teks yang dimunculkan itu mencerminkan ideologi seseorang ataupun kelompok. Kemudian tampak juga bagi kita apakah ideologi itu bersifat feminis, antifeminis,
kapitalis, sosialis, religius, dan lainnya. Kemudian dapat dianalisis juga apakah suatu teks atau wacana itu mencerminkan idiologi seseorang, misalnya wartawan, redaktur,
pemilik modal dan lain-lain Eriyanto. 2001:14.
Berdasarkan keterangan di atas penulis menemukan beberapa kategori ideologi pada Syair Dendang Siti Fatimah di Kecamatan Binjai Timur ini antara lain
adalah:
5.2.1 Ideologi Pengarang, yakni Idiologi yang Berdasarkan Subjek atau Penutur Karya Sastra
Telah disebutkan pada babak sebelumnya , bahwa Syair Dendang Siti Fatimah ini bersifat anonim atau tanpa pengarang. Syair ini merupakan sastra lisan
yang disampaikan dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Namun demikian, menurut informan Syair Dendang Siti Fatimah ini berasal dari
nama anak Nabi Muhammad SAW, yang bernama Fatimah. Berawal dari kebiasaan bersyair ketika menidurkan anaknya di dalam ayunan. Hingga akhirnya kebiasaan itu
diikuti oleh generasi selanjutnya yang taat kepada ajaran Nabi Muhammad SAW. Kebiasaan ini menjadi seni sastra yang disampaikan dan dikembangkan secara lisan
hingga jadilah sastra lisan. Kemudian sastra lisan ini berkemban menjadi tradisi lisan. Hal ini disebabkan karena sastra atau Syair Dendang Siti Fatimah ini digunakan
Universitas Sumatera Utara
sebagai nyanyian pada acara menabalkan nama anak atau pemberian nama seorang bayi yang baru saja dilahirkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Fatimah
anak nabilah yang menciptakan syair ini pada awalnya namun disampaikan secara lisan ke generasi berikutnya.
Pernyataan di atas didukung oleh larik syair berikut: Habislah nasehat tamatlah kalam
Dendang Fatimah yang punya salam
Janganlah lupa siang dan malam Kepada Tuhan Khalikul alam
Kata salam diatas bisa berarti milik Fatimah atau Syair Dendang Siti Fatimah ini berasal dari Fatimah anak Nabi Muhammad SAW. Kata salam juga dapat
diartikan sebagai ajakan atau persuasi dari Dendang Fatimah yang berarti Dari Fatimah anak nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini penulis memperkuat keterangan
diatas dengan mengutip penggalan artikel sebagai berikut, “ T etapi setelah
Rasulullah SAW wafat, Fatimah menuturkan bahwa ayahnya membisikkan kepadanya, bahwa beliau akan meninggal karena sakitnya ini. Itu sebabnya Fatimah
menangis. Kemudian beliau membisikkan lagi bahwa putrinya itulah dari keluarganya yang pertama kali akan menyusul. Itu sebabnya Fatimah tertawa”.
Haekal dalam http:www.republika.co.idberitaduniaIslam120306
Ideologi pengarang dalam hal ini Fatimah anak Nabi Muhammad SAW bersifat internal. Yakni penanaman pemikiran tertentu di antara anggota kelompok
atau komunitas tertentu. Dalam hal ini Fatimah anak nabi adalah pengikut Islam
Universitas Sumatera Utara
yang taat, karena ayahnya adalah manusia pilihan dan rasul sekaligus nabi utusan Allah. Dengan demikian dapat dikatakan, melalui syair ini secara tidak sengaja kita
telah mengikuti idiologi yang dipakai oleh beliau. Dengan kata lain melalui Syair ini Fatimah sebagai pengikut Islam yang taat ingin menyebarkan idiologi yang beliau
yakini yakni sebagai pengikut Islam yang setia. Idiologi ini tentu ditularkan kepada sesama pemeluk Islam. Itulah tadi yang disebut dengan bersifat internal. Jadi
dikonsumsi bagi sesama pemeluk Islam. Idiologi dan konsep pemikiran Fatimah yang Islami ingin mengajarkan
kepada kita bahwa: 1.
Manusia itu harus memiliki nama, karena nama itu juga sebagai doa untukkeselamatan dan kebaikannya selama hidupnya di dunia sampai akhir
nanti. Konsep ini terkandung dalam kutipan syair berikut: “Tetapkan olehmu taat dan iman
Selamat sempurna di dalam aman”. babak I bait pertama kemudian,
“Zat dan sifat ada bersama Keadaan zat menyatakan asma”. babak I bait kedua .
