompulsiflah, dari tadi itu-itu aja pertanyaanmu katanya… kau harus menjawab pertanyaan sampai aku puas kubilang gitu sama kawanku…. Itulah kubilang sama si Olip. Kan udah kubilang son katanya…” S.3W.3,u1b.1250-1258h.28 “Devi ga begitu yakin aku tertawa, kurang percaya aku, aku harus kutanya sama orang, gak boleh satu orang aja,” S.3W.1,ae1b.396-399h.9 “… kek baru-baru ini aku beli tablet, aku harus bertanya dulu kelebihan tabletku ini apa, biar aku nanti ga nyesal, aku mau gitu nyesal nanti pas terakhir, tapi paling sering aku ke baju sih, nyesal nanti gak kupake lagi, ga mau aku, kadang-kadang kalo terlalu mahal nanti aku merasa bersalah sendiri, kenapa ya, kenapa ya, makanya aku perlu pendapat-pendapat, second opinionku, makanya aku kek gitu, kalo beli baju, mamakku, biar ada yang meyakinkan aku bahwa itu bagus lo, gak mahal lo itu gitu” S.3W.1,l2,l3,l4b.134-146h.4 Universitas Sumatera Utara Nia juga bertanya kepada temannya yang melakukan pembelian produk yang sama dengan dirinya. Nia bertanya untuk menghilangkan keraguan terhadap harga produk yang sudah dibeli. Hal ini terjadi pada saat pembelian buku untuk keperluan kuliah. “Aku beli barang kek gitu, harus kutanya dulu sama orang, misalnya kek gini aku beli barang, kamus Dorlan, kubeli enam puluh ribu, terus misalnya kalo ada temanku dapat lima puluh ribu, aku kan pasti kecewalah gitu, jadi aku tanya, di mana di belinya, asli gak, ternyata kami beli sama-sama palsu gitu kan, jadi kenapa dia bisa dapat lima puluh ribu, kenapa aku bisa dapat enam puluh ribu gitu, pasti kan aku ga mau, jadi harus dicari taulah, sama gak hargaku sama harga kawanku gitu” S.3W.1,h1b.93-105h.3 C.2.iii. Dimensi Wisdom of Purchase Nia pernah merasakan pengalaman membeli produk modem yang tidak sesuai. Ketidaksesuaian yang Nia rasakan karena dirinya merasa telah membuat keputusan yang kurang tepat. Sebelum pembelian modem, Nia tidak menanyakan pendapat orang lain sebagai pertimbangan. dimana harga modem yang ia sudah beli ternyata lebih mahal dibandingkan dengan teman kostnya. Modem yang dibeli tersebut tipenya sama persis dengan yang dibeli oleh teman kostnya. “Kutanya sama…, ga adalah keknya kutanya…” S.3W.1,af1b.400-402h.9 Universitas Sumatera Utara “Harganyalah, sama-sama modelnya dia dapat lebih murah” S.3W.1,ah1b.424-425h.9 “Harganyalah, sama-sama modelnya dia dapat lebih murah” S.3W.1,ai1b.428-432h.10 “Oh, iya ya, Vodaphone, kan kemaren sama Devi tertawa aku belinya, kan kemaren modem Vodaphone kan kubeli empat ratus lima puluh kurasa, kak resi punyanya, samping kosan kita tiga ratus limpul, datang aku, kak kenapa Vodaphoneku empat ratus limpul, gak sama dek, ini Vodaphonemu kecepatannya sekian sekian giga, yang itu sekian ini, baru aku puas, kalo enggak udah kulabrak, kenapa ini empat ratus lima puluh, dia dapat tiga ratus lima puluh, ini selisih harganya seratus limpul lo kak, aku ga maulah kak tukar aja sama itu, ga bisa lagi dek ditukar karena udah dibuka segelnya katanya, gitulah kubilang, harus diyakinkan dulu sama kakak itu.. o, pas harganya ternyata katanya, ternyata aku tau punyaku itu sama kak Resi itu bedanya di kecepatannya, lalu modemku bisa nelpon gitu” S.3W.1,y1,y2,y3b.280-301h.7 Nia merasa dirugikan sehingga ia komplain ke counter modem tempat ia membeli modem tersebut dan meminta penjelasan atas ketidaksesuaian harga produk modem yang ia beli dibandingkan dengan modem yang sama dibeli oleh teman satu kostnya. “Itulah yang Vodaphone itu tadi nak, kan gini kan, udah beli modem, kata kak Resi, udah, ternyata mirip kemasan modem kami, dia Vodaphone aku Vodap hone juga tertawa, kuliat, ihh…, kok sama kak, berapa kakak beli, tiga ratus katanya, kau, empat ratus lima puluh, ih besoknya langsung kuambil modemku sama modemnya kubawa ke counternya, kubilang langsung kak gantilah, kakak tipu aku ya kak, kakak ini modemnya tiga ratus limpul, aku empat ratus limpul kubilang, diganti lagi modemku sama yang lebih canggih Universitas Sumatera Utara kan, tapi sebenarnya modemku itu udah diatas modem kakak ini, cuma gara- gara kubilang empat ratus limpul, mahal kali empat ratus limpul, beda seratus limpul, dikasi kakak itu lagi Vodaphone, mungkin Vodaphone yang awalnya dikasi samaku itu tingkat