depan kata Dendang Siti Fatimah hingga menjadi Syair Dendang Siti Fatimah. Sebaliknya jika penulis hilangkan kata dendang di depannya kata Siti Fatimah juga
kurang tepat karena merupakan pemberian dan ketetapan dari masyarakat pendukungnya. Jadi, kedua kata ini baik syair maupun dendang tetap secara
bersamaan digunakan. Selanjutnya kata Siti Fatimah dalam syair ini menurut informan berasal dari
nama anak nabi Muhammad SAW. Artinya syair ini berasal dari Siti Fatimah anak Nabi Muhammad. Tentunya sudah disesuaikan dengan alam Melayu Binjai Timur.
Dalam pengertian lain syair ini merupakan saduran dari puisi arab parsi; disampaikan secara oral atau lisan secara turun temurun dari satu generasi ke genersi selanjutnya
sampai saat ini di alam Melayu Binjai Timur. Dari apa yang sudah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Syair
Dendang Siti Fatimah ini adalah salah satu bentuk dari puisi lama Melayu yang merupakan curahan perasaan gembira. Terdiri dari empat baris perbait dan selalu
berakhir dengan bunyi yang sama serta berasal dari nama Siti Fatimah anak nabi Muhammad SAW.
4.2.2 Asal Usul
Telah dijelaskan di atas, bahwa menurut informan syair ini berasal dari nama anak Nabi Muhammad SAW yang telah diwariskan turun temurun dari nenek
moyang sampai ke alam Melayu Syair Dendang Siti Fatimah Binjai Timur sekarang
Universitas Sumatera Utara
ini. Namun begitu, sejarah asal usul masuknya Syair Dendang Siti Fatimah di alam Melayu Binjai Timur juga perlu dikeytahui.
Untuk hal di atas ada beberapa rujukan yang perlu kita ketahui. Pertama adalah Semi 1988 mengatakan,” Syair merupakan puisi tradisionaal Indonesia yang
cukup tua usianya. Ianya tumbuh dan bertunas setelah masuknya peradapan Islam ke Indonesia.”
Berdasarkan kutipan ini jelas, bahwa syair adalah pengaruh kesusastraan Islam di Indonesia atau alam Melayu. Selanjutnya Abadi dan kawan-kawan 1982:
40 mengatakan, “Wujudnya pengaruh Islam dalam sastra Melayu adalah akibat dari perkembangan agama Islam di kalangan masyarakat Melayu di tanah Melayu dan
juga di Indonesia. Pada sisi lain dijelaskan pula, bahwa menurut laporan para pengembara
seperti Markopolo dan Ibnu Batuta; Asia Tenggara telah mulai menerima ajaran Islam sekitar abad abad ke-13. Dari catatan sejarah lainnya menunjukkan, bahwa raja
yang mula-mula memeluk agama Islam ialah raja Samudra Pasai, yakni Al-Malik Al- Saleh yang meninggal pada tahun 1297 M Abadi dan kawan-kawan, 1982.
Marcopolo juga memastikan, bahwa di Perlak pada tahun 1292 mendapat pengaruh Islam. Pendapat ini dikuatkan lagi dengan ditemukanya batu bersurat di Trengganu
pada tahun 1303 bermotifkan Islam. Hal ini membuktikan, bahwa antara Indonesia dan tanah Melayu perlak pada waktu yang sama sudah mendapat pengaruh Islam.
Semakin berkembangnya kekuasan kerajaan seperti Malaka, Samudra Pasai, dan kerajaan Aceh telah memperluas perkembangan Islam di alam Melayu. Mengenai
Universitas Sumatera Utara
dari mana datangnya Islam ke nusantara ini menjadi suatu polemik dikalangan para ahli. Ada beberapa pendapat yang mengatakan , bahwa Islam masuk ke negeri kita
melalui Arab Parsi Abadi, 1982. Pendapat ini didukung oleh adanya cerita-cerita berbingkai yang mendapat pengaruh Parsi ke alam kesusastraan Melayu.
Pendapat lain juga mengatakan, bahwa Islam masuk ke Nusantara berasal dari tanah Arab. Kemudian, banyak juga yang berpendapat bahwa alam Nusantara
menerima pengaruh Islam atau kesusastraan Islam dari India yaitu melalui pantai Malabar, Coromandel, dan lainnya Abadi dan Kawan-kawan, 1982:40.
