3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Jenis Data Pengumpulan  data  terdiri  atas  data  spasial  dan  data  atribut.  Data  spasial
merupakan data yang bersifat keruangan atau diperoleh dari pengolahan peta-peta tematik  dan  penginderaan  jauh,  diantaranya  peta  topografi,  peta,  peta  ketinggian
tempat  atau  elevasi,  peta  penutupan  lahan,  peta  saluran  atau  sungai.  Selain  data spasial,  data  lain  yang  diperlukan  adalah  data  atribut,  yaitu  data  dalam  bentuk
tulisan  ataupun  angka-angka,  diantaranya  data  kualitas  air  dan  debit  sungai, data jumlah ternak, data kependudukan, data jumlah dan jenis indutri-industri.
3.4.2 Sumber Data 3.4.2.1 Data primer
Sumber  data  primer  dalam  kegiatan  ini  diperoleh  dari  hasil  observasi lapangan  dan  wawancara  di  lapangan  daftar  pertanyaan  terlampir.  Wawancara
masyarakat  dilakukan  di  lima  kelurahan  yaitu  Katulampa,  Sukasari,  Sempur, Kebon  Pedes  dan  Kedunghalang.  Masing-masing  kelurahan  sebanyak  30
responden. 3.4.2.2 Data sekunder
Sumber data sekunder dapat dilihat pada Tabel 4. 3.4.3 Cara Pengumpulan Data
3.4.3.1 Observasi langsung Observasi  langsung  dilakukan  di  lapangan  dengan  bantuan  kamera,  GPS
dan pengamatan fisik. 3.4.3.2 Mencatat dokumen content analysis
Mencatat dokumendatainformasi dari berbagai instansi.
3.5 Analisis Data
3.5.1 Analisis Status Mutu Air 3.5.1.1 Analisis Nilai Indeks Kualitas Air IKA
Untuk  melihat  kondisi  kualitas  air  pada  sungai  secara  keseluruhan digunakan  Indeks  Kualitas  Air  –  National  Sanitation  Foundation  IKA-NSF
berdasarkan  Ott 1978 dalam Perdani 2001  yang bertujuan untuk menganalisis perubahan kualitas air pada periode yang berbeda dalam suatu lokasi pengambilan
contoh  yang  sama.  Metode  IKA  ini  pada  dasarnya  merupakan  indeks  yang digunakan untuk menentukan mutu air untuk peruntukan air minum.
Perhitungan Indeks Kualitas Air – National Sanitation Foundation IKA- NSF dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
IKA
−
NSF = .
Keterangan: IKA-NSF
= Indeks kualitas air – national sanitation foundation Wi
= Bobot akhir masing-masing parameter setelah disesuaikan Ii
= Sub  indeks  kualitas  air  tiap  parameter  yang  di  dapat  dari  hasil analisis dan hasil pengukuran yang dibandingkan dengan kurva sub
indeks n
= Jumlah parameter Tahap-tahap pemakaian indeks tersebut adalah:
1.  Menentukan terlebih dahulu jumlah parameter yang akan digunakan atau yang diamati.
2.  Penentuan  nilai  bobot  dari  masing-masing  parameter  yang  digunakan  Wi dengan menggunakan standar yang digunakan Ott 1978 maupun dengan cara
melakukan penyesuaian Lampiran 10. Adapun  bobot  parameter  dalam  perhitungan  Indeks  Kualitas  Air-NSF
WQI dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Bobot Parameter Dalam Perhitungan Indeks Kualitas Air-NSF WQI
Ott, 1978
No Parameter
Bobot Parameter Wa
Bobot Parameter Penyesuaian Wb
Satuan 1
Oksigen Terlarut 0.17
0.25 saturnasi
2 pH
0.12 0.18
- 3
BOD 0.10
0.15 Mgl
4 Nitrat
0.10 -
Mgl 5
Fospat 0.10
0.15 Mgl
6 Suhu
0.10 0.15
°C 7
Kekeruhan 0.08
- NTU
8 Padatan Total
0.08 0.12
mgl 9
Fecal Coli 0.15
- mgl
3.  Menghitung  nilai  Ii  dengan  cara  memplotkan  nilai  hasil  pengukuran  setiap parameter dengan kurva sub indeks dari Ott 1978.
