Budaya Melayu Langkat Kajian Pustaka

2.2.2 Budaya Melayu Langkat

Kata ‘kebudayaan’ berasal dari kata Sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti ‘budi’ atau ‘akal’. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Ada sebagian ahli berpendapat bahwa kata budaya sebagai suatu perkembangan dari budi-daya, yang berarti ‘daya dari budi’. Oleh karena itu, mereka membedakan ‘budaya’ dengan ‘kebudayaan’. Demikianlah, budaya adalah ‘daya dari budi’ yang berupa cipta, rasa, dan karsa. Sementara itu, kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa itu. Dalam istilah antropologi budaya, perbedaan itu ditiadakan. Kata ‘budaya’ di sini hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari ‘kebudayaan’ dengan arti yang sama. Suku Melayu adalah salah satu suku yang berdiam di Sumatra Utara. Dalam ensiklopedia Sejarah dan Kebudayaan Melayu 1991 disebutkan bahwa Melayu adalah kelompok masyarakat yang berbahasa Melayu, mengamalkan Adat Melayu dan bergama Islam. Kesan perjalanan sejarah yang menjadikan nama Melayu sebagai identitas kelompok beragama Islam berbeda dengan kelompok yang masih beragama tradisi. Maka identitas Islam itu bersamaan dengan nama Melayu sebagai ciri ke- Melayu-annya. Selanjutnya, Syaifuddin dan Sinar 2002:6 mengatakan, bahwa kategori orang Melayu tidak lagi terikat pada faktor genealogis hubungan darah tetapi ditentukan oleh faktor kultural budaya yang sama, yakni kesamaan agama Islam, Bahasa Melayu, dan adat Istiadat Melayu. Secara defenisi maka kedua sumber tersebut Universitas Sumatera Utara mengatakan hal yang sama tentang orang Melayu, yakni menggunakan bahasa Melayu, beragama Islam, dan menjalankan adat Istiadat Melayu. Menurut Sinar dalam http:wisatadanbudaya.blogspot.com2010 mengatakan , bahwa budaya Melayu di Sumatera Utara adalah berasal dari daerah yang sama yakni Melayu Sumatera Timur yang beribukota di Medan 1915. Kemudian, dalam sejarah tersebut disebutkan bahwa daerah Binjai Timur adalah termasuk dalam wilayah Kesultanan Langkat. Kesultana Langkat terbagi dua daerah lagi yakni Langkat Hulu dan Langkat hilir. Maka, Kecamatan Binjai Timur adalah termasuk dalam wilayah Langkat Hulu yang berpusat di Binjai. Dengan demikian Syair Dendang Siti Fatimah di Kecamatan Binjai Timur ini merupakan hasil karya dari masyarakat Melayu Langkat. Berangkat dari definisi Melayu di atas maka dapatlah kita katakan, bahwa budaya masyarakat Melayu secara umum memiliki kesamaan. Hal ini mungkin disebabkan karena bangsa Melayu itu sudah pasti menjalankan adat istiadat Melayu selain beragama Islam dan menggunakan bahasa Melayu. Oleh karena itu tidak salah jika di negeri jiran seperti Malaysia pun memiliki tradisi yang sama dalam penyambutan kelahiran anak. Menurut Admin dalam http:www.ubb.ac.id , 2008 Selain syair di alam Melayu di negeri jiran Malaysia juga dikenal tradiri dan sastra yang sama yakni, Dodoi Nyanyi Budak. Lagu dodoi lullabies adalah bagian dari genre tradisi lisan orang Melayu di nusantara. Ada yang mengatakan bahwa, lagu dodoi adalah Universitas Sumatera Utara nyanyian rakyat paling tua, yang lahir dari tengah kehidupan rakyat biasa, karena itu, tema-tema lagu juga berkaitan dengan kehidupan harian mereka. Dalam lagu dodoi tercermin kepercayaan, pikiran, keinginan dan harapan rakyat. Secara umum, terdapat empat aspek utama dalam lagu dodoi yaitu: pembelajaran bahasa; permainan anak- anak; pesan nilai dan norma kehidupan; dan aspek keagamaan. Dalam masyarakat Melayu, lagu ini dinyanyikan oleh seorang ibu terkadang kakak atau saudara dengan suara yang lemah-lembut, merdu, mendayu-dayu dan berulang-ulang sambil mengayun atau membuai anak yang berada dalam ayunan buaian hingga tertidur. Usia anak yang ditidurkan dengan lagu dodoi ini biasanya masih bayi, belum mengerti bahasa formal. Ketika mendendangkan lagu dodoi, pergerakan tangan, mimik muka dan nada suara sang ibu menggambarkan seolah-olah ia sedang bercakap-cakap dengan anaknya. Terkadang, ibu juga mencium dan menepuk-nepuk punggung anaknya, mengangguk-anggukkan kepala dan mengeluarkan suara tertentu yang sudah dikenal dengan baik oleh anaknya, sehingga anak akan cepat tertidur. Bisa dikatakan bahwa, lagu ini adalah simbol dari limpahan kasih sayang dan keikhlasan orang tua terhadap anaknya; media komunikasi antara anak dan ibu bapak; media perdidikan perdana tentang nilai-nilai luhur dan keagamaan; dan pengganti teman bagi si anak. Universitas Sumatera Utara

2.3 Landasan Teori