dua, sekarang tertawa jadi tingkat tiga jadinyalah, naik levelnya satu, karena udah marah aku, rugilah aku kek gini kubilang” S.3W.1.ab1,ac1b.362-384h.9 “Aku orangnya kek gini, kalau misalnya, beli Vodaphone itu ga sesuai sama harganya, langsung kulabrak tukang jualannyalah, daripada stress-stres situ, kak ini kenapa harganya gini kak? Padahal temanku modemnya harga tiga ratus kak dengan merek yang sama…”S.3W.1,az1b.576-582h.13 Pembelian produk pakaian dan sepatu juga pernah membuat Nia merasa telah membuat keputusan yang kurang tepat. Setelah pembelian produk pakaian, Nia merasa harga produk dengan kualitas produk tidak sesuai. Saat pembelian ditemani oleh ibunya. “Apa ya, ada, itu bajuku dulu kubeli di Juma Tiga, masa gaun, gaunku yang warna biru itulah, masa dua ratus limpul, mamakkunya itu, gausah mak kubilang, bagus ini, bagus ini katanya, sampelah pulang, kubilang mahal kalilah ini mak, coba tadi kita beli di Matahari udah cantik kali, kek gitulah, lagian karena mamakku yang bilang gak kupermasalahkan kali…, sama sepatuku, sepatu Natalku dua ratus limpul kemaren kubeli di Matahari” S.3W.1,aj1b.442-453h.10 Nia juga pernah mengalami ketidaksesuaian saat membeli sepatu. Tujuannya untuk digunakan di saat perayaan Natal kampusnya. Nia melakukan pembelian Universitas Sumatera Utara seorang diri. Waktu pembelian dilakukan sehari sebelum hari H-nya. Produk sepatu tersebut juga tidak ada potongan harga diskon pada saat tersebut. “Apa ya mereknya? Connection kalo ga salah akulah, padahal, yang warna biru aku nyesal kalilah belinya, kan kubilang pernah samamu, nyesal kali aku belinya ini, dua ratus limpul lebih aku beli Vinnci dua ratus limpul, udah tahan lama lebih cantik dari itu, nyesal aku, makanya aku gak pake sampe sekarang pun” S.3W.1,ak1,ak2b.455-462h.10 “Enggak, waktu beli kan gini, udahlah, udah capek aku pulang dari kampus, udahlah ini aja, dua ratus lima puluh, setelah beli, kenapa kubeli tadi ini ya tert awa pikiranku, iss… nyesal kalilah, apa ya, itu lo,…iss… kenapa ya, udah habis uangku beli sepatu aja…” S.3W.1,ar1b.504-510h.11 “Sendiri…”S.3W.1,ar1b.512h.11 “Hari Sabtu Natal kan, besok tertawa natal kan, sekaranglah aku beli sepatu, udah ku tes semua yang ada di situ kan, ga ada yang cocok samaku, cuman satu itu, yaudah ini ajalah kupake, dua ratus lima puluh pulak, terburu-buru sih” S.3W.1,am1h.473-477h.10-11 “Ga ada diskonnya” S.3W.1,ao1b.481h.11 Nia merasa saat membeli produk sepatu tersebut sangat tidak sesuai dirinya. Nia bahkan merasa seperti tak sadarkan diri sepenuhnya telah membeli produk sepatu tersebut. Nia membanding-bandingkan merek produk sepatu yang telah dibelinya tersebut dengan merek sepatu produk yang biasanya ia beli. Nia menjadi kecewa atas Universitas Sumatera Utara pembelian tersebut karena harganya yang terlalu tinggi tidak sebanding dengan kualitas yang didapatkan. Nia tidak nyaman menggunakan sepatu tersebut dan tidak menggunakannya. “Dihipnotis kurasa aku” S.1W.1,ap1b.483-484h.11 “…nyesal kali aku belinya ini, dua ratus limpul lebih aku beli Vinnci dua ratus limpul, udah tahan lama lebih cantik dari itu, nyesal aku, makanya aku gak pake sampe sekarang pun” S.1W.1,ak2b.457-462h.10 “Soalnya aku ga pernah mau beli kek gitu, mahal kali dua ratus limpul kubeli, sepatu Vincciku baru-baru dibeli mamakku, cantiklah, tiga ratus cantik kali, tapi tahan tiga tahun nak, yang ini gak tau kita tahan tiga tahun ntah tahan berapa… intinya gak kupakelah sampai sekarang, kan ga pernah kau liat kupake, makanya…, tinggi kali, sakit kali, sakit di tapak-tapak kaki kita ini makeknya, mahal kali, nyesal aku, kutanya mamakku, lebih bagus aku beli Vinnci, ini dua ratus limpul, beli Vinnci tadi, tambah-tambah lima puluh, dua ratus limpul pun uda h bagus” S.1W.1,aq2b.486-500h.11 “Ih, nyesallah nak, capek makenya, jelek modelnya, dua ratus lima puluh ribu pula, sampe mikir aku kenapa ya kubeli itu ya pikiranku” S.1W.1,al1b.464- 467h.10 Nia menyadari keputusan pembeliannya salah setelah pembelian sepatu tersebut. Nia merasa ia telah dirugikan. Nia tidak lagi bertanya pada orang lain tentang keputusan pembelian yang telah ia lakukan. Nia menyadari keputusan Universitas Sumatera Utara tersebut sudah pasti salah dan