2. .Manusia jika memulai sebuah pekerjaan hendaklah dengan menyebutkan
bismilah termasuk ketika ingin menabalkan atau ingin menetapkan anak kita.Bait yang mendukung:
“Bismillah itu permulaan nama”. Babak I bait kedua
Universitas Sumatera Utara
3. Manusia yang Islam harus mengikuti rukun Iman sebagai mana yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Rukun Iman tentu meliputi keyakinan kepad Allah , Kepada Malaikat Allah, Nabi Allah,
Kitab Allah , dan hari kiamat atau hari akhir dan Mempercayai adanya takdir Allah. Bait yang mendukung:
“Dititahkan Allah Halikurrahman Menyuruhkan ia membawa iman
Kepada nabi akhiru zaman Kepada umatnya beberapa zaman”. babak I bait ketiga
4. Insan yang Islami sebagai keturunan dari Nabi Adam harus menyakini
tentang kebenaran Al-Quran yang dibawa oleh Malaikat melalui wahyu kepada Nabi Muhammad. Al- Quran diakui kebenaranya sebagai rahmat bagi
seluruh alam. Bait yang mendukung: “Asalnya wahi nurul izan
Dipercaya empat nasirul Adam Dipecahnya pula sekalian alam”. babak I bait keempat
5. Insan yang Islami harus mengetahui dan memahami serta mengimani keesaan
Allah , bahwa Ialah yang mengawali kehidupan ini dan Ia pulalah yang mengkahiri kehidupan ini. Bait yang mendukung”
“Ialah awal ialah akhir Demikianlah ia batin dan zahir
Nyata kepada arif yang mahir Ayuhai umat ambillah fakir”. babak I bait kelima
Universitas Sumatera Utara
6. Insan yang Islami harus mengetahui tentang proses penciptaan kita, atau dari
mana sebenarnya kita berasal, yakni dari kekuasaan Allah melalui Malaikat terbentuklah kita dalam rahim ibu kita melalui perkawinan kedua orang tua kita.
Dengan kekuasaan Allah pula maka kita mengalami perkembanagan dari setetes air hina sampai menjadi segumpal darah hingga kita memiliki sifat sebagai manusia yang
bernafas, bergerak, dan mendengar. Kesemuanya itu berkat kekeuasaan Allah, maka kita merasa aman di dalam rahim ibu menunggu masa kelahiran kita yakni lebih
kurang sembilan bulan. Bait yang mendukung: “Adalah asal kejadianmu
Nur setitik ketahui olehmu Dengan kuderat iradat Tuhanmu
Malikat membawa kepada bapakmu
Shulbi bapakmu rahim ibumu Empat puluh hari natepah namamu
Delapan puluh hari Alqah namamu Seratus dua puluh hari Mazrah namamu
Dengan kuderat Tuhan yang kaya Empat bulan bersifatlah ia
Dikandung ibumu sentausalah ia Menantikan cukup biilangan sedia”. babak I bait keenam s.d. delapan
Universitas Sumatera Utara
7. Sebagai insan yang Islami, kita harus memahami bahwa orang tua kita telah
melahirkan dan membesarkan kita dengan penuh pengorbanan jiwa dan raga. Begitu besarnya pengorbanan ibu dan orang tua kita itu sehingga kasih ibu tidak terbatas dan
tidak terbilang. Bait yang mendukung: “Memperanakkan engkau beberapa kesakitan
Memeliharakan engkau beberapa kesusahan Tat kalau sudah diperanakkan
Sakit dan demam dipeliharakan
Tidur dan duduk tak senang rasanya Selagi belum besar tubuhnya
Jaram dan obat disediakanya Sanak saudara menghadapinya
Kasihkan anak sehabis cita Mata mengantuk lidah berkata
Beratlah tangan meraba rasa Anak tak lupa di dalam cita “.
Memeliharakan anak sangatlah susah Tidak pernah merasa mudah
Alih ke kiri ke kanan basah Berlumur dengan kencing dan muntah’.babak II bait kedua - kelima
Sebagai insan yang Islami kita harus mengetahui bahwa ibu bapak kita tidak boleh dilawan. Hal ini disebabkan karena kasihnya orang tua kita tidak terbilang telah
melahirkan dan membesarkan kita dengan penuh pengorbana jiwa dan raga. Siapa
Universitas Sumatera Utara
yang melawan berarti durhaka kepada orang tua. Anak yang durhaka tidak selamat hidupnya dunia dan akhirta. Konsep ideologiini tertulis juga dalam Al-Quran, yang
artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik- baiknya. Jika Salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. QS. AlQS. Al- Isra’ : 23-24.
