3.5 Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data
Untuk mengatasi keraguan terhadap keabsahan hasil penelitian perlu dilakukan uji keabsahan penelitian. Hal ini disebabkan karena penelitian kualitatif
memiliki kelemahan yang antara lain disebabkan unsur subjektivitas selama mengadakan penelitian. Adapun mekanisme yang peneliti gunakan untuk uji
keabsahan hasil penelitian ini adalah mekanisme yang dibangun oleh Moleong dalam Bungin, 2007:254 yakni, teknik ketekunan pengamatan dan kecukupan referensi.
Ketekunan pengamatan digunakan untuk memaksimalkan observasi. Walaupun peneliti menggunakan pengamatan tidak berstruktur, namun harus dilakukan secara
maksimal dengan mengerahkan seluruh pancaindra dan insting. Jadi, selain pendengaran, penglihatan, dan perasaan, juga insting diberdayakan untuk
memberikan sebuah pemahaman yang dalam. Selain teknik ketekunan pengamatan peneliti juga menggunakan teknik
kecukupan referensi. Teknik ini digunakan untuk menyempurnakan hasil yang ada. Referensi juga menentukan absah dan tidaknya sebuah hasil penelitian. Dalam hal ini
peneliti melengkapi alat pengumpulan data, yaitu dengan alat rekam gambar dan suara. Kamera yang digunakan adalah kamera digital Canon IXUS 980 IS. Alat ini
digunakan dalam pengamatan, sambil meliput pelaksanaan tradisi Riffaterre Syair Dendang Siti Fatimah dalam suatu acara penabalan nama salah seorang warga
masyarakat lingkungan IX kelurahan Mencirim Binjai Timur.
Universitas Sumatera Utara
Secara tidak langsung peneliti telah melakukan triangulasi sumber data, sebab ketika wawancara mendalam peneliti telah menerima transkrip Riffaterre dari
informan kunci. Sedangkan ketika melakukan perekaman pada saat pengamatan peneliti juga dapat mendengar bait-bait syair tersebut yang dilantunkan informan
kunci sebagai penutur seni Syair ini. Hasil dari rekaman syair ini dapat dibandingkan dengan transkrip yang didapat ketika mengadakan wawancara.
3.6 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian.
Lokasi penelitian adalah Lingkungan IX Kelurahan Mencirim Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai. Lingkungan IX adalah lingkungan terakhir dari kecamatan
Binjai Timur yang letaknya di pinggiran kota Medan. Sekitar dua kilometer dari pusat kota Binjai. Penduduknya dominan suku Melayu . Keseluruhan Mencirim ini terdiri
atas sembilan Lingkungan . Namun, hanya Lingkungan sembilan inilah yang penulis jadikan sebagai lokasi penelitian. Hal ini dilakukan karena hampir semua penduduk
linglungan IX bersuku Melayu. Dengan demikian sangat mendukung dengan sosial budaya, adat resam, dan kultur Melayu yang menjadi objek kajian Penelitian.
Sedangkan lingkungan lain penduduknya bersuku heterogen dan majemuk. Jadi Riffaterre kurang mendukung dalam hal budaya, sosial, dan keseniannya.
Kemudian diantara lingkungan yang ada di kelurahan Mencirim, lingkungan IX merupakan lingkungan baru yang rata-rata kehidupan sosial ekonominya
tergolong lemah. Kemudian sebagai pemilik Syair Dendang Siti Fatimah harusnya memiliki kearifan lokal yang terbina karena tradisi syair ini sarat dengan nilai-nilai
Universitas Sumatera Utara
moral sebagai resitensi budaya lokal terhadap budaya asing. Namun kenyataanya, Para generasi muda Melayu lingkungan IX kelurahan Mencirim Binjai Timur sudah
mulai melupakan kearifan lokal peninggalan para pendahulunya. Diharapkan dengan penelitian ini mendapat perhatian dibidang perkembangan tradisi budayanya
sekaligus dapat meningkatkan resistensi budaya lokal terhadap budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral bangsa.
Sedangkan waktu penelitian ditargetkan selama lima bulan sejak bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 lebih kurang 5 bulan. Rentang waktu itu
sudah termasuk waktu pengambilan data lapangan, pengolahan data lapangan dan data pustaka
Universitas Sumatera Utara
BAB IV GAMBARAN UMUM TENTANG SYAIR DENDANG SITI