tidak ingin diketahui oleh orang lain kalau dirinya telah membuat keputusan yang salah. “Enggaklah…” S.3,W.1,ar3b.518h.11 “Nyesal nanti aku, soalnya udah yakin aku pasti, aku bodoh kali beli sepatu itu, sebenarnya, ga ada lagi pilihan sepatu dimana mau dibeli, makanya gak kutanya lagi, udahlah nanti stress gitu, soalnya aku belanja pun ga ada kawanku” S.3W.1,as1b.520-524h.11-12 Ketika merasa harga produk yang telah dibelinya tidak sesuai harapannya, Nia tidak mau menceritakannya kepada orang lain. Nia semakin merasa kecewa ketika orang lain tahu ia membuat keputusan yang salah, yaitu membeli produk dengan harga yang lebih tinggi daripada orang lain. Oleh karena itu, Nia akan menyimpan rasa kecewa itu di dalam hati saja. “Apa ya, aku kalo ga sesuai sama harganya, aku ga mau kasih taunya sama orang” S.3W.1,ba1b.586-589h.13 “Ih, kecewalah, gak mau aku makeknya pun, gak mau aku ngasi taunya ke orang, harganya berapa, karena takut aku, ih bodoh kali anak ini mau beli barang kek gitu, harganya segitu, gitu…” S.3W.1,ay1b.568-573h.12 “Takut aku dibilang orang, ih anak ini bodoh kali, mau ditipu” S.3W.1,ba2b.591-592h.13 “Ih, orang kan ga bakalan nanya berapa harga bajumu, sebenarnya aku memendam sendiri, kenapa harga bajuku ini seratus limpul ya? Dan aku lebih sakit hatiku kalo orang tau harga bajuku itu kemahalan, berarti pikir orang, Universitas Sumatera Utara anak ini mudah kali tertipu gitu, makanya gak kukasi tau sama orang, sakit hatiku” S.3W.1,bb1,bb2b.595-604h.13 Lain halnya, ketika produk yang dibeli sesuai harganya dengan yang diharapkan oleh Nia maka ia akan menceritakannya kepada orang yang bertanya. “Iyalah, berapa kau beli nak? Gitu,gitu… seratus ribu nak kubilang, kalo ga sesuai, kubilang adalah, mahal… atau is.. mahal, keknya kena tipu akulah kubilang…” S.3W.1,bc1b.608-613h.13 Pengalaman Nia ketika merasa keputusan pembelian yang sudah dibuat sepertinya salah dalam mengeksekusi harga juga terjadi saat pembelian baju. Harga baju setelah pembelian Nia rasakan terlalu mahal. Hal ini juga membuat Nia tidak mau menceritakan harga produk tersebut pada orang lain. “Sejauh ini belum ada sih, Cuma baju itu ajalah” S.3W.1,bd1b.627- 629h.14 Di saat Nia merasa produk yang telah ia beli tidak sesuai harganya, Nia akan komplain kepada penjual produk. Hal ini terjadi khususnya pada pembelian barang elektronik. Sedangkan, pada pembelian buku, Nia tidak akan membeli di toko tersebut kembali. Di dalam pembelian baju, Nia tidak akan menggunakan produk tersebut. Universitas Sumatera Utara “Itulah, melabrak ke orangnya tertawa, ke Vodaphone, di Juma Tiga enggak ada, cuma langsung aja kubilang ke kakak itu, ih, di Matahari pun gak segini harganya walo sama bahannya” S.3W.1,be1b.636-640h.14 “Kalo misalnya, yang kemaren aku bilang, aku pernah beli modem langsung ke counternya minta ganti, kenapa harganya segini, temanku dapat modem yang sama dengan harga yang lebih murah, aku ga mau rugi dong, kalo misalnya buku aku banding-bandingkan, kalo misalnya ternyata mahal, nanti- nanti aku gak mau beli di situ lagi, kalo barang elektronik aku sih lebih langsung datang ke orangnya yang jual aja, beli Tablet langsung datang ke orangnya, kenapa langsung cepat rusak, gitu,” S.3W.2.c1b.809-821h.18 “Ada, misalnya terlampau mahal, is kok gini ya, is kok gini ya, mamak ini pun udah dibilang tadi terlampau mahal, kadang-kadang mamakku pilihannya ini gitu kan, udah cantik, udah cantik katanya, karena aku ragu ini cantik gak ya, nanti gak kupake, makanya banyak jadinya bajuku gak kupake” S.3W.2,l1b.921-928h.20 Nia merasa bahwa ia telah membuat keputusan yang benar setelah pembelian di saat ia merasakan harga produk yang telah dibeli lebih murah dari yang dibeli orang lain, produk tersebut sesuai dengan harga dengan kualitasnya. “Keputusan yang benar itu, kalo harganya sama dengan harga orang lain, atau lebih murah hargaku dibanding orang lain, atau beda sikit aja, itu keputusan yang benarm dan barangnya gak rusak-rusak. Dah murah, gak rusak-rusak, itu keputusan yang benar.” S.3W.1,bg1b.673-678h.15 “Harganya murah, barangnya bagus, aku lebih murah biasanya beli daripada kawanku, kualitasn ya bagus” S.3W.3,c1b.1063-1069h.24 Universitas Sumatera Utara Sebaliknya, Nia