4.  Setelah  nilai  Wi  dan  Ii  didapat,  dihitung  indeks  dengan  menggunakan persamaan IKA-NSF diatas.
Adapun kriteria indeks kualitas air – National Sanitation Foundation dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Kriteria Indeks Kualitas Air – National Sanitation Foundation Ott, 1978
No Nilai
Kriteria 1
0 – 25 Sangat Buruk
2 26 – 50
Buruk 3
51 – 70 Sedang
4 71 – 90
Baik 5
91 - 100 Sangat Baik
Sumber: Ott, 1978 dalam Perdani 2001
3.5.1.2 Analisis Metode Storet Metode  storet  merupakan  salah  satu  metode  untuk  menentukan  status
mutu  air  yang  digunakan.  Dengan  metode  Storet  ini  dapat  diketahui  parameter- parameter  yang  telah  memenuhi  atau  melampaui  baku  mutu  air.  Secara  prinsip
metode  Storet  adalah  membandingkan  antara  data  kualitas  air  dengan  baku  mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air.
Cara  untuk  menentukan  status  mutu  air  adalah  dengan  mengguunakan sistem  nilai  dari  US-EPA  Environmental  Protection  Agency  dengan
mengklasifikasikan  mutu  air  dalam  empat  kelas.  Sedangkan  untuk  klasifikasi mutu air berdasarkan EPA dapat dilihat pada Tabel 8.
Penentuan  status  mutu  air  dengan  menggunakan  metode  Storet dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.  Melakukan  pengumpulan  data  kualitas  air  secara  periodik  sehingga membentuk data dari waktu ke waktu.
2.  Bandingkan  data  hasil  pengukuran  dari  masing-masing  parameter  air dengan nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.
3.  Jika  hasil  pengukuran  memenuhi  nilai  baku  mutu  air  hasil  pengukuran ≤
baku mutu maka diberi skor 0.
4.  Jika  hasil  pengukuran  tidak  memenuhi  nilai  baku  mutu  air  hasil pengukuran  baku mutu, maka diberi skor:
5.  Jumlah negatif dari seluruh parameter yang dihitung dan ditentukan status mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai.
Adapun  penentuan  sistem  nilai  untuk  menentukan  status  mutu  air  dapt dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Penentuan Sistem Nilai Untuk Menentukan Status Mutu Air Canter, 1977
Jumlah Contoh Nilai
Parameter Fisika
Kimia Biologi
10 Maksimum
-1 -2
-3 Minimum
-1 -2
-3 Rata-rata
-3 -6
-9 ≥ 10
Maksimum -2
-4 -6
Minimum -2
-4 -6
Rata-rata -6
-12 -18
Ket  Jumlah parameter yang digunakan dalam menentukan status mutu air.
Tabel  8  Klasifikasi  Mutu  Air  Berdasarkan  EPA  Environmental  Protection Agency
Kelas Jumlah Total Skor
Mutu Air A
Baik Sekali B
-1 s.d -10 Baik
C -11 s.d -30
Sedang D
≤ -31 Buruk
3.5.2 Analisis Sumber Pencemaran dengan Sistem Informasi Geografis Analisis ini menggunakan software sistem informasi geografis berupa Arc
GIS  9.3  dan  ArcView  Avswat  2005  yang  berhubungan  dengan  proses pembangunan  basis  data.  Proses  pembangunan  basis  data  terdiri  dari  3  kegiatan
yaitu  pembuatan  peta  digital,  peta  DAS  Ciliwung  segmen  Kota  Bogor  dan  peta sebaran  industri  di  DAS  Ciliwung  segmen  Kota  Bogor.  Proses  dari  masing-
masing kegiatan dapat dilihat sebagai berikut: 3.5.2.1 Pembuatan Peta Digital
Pada  penelitian  kali  ini  peta  digital  berupa  peta  topogarafi  telah  tersedia, diperoleh  dari  Pusat  Penelitian  Lingkungan  Hidup  PPLH  IPB  dan  peta  tutupan
lahan  DAS  Ciliwung  segmen  Kota  Bogor  tahun  2007-2009  diperoleh  dari Kementrian Negara Lingkungan Hidup.