Mengingkari kitab suci berarti mengingkari Tuhan sebagai penciptanya. Kemudian diperjelas juga dalam hadis nabi atau perkataan Nabi Miuhammad SAW
dalam hadisnya, yakni berbunyi: “
Abu Hur air ah r adhiallahu anh ber k at a:
Seorang lelaki datang menemui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan bertanya:
“Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku layan dengan sebaik baiknya?”
Baginda menjawab: “Ibu kamu.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?”
Baginda menjawab: “Ibu kamu.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?”
Baginda menjawab: “Ibu kamu.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?”
Baginda menjawab: “Ayah kamu.” Albukhari Muslim:5971 Berdasrkan hadis ini seorang ibu tiga kali lipat ayah untuk dihormati. Begitu
tinggi kedudukan ibu di mata Allah yang telah melahirkan kita. Ideologidan konsep pemikiran ini begitu kental pada bait syair berikut:
Universitas Sumatera Utara
“Ayuhai anak muda bangsawan Ibu bapakmu jangan di lawan
Dipeliharakan daripada angin dan hujan Takut terkena penyakit sawan”. babak II bait keenam
“Karena hadis yang menyatakan Barang katanya jangan dilawan
Mintalah doa kepada Tuhan Turut taqwa sedia beriman”.babak III bait kedua
8. Ideologi pengarang ini menyuruh kita untuk memahami bahwa shalat adalah
wajib dan dikerjakan sebanyak lima kali sehari semalam. Konsep ideologiini jelas terlihat dalam kutipan berikut:
“Sembahyang tuan jangan berhenti Darilah hidup sampai ke mati ”. babak III bait keempat
“Janganlah lupa siang dan malam Kepada Tuhan Khalikul alam”. babak IV bait ketiga
Konsep pemahaman perintah sembahyang ini tertulis dalam Al- Quran sebagai kitab Suci dan pedoman hidup umat Islam yang artinya,” Dirikanlah shalat
dari matahari tergelincir sampai gelap malam dan dirikanlah pula shalat subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikanoleh Malaikat.”Al- Israa’: 17.
9. Betapa pentingnya kita memiliki anak yang shaleh., sebab anak yang shaleh
Universitas Sumatera Utara
dapat mendoakan dan memintakan ampunan kepada allah atas dosa dosa yang kita lakukan selama hidup di dunia. Itulah keistimewaan anak yang shaleh. Konsep
pemikiran ideologiIslami ini tertuang dalam hadis nabi, yang berbunyi: “Abu Usaid Malik Bin Rabi’ah As-Sa’idi Ra. meriwayatkan, “Ketika kami
sedang duduk bersama Rasulullah Saw., tiba-tiba datang seorang laki-laki dari Bani Salamah lalu berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada
sesuatu yang dapat aku lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat?” Beliau menjawab, “Ya, yaitu mendoakan keduanya,
memintakan ampun untuk keduanya, menunaikan janji keduanya setelah mereka tiada, menyambung persaudaraan yang tidak disambung kecuali
karena keduanya, dan memuliakan kawan keduanya.” HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban di dalam shahihnya
Konsep ideologi ini didukung pada kutiban Berikut: “Selamat sempurna di dalam aman
Beroleh sentosa dalam kesenangan Anak yang shaleh Allah menganugrahkan
Supaya dapat ia mendoakan”. babak IV bait pertama
10. Kita sebagai Insan yang Islami dianjurkan untuk senantiasa berbagi kebaikan
kepada sesama dan siapa saja dalam kehidupan kita sehari-hari. Konsep ini nampak jelas pada kutipan berikut:
“Janganlah lupa sehari-hari Senang sentausa semua diberi” babak IV bait kedua
11. Kita diajarkan untuk selalu meminta kepada Allah sebab, hanya Allah pemilik
dunia dan isinya ini. Kemudian selain meminta sesuatu insan yang baik tak lupa juga meminta ampun dan maaf atas semua kesalahan dosa yang telah diperbuat baik
sengaja maupun tidak sengaja. Konsep pengarang ini bersesuaian dengan konsep
Universitas Sumatera Utara
Islam yang hanya meminta sesuatu apapun kepada Allah dan juga meminta ampun atas kesalahan dan dosa karena manusia tidak luput dari dosa. Konsep idiologi
pengarang ini jelas tampak pada kutipan berikut: “Mendoakan kepada Rabbul’ijati
Kami sekalian mengampun jari”. babak IV bait ketiga
5.2.2 Ideologi Islamisme, yakni Ideologi yang Berdasarkan Konsep Pemikiranya.