merasa keputusan pembelian yang ia lakukan salah ketika harga produk yang dibeli jauh lebih tinggi dari orang lain, cepat rusak, tidak sesuai harga dengan kualitasnya. “Kalo yang salah ya kek beli Vodaphone itu, beda harganya jauh kali sama punya orang, beda seratus lima puluh ribu nak, lalu kalo barangnya cepat rusak, kek kemaren rusak Tab ku, kan langsung ke sana aku, ga mau kulama- lamakan” S.3W.1,bh1b.681-686h.15 “Sama… karena harga yang tak sesuai dengan kualitasnya jadinya aku merasa keputusanku itu salah….” S.3W.3,v1b.1265-1267h.29 Pada pembelian produk yang sedang ada potongan harganya diskon, Nia merasakan keputusan pembeliannya seringkali tidak sesuai karena kualitasnya. Nia merasa dari segi harga, produk diskon sudah memberikan kesesuaian karena sudah ada pengurangan harganya. “Takutnya aku kualitasnya sih, kualitasnya, makanya aku diskon kulihat-lihat juga… misalnya baju gitu kan, diskon, kulihat-lihat juga…” S.3W.3,r1b.1208-1210h.27 “Gak tahan lama, ngeliat ke kualitasnya sih itu, aku orangnya kek gini kan, gak papa aku beli baju yang seratus limpul, gak papa yang penting puas aku, nyaman kupake dan kawanku pun beli di sekitaran harga itu juga … jangan aku beli seratus limpul temanku beli tujuh lima gitu…. Maksudnya itu… aku sama kawanku itu kualitas yang sama, kualitas yang sama tapi harganya jangan aku lebih mahal dari orang lain gitu, bukan harus aku dapat barang murah gitu….” S.3W.3,s1,s2b.1216-1227h.28 Universitas Sumatera Utara Nia menyadari bahwa dalam setiap pengambilan keputusan pembelian ia sangat membutuhkan pendapat orang lain sebagai pertimbangan. Namun, Nia tetap merasa bahwa dirinya yang secara penuh membuat keputusan pembelian. “Enggaklah, gak pernah kusalahkan orang, gak pernah pun aku kepikiran kesitu, misalnya galau pun aku gitu, kenapa kubeli itu ya? Gitu aja cuman… iya ya… kenapa kubeli ya…” S.3W.3,aa1b.1324-1328h.30 “Tapi aku kan gak nanyakin dia, aku beli itu atau ini, aku kan cuman nanya ini kek mana menurutmu ku alitasnya, gitu… kan aku yang bikin keputusan” S.3W.3,ab1b.1331-1336h.30 C.2.iv. Dimensi Concern over Deal Di dalam pembelian produk, Nia menyadari bahwa adanya pengaruh orang lain. Orang-orang tersebut adalah orangtuanya, teman dekat, dan saudara. “Orang tualah, eh maksudnya orang terdekatku…” S.3W.1,bm1b.730- 731h.16 “Mamakku, abangku, kak uwa, teman-temanku..” S.3W.1,bm2b.734- 735h.16 “Kawanku yang mengevaluasi tadilah, karena aku mudah dipengaruhi…” S.3W.3,ac1b.1360-1361h.31 Universitas Sumatera Utara Pada pembelian produk baju, Nia banyak dipengaruhi oleh pendapat ibunya sedangkan pada pembelian produk elektronik biasanya lebih dipengaruhi oleh pendapat dari teman-temannya. “Vodaphone itu, baju, tapi sih baju itu lebih ke Mamakku sih…” S.3W.1,bl1b.720-722h.15-16 Nia akan bertanya kepada banyak orang tentang produk yang telah ia beli. Pendapat yang Nia dengarkan adalah teman yang dianggapnya dekat dengan dirinya sedangkan pendapat orang lain yang ia rasa tidak terlalu dekat dengannya tidak terlalu dipedulikan. Nia terus-menerus bertanya kepada banyak orang untuk menghilangkan keraguan setelah pembelian produk. “Yang jadi second opinionkulah, kalo orang lain aku gak, jarang kutanya, gak begitu peduli aku…” S.3W.2,p1b.962-965h.21 “Misalnya, ada gitu kawanku, aku juga tingkat kepercayaanku sama dia kurang, gimana mau percaya kali seutuhnya, kalo kita pun dekat sama dia kurang, maksudnya tergantung kedekatan kita sama orang kan, kalo makin dekat kita sama orang apapun yang dibilang orang itu yakin kita, karena yakin kita dia mengerti karakter kita, pasti pilihannya pun sesuai sama kita, gitu…” S.3W.1,aw1b.547-555h.12 “Karena itu jelek, karena aku percayakan, yaudah ga kupake lagi, lagian aku gak pede diliat orang gitu, kalo pake seperti itu, jadi gak kupake lagi lah…” S.3W.2,q1b.967-972h.21 “Gimana ya, kalo buku jarang sih, karena memang harus dibeli, mungkin kek kemaren beli Tablet, bagusnya itu woy, kameranya, kameranya kok ga bagus Universitas Sumatera Utara ya itu, datang kawan co-assku Olip, gak akrab kali kami, bilangnya bayangkan kau beli mahal- mahal tapi jelek kameranya…. Is ngeri kalilah kau Lip, kubilang…kutanya lagi sama yang lain, kutanya lagi, datang Samuel, bagus nak