Mengamati beberapa pendapat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya ada dua pendapat mengenai masuknya Islam atau kesuasastraan
Islam ke nusantara. Pertama, langsung dari Arab Parsi ke Nusantara, kedua pengaruh Arab Parsi itu nelalui India yakni India Selatan lalu sampai di alam Nusantara ini.
Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan Mat Piah 1993:62 yang mengatakan, bahwa India dan alam Nusantara sudah memiliki hubungan sejak abad ke-1 M.
Dengan begitu berarti India dan Nusantara secara geografis memiliki hubungan yang dekat dan berarti membuka kemungkinan pula pengaruh Kesuasastraan Islam di
Nusantara. Pertama langsung dari Arab Parsi ke Nusantara dan kedua adalah pengaruh Islam itu datang dari Arab Parsi melalui India yakni India yakni India
Selatan lalu sampai ke Nusantara. Untuk hal ini penulis cendrung pada pendapat yang kedua, yakni pengaruh kesusastraan Islam itu datang dari dari Arab Parsi Melalui
India Selatan lalu sampailah ke alam Nusantara ini.
Universitas Sumatera Utara
Uraian di atas ini hanya menguraikan bagaimana Islam atau kesusastraan Islam masuk ke Indonesia atau Nusantara. Untuk itu akan lebih baik jika penulis juga
menguraikan bagaimana penyebaran Islam di kepulauan Nusantara. Ada beberapa teori yang mengemukakan tentang penyebaran agama Islam di NusantaraAbadi dkk,
1982:40 antara lain: a.
Teori perdagangan; yakni agama Islam disebabkan oleh pedagang Islam yang datang dari daerah India Selatan untuk berniaga di pulau Nusantara.
b. Teori Mubaligh; yakni agama Islam dikembangkan oleh mubaligh dari India
Selatan. c.
Teori Tassauf; yakni agama Islam dikembangkan oleh ahli tassauf atau sufi. d.
Teori politik; yakni raja-raja di Nusantara memeluk agama Islam dengan tujuan hendak memperoleh pengaruh moral dan material dari pedagang Islam
yang menjalankan perniagaan di Nusantara. Tindakan raja itu memeluk agama Islam akan dituruti oleh rakyat mereka.
e. Teori anti Nasrani; penyebaran Islam di Nusantara adalah akibat kedatangan
portugis ke Nusantara. f.
Teori keunggulan Islam, yakni ajaran Islam yang menekankan bahwa semua penganutnya mempunyai status yang sama dan mempunyai tali persaudaraan
sangat erat antara satu dengan yang lainnya. Dari seluruh uraian di atas dapatlah penulis simpulkan bahwa pengaruh Islam atau
pengaruh kesusastraan Islam masuk ke alam Nusantara dalam hal ini Syair Dendang Siti Fatimah diperkirakan masuk dari Arab Parsi melaui India Selatan dan akhirnya
Universitas Sumatera Utara
sampai di Nusantara atau Indonesia. Syair ini tentu telah disadur dari kesuasastraan atau puisi Arab Parsi namun telah disesuaikan dengan alam Melayu khususnya alam
Melayu Binjai Timur. Dari Arab Parsi maksudnya tentu dari sumber tunggal yakni dari Fatimah anak Nabi Muhammad SAW yang berawal dari kebiasaan Fatimah
membawakan syair ini pada saat menidurkan anaknya. Berdasarkan prakiraan di atas kebiasaan ini menjadi sebuah tradisi di alam
Melayu sebagai syair pelengkap pada acara penabalan anak yang baru lahir. Tradisi ini tentu dikembangkan secara lisan atau secara oral oleh para pengembara Islam dari
Arab Parsi dan akhirnya sampai di Indonesia. Di Indonesia syair ini juga dikembangkan secara lisan oleh para penutur syair secara turun temurun dan dari
generasi ke generasi. Begitulah seterusnya sampai pada alam Melayu Binjai Timur. Ditambahkan pula, bahwa kesusastraan Islam yang dibawa oleh para pengembara
Islam dari Arab Parsi sampai ke Indonesia melalui jalur yang sudah disebutkan di atas. Dalam hal ini yang dimaksudkan tentu Syair Dendang Siti Fatimah. Syair ini
diperkirakan berkembang seiring dengan perkembangan dan kejayaan kerajaan Islam di Nusantara, Kerajaan itu seperti kerajaan Aceh, Samudra Pasai, Malaka, dan lain-
lain. Perkembangan syair ini selanjutnya berkaitan erat dengan beberapa teori penyebaran Islam di Nusantara yang sudah peulis sebutkan pada uraian sebelumnya.
4.2.3 Tipografi