Ideologi Islamisme, yakni Ideologi yang Berdasarkan Konsep Pemikiranya.

Islam yang hanya meminta sesuatu apapun kepada Allah dan juga meminta ampun atas kesalahan dan dosa karena manusia tidak luput dari dosa. Konsep idiologi pengarang ini jelas tampak pada kutipan berikut: “Mendoakan kepada Rabbul’ijati Kami sekalian mengampun jari”. babak IV bait ketiga

5.2.2 Ideologi Islamisme, yakni Ideologi yang Berdasarkan Konsep Pemikiranya.

Ideologi Islamisme adalah proses berpikir dalam sistem politik yang berdasar pada akidah agama Islam yang diajarkan pada kitab suci alquran. Ideologi Islam merupakan ideologi manusiawi karena berlaku untuk seluruh umat manusia dan seluruh lapisan masyarakat. Idiologi Islam adalah idiologi yang berdasarkan kepada fitrah manusia yang meliputi nilai keadilan, kebersamaan, ketuhanan, sosial, alamiah, kesejahteraan, kemanusiaan, keluhuran, kebenaran dan lain-lain Muthahhari dalam http:teosophy.wordpress.com20120403 . Sebenarnya penjelasan tentang idiologi Islam ini secara umum telah dijelaskan dan dipaparkan secara luas pada idiologi pengarang di atas. Hal ini berkaitan dengan idiologi pengarang adalah Islam. Menjelaskan idiologi pengarang berarti menjelaskan idiologi Islam. Namun, secara khusus dapat ditambahkan tentang idiologi Islam yang berlandaskan fitrah manusia itu. Yang mengakui ketuhanan, kemansiaan secara umum, dan berlaku untuk seluruh manusia yang ada dipermukaan bumi ini. Secara umum konsep pemikiran atau idiologi Islam pada Syair Dendang Universitas Sumatera Utara Siti Fatimah di Kecamatan Binjai Timur ini dapat dibagi menjadi dua kategori umum, yakni: A.Idiologi Islam yang mengandung nilai manusiawi artinya berlaku kepada siapa saja tanpa memandang ras, warna kulit, latar belakang budaya , sosial dan lainnya. Pencerminan nilai idiologi di atas direpleksikan dengan menggunakan kata ganti: 1. Kata ganti anak adam , sebagaimana tertulis dalam kutipan syair berikut: “Dengar olehmu ayuhai anak adam Asalnya wahi nurul izan Dipercaya empat nasirul Adam Dipecahnya pula sekalian alam”. babak I, bait keempat Pada larik tersebut menggunakan kata anak Adam, yakni anak Nabi Adam. Semua manusia di permukaan bumi ini berasal dari manusia pertama yakni Nabi Adam. Berarti konsep pemahaman ini berlaku untuk semua manusia siapa pun ia tanpa terkecuali. Kemudian di larik terakhir disebutkan kata sekalian alam. Kata sekalian alam ini menyebutkan wahyu atau Quran itu berlaku untuk seluruh alam semesta ini. 2. Kata ganti mu , sebagaimana yang tampak pada larik syair berikut: “Adalah asal kejadianmu Nur setitik ketahui olehmu Dengan kuderat iradat Tuhanmu Malikat membawa kepada bapakmu”. babak I bait keenam Universitas Sumatera Utara Secara khusus memang kata mu di larik syair itu ditujukan kepada bayi yang sedang ditabalkan namanya, namun itu juga berlaku pada manusia lain sehingga kata mu itu juga berlaku untuk semua manusia yang terlahir di muka bumi ini. 3. Selain kata mu yang berlaku untuk semua, juga sering digunakan kata ia seperti contoh larik berikut: “Dengan kuderat Tuhan yang kaya Empat bulan bersifatlah ia Dikandung ibumu sentausalah ia Menantikan cukup biilangan sedia”. Kata ia pada larik itu secara khusus juga ditujukan pada bayi yang sedang di tabalkan namanya pada tradisi Melayu Binjai timur. Namun, kata ia juga termasuk manusia secara umum berarti berlaku bagi semua orang yang terlahir kedunia ini. 4. Kata ganti anak, sebagaimana yang tertulis pada bait syair berikut: “Kasihkan anak sehabis cita Mata mengantuk lidah berkata Beratlah tangan meraba rasa Anak tak lupa di dalam cita”. babak II bait iv Larik puisi ini menggunakan kata ganti anak, yang secara khusus juga berlaku bagi bayi yang sedang diberi namanya pada tradisi penabalan nama masyarakat Melayu Binjai Timur. Namun, kata anak, juga menyangkut orang, lain atau manusia pada umunya yang baru dilahirkan ke dunia ini. Hal ini terkandung dalam contok bait syair berikut: 5. Kata ganti engkau, yang tertulis pada contoh kutipan syair berikut: Universitas Sumatera Utara “Memperanakkan engkau beberapa kesakitan Memeliharakan engkau beberapa kesusahan Tat kalau sudah diperanakkan Sakit dan demam dipeliharakan”. Babak II bait kedua Kata ganti ini juga mengindikasikan berlaku umum untuk semua anak manusia. Walaupun secara khusus ditujukan pada bayi yang sedang ditabalkan namanya pada tradisi Melayu Binjai Timur ini. Terakhir adalah kata ganti nya yang juga merepleksikan idiologi Islam yang manusiawi berlaku untuk semua. Walaupun secara khusus kata ganti nya ditujukan untuk anak bayi yang sedang dinyanyikan dengan Syair Dendang Siti Fatimah ini pada tradisi lisan mengayun dan penabalan nama ini. Hal ini dapat kita lihat pada kutipan bait syair berikut: “Tidur dan duduk tak senang rasanya Selagi belum besar tubuhnya Jaram dan obat disediakanya Sanak saudara menghadapinya”. babak II bait ketiga Dengan demikian dapat dikatakan semua kata ganti yang dipakai dalam Syair Dendang Siti Fatimah ini seperti kata ganti nya, engkau, anak, mu dan ia merepleksikan dan mengidentifikasikan nilai manusiawi: berlaku kepada siapa saja dan hal itu merupakan konsep pemikiran idiologi Islam. Universitas Sumatera Utara

B. Idiologi Islam yang mengandung nilai Fitrah manusia, seperti ketuhan,

kemanusiaan, kebersaman, sosial, kebenaran atau hakikat , keluhuran dan lain-lain. Seluruh idiologi Islam yang mengandung Fitrah manusia seperti yang telah penulis sebutkan di atas telah penulis paparkan dan jelaskan pada pembahasan idiologi pengarang di atas. Hal ini berkaitan dengan Idiologi yang di anut pengarang syair ini adalah idiologi Islam. Oleh karena itu tidak perlu lagi penulis jelaskan idiologi Islam yang mengandung nilai fitrah manusia.

5.3.3 Idiologi Sosialis, yakni Idiologi yang Berdasarkan Konsep Pemikiranya