Tipografi Pengenalan Syair Dendang Siti Fatimah .1 Pengertian

sampai di Nusantara atau Indonesia. Syair ini tentu telah disadur dari kesuasastraan atau puisi Arab Parsi namun telah disesuaikan dengan alam Melayu khususnya alam Melayu Binjai Timur. Dari Arab Parsi maksudnya tentu dari sumber tunggal yakni dari Fatimah anak Nabi Muhammad SAW yang berawal dari kebiasaan Fatimah membawakan syair ini pada saat menidurkan anaknya. Berdasarkan prakiraan di atas kebiasaan ini menjadi sebuah tradisi di alam Melayu sebagai syair pelengkap pada acara penabalan anak yang baru lahir. Tradisi ini tentu dikembangkan secara lisan atau secara oral oleh para pengembara Islam dari Arab Parsi dan akhirnya sampai di Indonesia. Di Indonesia syair ini juga dikembangkan secara lisan oleh para penutur syair secara turun temurun dan dari generasi ke generasi. Begitulah seterusnya sampai pada alam Melayu Binjai Timur. Ditambahkan pula, bahwa kesusastraan Islam yang dibawa oleh para pengembara Islam dari Arab Parsi sampai ke Indonesia melalui jalur yang sudah disebutkan di atas. Dalam hal ini yang dimaksudkan tentu Syair Dendang Siti Fatimah. Syair ini diperkirakan berkembang seiring dengan perkembangan dan kejayaan kerajaan Islam di Nusantara, Kerajaan itu seperti kerajaan Aceh, Samudra Pasai, Malaka, dan lain- lain. Perkembangan syair ini selanjutnya berkaitan erat dengan beberapa teori penyebaran Islam di Nusantara yang sudah peulis sebutkan pada uraian sebelumnya.

4.2.3 Tipografi

Menurut Badudu 1994:1061,” Tipografi adalah ilmu cetak; seni percetakan”. Namun dalam hal ini penulis tidak merujuk kepada pendapat di atas tetapi yang Universitas Sumatera Utara penulis maksudkan adalah sebagaiman yang dikemukakan oleh Waluyo, 1991:97, “ ... Tipografi adalah tata wajah yang membedakan antara puisi, prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun paragraf, melainkan larik membentuk bait,” Selanjutnya Semi 1988:135 mengenai tipografi mengatakan, “... tipografi disebut juga dengan ukiran bentuk. Dalam sebuah puisi disebut tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa, dan suasana. Dari pendapat di atas disimpulkan, bahwa tipografi adalah tata wajah atau ukiran bentuk; dalam puisi. Hal ini menyangkut hati, kalimat, frasa, kata, dan bunyi yang membentuk fisik sebuah puisi dan meendukung isi, makna, dan rasa. Dalam hal ini tipografi yang dimaksud tentu tipografi sebuah puisi Melayu Lama, yakni Dendang Siti Fatimah. Setelah diamati ternyat Dendang Siti Fatimah ini berbentuk syair. Artinya semua ciri-ciri syair terdapat dalam Dendang Siti Fatimah ini, maka jelas bentuk atau topografi Dendang Siti Fatimah ini adalah tipografi syair pada umumnya. Dengan demikian tidak salah jika bentuk puisi Dendang Siti Fatimah ini diberi judul Syair Dendang Siti Fatimah. Adapun ciri-ciri syair yang penulis maksudkan itu adalah tiap-tiap bait terdiri dari empat baris; biasanya tiap baris terdiri dari empat kata; bersajak a-a-a-a dan keempat barisnya merupakan isi atau pesan Semi, 1988:145. Untuk lebih jelasnya penulis mengambil satu contoh dari bait Syair Dendang Siti Fatimah itu, yakni: Habislah nasehat tamatlah kalam Dendang Fatimah yang punya salam Universitas Sumatera Utara Janganlah lupa siang dan malam Kepada Tuhan khalikul Alam babak IV bait 4 Bila diperhatikan tipografi dari bait syair ini jelas kita ketahui, bahwa bentuk ini merupakan bentuk puisi tradisional, yakni bentuk syair; biasanya susunannya lebih jelas dan lebih teratur. Lain halnya dengan puisi bebas apalagi setelah masuknya pengaruh ekspresionisme dalam sastra. Pada sisi lain penulis temukan pula, bahwa syair bentuknya hampir sama dengan pantun. Namun demikian, sebenarnya banyak perbedaan antara pantun dan syair. Pertama, pantun terdiri dari dua bahagian, yakni bahagian sampiiran dan bahagian isi. Sedangkan syair keempat barisnya merupakan isi. Pantun selesai dalam satu bait sedangkan syair tidak demikian halnya. Namun, diteruskan oleh bait-bait selanjutmya. Pantun bersajak ab-ab, sedangkan syair bersajak a-a-a-a. Kedua, adalah setiap bait syair merupakan satu kesatuan sintaksis yang mengandung makna secara keseluruhan, sedangkan pada pantun dua baris pertama adalah satu kesatuan sintaksis dan dua baris terakhir adalah isi yang juga mengandung satu kesatuan sintaksis , hanya saja maknanya tidak ada hubungan antara baris sebelumnya. Jikapun ada hubungannya hanya merupakan hubungan saran bunyi Waluyo, 1991:10-11 Dari seluruh uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa tata wajah Syair Dendang Siti Fatimah ini sama seperti tata wajah yang ada pada bentuk syair, yakni terdiri dari empat baris dalam satu bait; bersajak a-a-a-a; keempat barisnya merupakan isi ; dan biasanya dalam satu larik terdiri dari empat kata atau lebih. Universitas Sumatera Utara Bentuk atau tipografi ini tentu termasuk ke dalam bentuk puisi tradisional Indonesia yang sangat berbeda dengan tata wajah puisi bebas maupun pantun.

4.3 Fungsi Syair Dendang Siti Fatimah Bagi Masyarakat Melayu Binjai Timur