katanya, dijelaskan berkali-kali, Olip mungkin main-main kali kan, Samuel selalu memberi yang positif, karena dia tau aku mungkin kek mana, jadi aku masi bangga pake Tablet sampe sekarang” S.3W.2,s.1s.2b.983- 997h.22 “Enggak… enggaklah, aku, aku tanyain kawanku, kalo misalnya kecewa nanti aku tanyakan lagi temanku yang senasib sama ku, ada gak dia yang belinya sama harganya samaku, dengan harga sekian gitu, ya aku memang kecewa tapi biasanya aku tanya kawanku untuk memastikan, karena itu perlu pula, kek misalnya beli alat elektronik, yaudah jangan di situ lagi gitu…” S.3W.3,f1b.1094-1103h.25 “Percayanya aku sama Devi, tapi gak terlalu percaya, kau taunyalah kan ga boleh satu orang cuman kutanya, harus banyak orang, karena kalo satu orang aja bisa gak yakin kita, bisa aja karena sama kami beli bilangnya bagus, kalo sama orang yang ga sama kami beli kan pasti lebih berorientasi ke diri dia gitu memberi pendapat, bukan berorientasi ke barang, jadi maksudku lebih objektif lah gitu” S.3,W.1,ag1b.410-420h.9 Nia sangat mementingkan pendapat orang lain dalam membuat keputusan pembelian. Oleh karena itu, di saat belanja pun Nia membutuhkan teman yang akan membantunya membuat pertimbangan. Pemilihan teman belanja Nia juga berdasarkan anggapan pribadinya bahwa orang diajak berqualified terhadap produk yang akan dibeli. “Biasanya memang sama-sama Samuel, karena memang buku pelajaran kan…” S.3W.2,c2b.830-831h.18 Universitas Sumatera Utara “Karena dia ngerti juga tentang buku itu, dia tahu buku itu bagus, atau buku itu terlampau mahal gitu, jadi kemungkinan ga rugi untuk beli buku itu” S.3W.2,d1b.835-839h.18-19 Nia membutuhkan pendapat orang lain untuk pembelian produk yang pemakaiannya jangka panjang. “e…. ga ada sih. Karena beli sendiri, takutnya pasti ada yang salah gitu, Produk lain yang kubeli itu sih biasanya lebih ke kebutuhan makan, jadi kalo untuk makanan itu aku gak butuh second opinion, karena apa ya, karena yang menurutku butuh second opinion itu untuk pemakaian jangka panjanglah, kalo makan ga butuh second opinion” S.3W.2,a1b.788-796h.18 “Produk jangka panjang, itulah baju, barang elektronik yang kuceritakan kemaren, buku, itulah, kalo misalnya yang lain- lain, makananlah yang kubeli” S.3W.2,b1b.800-803h.18 Pendapat orang lain dibutuhkan Nia baik sebelum dan sesudah pembelian. Sebelum pembelian untuk mengevaluasi harganya sedangkan sesudah untuk mengevaluasi hasil pembelian. Nia semakin yakin memutuskan pembelian ketika ada orang lain yang diajaknya bisa memberikan pendapat. Orang lain yang menemaninya melakukan pembelian juga akan ditanyakan pendapatnya sebelum dan sesudah pembelian. “Enam puluh persen, pertimbangan orang itu mempengaruhi aku” S.3W.3,y1b.1308-1309h.29-30 Universitas Sumatera Utara “Tujuh puluh persenlah…” S.3W.1,au1b.539-540h.12 “Tiga puluh persennya aku masih ragu-ragu, aku tergantung sama orang yang kubawa” S.3W1,av1b.542-544h.12 “Iya, ketika mengambil keputusan dan ketika setelah mengambil keputusan… besarlah, karena aku mudah dipengaruhi” S.3W.3,z1b.1313-1316h.30 “Sesudah gitu juga, aku sebelum dan sesudah harus kuyakinkan dulu, pas nggak udah produknya, kalo sebelum itu untuk mengevaluasi harganya, kalo sesudah itu untuk mengevaluasi udah pas gak pilihanku gitu…” S.3W.1,bj1b.706-711h.15 ”Ya, aku kan harus beli barang itu, sebelumnya, aku harus ada second opinionku nak, aku tidak bisa membuat keputusan sendiri, aku takut keputusanku itu salah, lebih bagus kurasa aku udah nanya dulu sama orang berarti udah ada usahaku, daripada aku buat keputusan sendiri, salah, itu sakit kali hatiku…” S.3W.1,bi1b.696-703h.15 “Dan sesudah… sesudah juga kutanya kawanku” S.3W.3,i1b.1128- 1131h.26 “Pasti dia kutanya, kutanya juga orang lain, mana tau dia bohong kan” S.3W.1,ax1b.558-563h.12 Di saat melakukan pembelian laptop, Nia meminta pendapat saudaranya sesudah pembelian untuk membantunya meyakinkan diri sendiri kalau keputusan tersebut tepat. Universitas Sumatera Utara “Kalo laptop kemaren aku ga segitu paranoid itulah, karena aku dulu kan, e…, harga maksimal, jadi udah yakin aku itu yang terbaik gitu, tapi aku harus nanya juga, bang bagusnya ini bang? Bagus dek, bagusnya ini bang, bagus dek, harus diyakinkan orang kalo itu bagus, kalo dibilang orang bagus baru aku diam gitu, pokoknya aku ga yakin kalilah gitu, kalo baju misalnya gak suka aku gak kupake, kalo gak pas kurasa…” S.3W.1,w1b.253-263h.6 Ketika produk pakaian yang sudah dibeli dikomentari tidak sesuai dengan dirinya maka Nia tidak akan menggunakan produk tersebut lagi. “Kalo baju, gak kupake lagi…” S.3W.2,o1b.958h.21 Pertimbangan harga produk setelah pembelian juga dilakukan Nia dengan menanyakan pendapat orang lain. “Iya… gara-gara kupertimbangkanlah makanya kutanya sama orang, kalo ga kupertimbangkan ngapain kutanya sama orang…” S.3W.3,j1b.1137- 1141h.26 “Searching di internet… tapi aku jarang sih searching di internet biasanya aku langsung nanya sama orangnya, biasanya kalo misalnya apa gitu, langsung tanya sama orangnya biasanya… besoknya langsung jumpa gitu… kek kemaren misalnya aku nanya sama Samuel, dia padahal pake Ipad, kutanya juga sama dia.. untuk defenseku ajanya itu…. Pas nya ini keputusanku, supaya akup un makenya enak, gitu” S.3W.3,k1b.1145-1155h.26 “Hasil dari komen orang itulah…. Terhadap keputusan membeliku…” S.3W.3,l1b.1159-1161h.26 “Harga, kualitas…. Gitu…” S.3W.3,m1b.1164-1167h.27 Universitas Sumatera Utara “Harganya, kualitasnya, fitur-fiturnya… kalo baju, cocok gak… baju jarang sih aku nanya, cuman elektronik sama buku… itu biasanya,” S.3W.3,g2b.1110-1114h.24-25 Kemudian, Nia akan kecewa ketika pendapat orang lain tersebut menyatakan keputusan pembelian produk yang telah ia lakukan salah. “Kupertimbangkannya secara pribadi, tapi biasanya yang kuterima dari temanku itu sebagian besar kuserap…, terus kupertimbangkan, makanya aku sering stress kalo misalnya produknya salah gitu, salah salah keputusan aku” S.3W.3,x1b.1298-1305h.29 Nia menyadari adanya perasaan bersalah atas keputusan yang telah ia buat ketika ia menanyakan pendapat orang lain yang ternyata menilai keputusan pembelian yang telah ia lakukan tidak tepat. Akan tetapi, Nia tetap meragukan dirinya sendiri kalau belum bertanya kepada orang lain. Oleh karena itu, Nia akan terus menerus bertanya untuk memuaskan dirinya bahwa pilihan produk yang ia beli tepat. “Untuk memuaskan diriku tertawa” S.3W.1,t1b.233h.6 “Benar berarti pilihanku tepat,” S.3W.1,t2b.235-236h.6 “Tapi kepingin aku tau, ngerti kau kan, kan sering juga kutanya sama kalian, kek mana ya, kek gitu kin aku… kutanyakin nanti semua orang tapi jadi pikiranku nanti, istilahnya untuk memuaskan diriku… betul kata temanku aku Universitas Sumatera Utara itu obsesif kompulsif, kan kepikiran terhadap apa yang belum terjadi kan, terus kutanyain nanti orang itu, terus berulang-ulang nanti kutanya, trus kalo kecewa kan, mahal ini son ….berulang lagi nanti… Kenapa mahal? Ini kan gini nak, ini kan gini…. Kata salesnya kan kek gini… kuyakinkan bahwa keputusan ku itu ga salah, mahal itu kata orang…. Kau obsesif kompulsiflah kata orang gitu, aku kek gitu kin….” S.3W.3,ai1.ai2b.1411-1427h.32 Nia akan berhenti menanyakan pendapat orang lain tentang produk yang sudah ia beli ketika berjalan waktu ia sudah lama menggunakan produk tersebut. “Ketika udah kupake produknya ini lama, baru aku berhenti bertanya, udahlah… aku kek gitu…” S.3W.3,aj1b.1430-1433h.32 Di saat Nia menyadari keputusan setelah pembelian yang ia lakukan salah, ia merasa hal tersebut karena dirinya yang tidak tepat membuat keputusan bukan orang lain yang sebelumnya ia minta pendapatnya tentang produk yang telah ia beli. Nia tidak menyalahkan orang yang telah berkomentar kepadanya. “Enggaklah, gak pernah kusalahkan orang, gak pernah pun aku kepikiran kesitu, misalnya galau pun aku gitu, kenapa kubeli itu ya? Gitu aja cuman… iya ya… kenapa kubeli ya…” S.3W.3,aa1b.1324-1328h.30 “Tapi aku kan gak nanyakin dia, aku beli itu atau ini, aku kan cuman nanya ini kek mana menurutmu kualitasnya, gitu… kan aku yang bikin keputusan” S.3W.3,ab1b.1331-1336h.30 Universitas Sumatera Utara Nia menyadari orang yang berpendapat tentang produk yang telah ia beli itu mempengaruhinya akhirnya mengevaluasi pembelian yang telah ia lakukan. Akan tetapi, Nia tidak menyalahkan orang tersebut atas ketidaksesuaian pembelian yang ia alami. Nia menganggap dirinya yang membuat keputusan pembelian yang salah dari pendapat orang lain. Pendapat orang lain hanya sebagai bahan pertimbangan. Keputusan tetap dibuat sendiri oleh Nia. “Kawanku yang mengevaluasi tadilah, karena aku mudah dipengaruhi…” S.3W.3,ac1b.1360-1361 “Aku gak kusalahkan orang itu, tapi orang itukan yang membuat aku menjadi galau, maksudnya…. Gak kusalahkan orang itu… misalnya gini kan, kalo sebelumnya kan, e… kau salah, ngapain kau beli itu kata kawanku sebelum beli kan, gak mungkin kusalahkan si Samuelnya ini ini nih… gak kusalahkan, oh iya juga ya gitu… aku cuman.. oh iya ya, memang produkku kek gitu… aku bikin kek gitu kan karena orang itu yang mengevaluasi setelah kubeli, kek mana itu namanya, tapi aku ga nyalahkan orang yang ngasi pendapat sebelumnya…” S.3W.3,ad1b.1364-1377h.31 “Karena, kenapa kubeli barang ini, karena dievaluasi sama orang itulah, kan kutanya… dievaluasinya, kek gini gini, kek gini gini… oh iya ya…” S.3W.3,ae1b.1382-1385h.31 “Keputusan yang salah lah kubuat…” S.3W.3,af1b.1390-1391h.31 “Jadi bahan pertimbangan sajalah jadinya….”S.3W.3,ag1b.1393-1395h.31 Universitas Sumatera Utara C.3. Dinamika Faktor Price Sebagai Pemicu Postpurchase Dissonance pada Informan III Informan 3 melakukan pembelian dengan mengutamakan harga dan kualitas produk yang dibeli harus sejalan. Oleh karena itu, harga murah low price bukan menjadi alasan pembelian yang dilakukan oleh informan 3. Informan 3 melakukan pembelian-pembelian produk yang berusaha untuk menunjang studi dan kebutuhan sehari harinya. Produk-produk yang dibeli informan 3 yaitu produk buku, pakaian, laptop, tablet phone, modem, dan sepatu. Pada saat pembelian produk buku, pakaian, laptop, tablet phone, modem, dan sepatu tersebut ternyata ada dua persepsi yang memicu informan 3 sehingga menimbulkan postpurchase dissonance. Adanya keraguan setelah pembelian produk- produk ini setelah pembelian. Keraguan ini akan selalu muncul setelah pembelian dimana informan 3 merasa bahwa harga produk dianggap tidak sesuai dengan kualitasnya. Adanya pikiran bertanya-tanya terus menerus terhadap harga produk yang sudah ia beli. Keraguan tersebut berubah menjadi kecemasan. Hal ini terjadi karena persepsi harga-kualitas yang seringkali tidak sesuai dengan yang ia harapkan setelah pembelian. Informan 2 juga sering kali merasa keraguan ketika mengevaluasi harga produk yang sduah ia beli kembali dan mencari tahu harga produk yang sama dibeli orang lain terutama teman-temannya. Keraguan tersebut akan berakhir menjadi Universitas Sumatera Utara kecemasan juga ketiaka harga beli produknya lebih tinggi dari orang lain. Adanya perasaan tertipu yang dirasakan oleh informan 3 membuat dirinya menjadi cemas jika harga produknya tersebut diketahui oleh orang lain. Hal ini terjadi karena informan 3 menganggap bahwa harga produk yang terlalau mahal tersebut membuat orang lain akan menilai dirinya bodoh dan mudah tertipu. Persepsi harga-prestis price-prestige sensitiviiy memicu munculnya kecemasan pada informan 3 juga. Persepsi harga-kualitas price-quality scheme juga membuat ketidaksesuaian pembelian yang dilakukan informan 3. Informan 3 merasa keputusan yang telah dibuatnya tidak sesuai dengan harapan antara kualitas dan harga produk yang sudah dibayarkan ketika tidak ada orang lain yang membantunya memberikan pertimbangan-pertimbangan sebelum melakukan keputusan. Oleh karena itu, informan 3 berusaha untuk melakukan pembelian bersama orang lain untuk bisa membuat pertimbangan harga yang baik. Hal ini terjadi ketika melakukan pembelian sepatu dimana informan 3 melakukan pembelian seorang diri tanpa ada yang menemani. Hasilnya, informan 3 merasa bahwa kualitas produk sepatu tidak sesuai dengan harganya dan tidak menggunakan sama sekali produk tersebut. Informan 3 membutuhkan pendapat orang-orang lain dalam setiap pembeliannya dan berusaha untuk mereduksi perasaan ketidaksesuaian antara harga dan kualitas dengan harga. Akan tetapi dalam membuat pertimbangan informan 3 tetap melakukan pertimbangan secara pribadi. Pendapat orang lain hanya menjadi pertimbangan saja sehingga memutuskan pembelian tetap dilakukan secara bebas. Universitas Sumatera Utara Oleh karena itu, faktor harga tidak memicu munculnya postpurchase dissonance di dimensi concern over deal. Universitas Sumatera Utara Tabel 4. Dinamika Price sebagai Pemicu Postpurchase Dissonance pada Informan III Nia No. DIMENSI GAMBARAN 1 Emotional Kondisi Emosi 1. Informan merasa ketidaknyamanan psikologis berupa perasaan ragu setelah pembelian produk 2. Keraguan setelah pembelian produk terjadi di awal-awal setelah pembelian 3. Terjadi pada pembelian produk-produk yang tujuan pemakaiannya untuk jangka panjang, yaitu produk buku, pakaian, laptop, tablet, dan modem 4. Keraguan setelah pembelian terhadap harga produk yang sudah dibeli terlalu mahal dibandingkan dengan kualitas produk 5. Keraguan terus menerus meningkat dengan munculnya pikiran-pikiran tak terkontrol memikirkan sudah benar atau tidaknya keputusan harga pembelian produk yang sudah dibuat 6. Keraguan tersebut berubah menjadi kecemasan ketika tidak direduksi 7. Untuk mereduksi perasaan tidak nyaman setelah pembelian tersebut, informan menanyakan pendapat orang lain tentang keputusan pembelian yang telah ia buat sampai ia merasa yakin bahwa keputusannya telah benar. 2 Wisdom of Purchase Kebijaksanaan dalam Pembelian 1. Informan sering merasa kurang tepat dalam mengeksekusi harga saat melakukan pembelian produk 2. Merasa keputusan pembelian produk sepatu sangat tidak tepat karena pembelian dilakukan terburu-buru dan tanpa ada teman yang ikut menemani yang biasanya memberikan pendapat sebagai bahan pertimbangan. 3. Harga produk sepatu dianggap tidak sesuai dengan kualitasnya dan membanding-bandingkan dengan produk merek lain yang dianggap lebih bagus dan tidak menggunakan produk tersebut sama sekali Universitas Sumatera Utara 4. Merasakan ketidaksesuaian produk yang telah dibeli ketika harga produk yang dibelinya lebih mahal daripada hasil pembelian orang lain terutama teman-temannya pada produk yang sama 5. Keputusan yang tepat setelah pembelian adalah harga produk yang dibeli sesuai dengan kualitasnya dan tidak boleh melampaui harga produk yang sama yang dibeli orang lain yang ia tanyakan setelah pembelian 6. Informan merasakan keputusan pembeliannya salah saat mengetahui produk modem jenis yang sama yang telah dibelinya jauh lebih mahal dari yang dibeli oleh teman kost nya 7. Informan komplain kepada penjual produk modem karena merasa harga produk modem yang ia beli terlalu mahal setelah dibandingkan 8. Informan tidak akan bertanya kepada siapapun dan bahkan menghindar dari orang-orang yang mungkin berpendapat tentang produk yang sudah dibelinya yang ia sadari kalau ia sudah membuat keputusan yang salah dalam pembelian. 9. Informan akan menghindar karena merasa malu dan tidak mau dinilai orang lain mudah tertipu. 3 Concern over Deal Kesadaran Setelah Pembelian Dilakukan 1. Pendapat orang lain dalam pembelian yang informan lakukan sebelum pembelian adalah sebagai bahan pertimbangan saja 2. Pendapat orang lain setelah pembelian yang ditanyakan informan bertujuan untuk menghilangkan keraguannya terhadap keputusan pembelian yaitu harga produk yang dibeli sudah sesuai 3. Informan menyadari bahwa setiap keputusan pembeliannya adalah karena kontrolnya secara pribadi bukan orang lain yang ia tanyai baik sebelum dan sesudah pembelian 4. Informan tidak merasakan ketidaksesuaian harga produk dengan kualitas produk yang ia telah beli karena pengaruh orang lain melainkan karena dirinya secara pribadi yang tidak membuat Universitas Sumatera Utara keputusan yang tepat dalam pembelian 5. Dimensi ini tidak menjadi bagian penting ynag signifikan menimbulkan ketidaksesuaian setelah pembelian produk dalam kehidupan pembelian informan meskipun dalam setiap aspek informan memerlukan pendapat orang lain sebagai bahan pertimbangan sebelum dan sesudah pembelian. Universitas Sumatera Utara Gambar 4. Dinamika Informan 3 Bukua Pakaianb Laptop c Tablet phoned Modem e Sepatu f Price-quality scheme Price-prestige sensitivity Keraguan Ragu harga yang dibeli kemahalanb Harga beli lebih mahal daripada orang lain a cd e kecemasan ≠ te a ya g menemani saat pembelian f Harga beli lebih mahal dari orang lain e Kurang tepat mengeksekusi harga Emotional Wisdom of Purchase Concern over Deal Postpurchase Dissonance Pendapat orang lain sbg pertimbangan pembelian saja Keputusan sendiri Universitas Sumatera Utara

D. Pembahasan