Arc View 3.3
Arc GIS 9.3
3.5.2.2 Pembuatan Peta DAS Ciliwung segmen Kota Bogor Pada  proses  pembuatan  peta  DAS  dibutuhkan  peta  topografikontur  yang
kemudian diubah menjadi DEM untuk selanjutnya diolah menjadi peta DAS yang diinginkan.  Proses  pembuatan  peta  DAS  Ciliwung  selengkapnya  dapat  dilihat
pada Gambar 4 sebagai berikut :
Arc View 3.3
Gambar 4 Proses Pembuatan Peta DAS Ciliwung Segmen Kota Bogor 3.5.2.3 Peta Sebaran Industri dan Peternakan
Peta  sebaran  industri  dibuat  setelah  dilakukan  pengecekan  di  lapangan dengan penitikan pada setiap industri yang menghasilkan limbah cair.
3.5.2.4 Peta Penutupan Lahan Pemetaan  penutupan  lahan  land  cover  merupakan  suatu  upaya  untuk
menyajikan informasi tentang pola penggunaan lahan atau tutupan lahan di
Surfacing
DEM
Grid Peta Kontur
Digital
AVSWAT 2005
Peta DAS Ciliwung Segmen Kota Bogor
suatu  wilayah  secara  spasial.  Berikut  ini  disajikan  gambar  proses pengolahan citra untuk memperoleh peta penutupan lahan.
Tidak
Ya
Gambar 5 Proses Pengolahan Citra Landsat
3.5.3 Analisis Beban Pencemaran Perhitungan beban pencemaran dari berbagai sumber pencemar dilakukan
melalui pendekatan Rapid Assesment of Sources of Air, Water, and Land Polution yaitu  perhitungan  beban  pencemaran  dari  setiap  unit  penghasil  limbah  masing-
Citra Landsat tahun 2009
Pemotongan Citra Koreksi Geometrik
Citra Terkoreksi
Citra Lokasi Penelitian
Cek Lapangan Ground Check
Klasifikasi Citra Terbimbing
Citra Hasil Klasifikasi
Akurasi Diterima
?
Penggunaan Penutupan Lahan
masing  dari  pemukiman,  industri,  peternakan,  pertanian  dan  tata  guna  lahan. Setelah  semua  informasi  yang  diperlukan  dikumpulkan,  beban  limbah  dan
pencemaran air dapat dihitung mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1.  Memasukkan data produksi dan limbah ke dalam tabel kerja yang sesuai.
2.  Mencari  faktor  limbah  atau  pencemaran  yang  berkaitan  untuk  masing- masing  proses  industri  atau  sumber  pencemar  dan  dicatat  dalam  kolom
yang  tersedia.  Adapun  faktor  konversi  beban  limbah  dari  suatu  pencemar dapat dilihat pada Tabel 9.
3.  Jumlah produksi atau limbah tersebut dikalikan dengan faktor limbah atau pencemaran dalam kolom yang disediakan.
4.  Membuat  ringkasan  beban  limbah  dan  pencemaran  yang  sudah  dihitung dalam  tabel  ringkasan  untuk  mendapat  gambaran  menyeluruh  mengenai
total pencemaran air di areal studi. Selain  dengan  langkah  diatas,  perhitungan  beban  pencemaran  dapat
dirumuskan sebagai berikut:
P = C x L x R Diketahui:
P  =  Beban Pencemaran tonbulan C  =  Koefisien Beban Polutan
L  =  Kapasitas Limbah Cair literhari R  =  3x10
-8
Tabel 9 Faktor Konversi Beban Limbah
Sumber Limbah BOD
kgunit tahun
COD kgunit
tahun TSS
kgunit tahun
TN kgunit
tahun TP
kgunit tahun
Limbah Cair Domestik 19.7
44 20
3.3 0.4
Sapi potongKerbau 250
- 1716
80.3 -
Sapi perah 539
- -
- -
Ayam potongItik 1.4
- 14.6
0.51 -
Ayam petelur 4.6
- -
- -
kambing 36.6
- 201
8.4 -
Sumber : Rapid Assesment of Sources of Air, Water, and Land Polution WHO, 1982
3.5.4 Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran Perhitungan  daya  tampung  beban  pencemaran  sesuai  dengan  PP  No.82
tahun 2001 dapat dirumuskan sebagai berikut :
DT = Q x BMA x R Diketahui:
DT = Daya Tampung tonbulan
Q = Debit Aliran Air Sungai m³dt
BMA  = Baku Mutu Air berdasarkan PP No.82 tahun 2001 R
= bulan x 24x 60 x60  1.000.000.000 Catatan: bulan jumlah hari yang disesuaikan dengan bulannya
BAB IV KONDISI UMUM PENELITIAN
4.1 Kondisi Umum Kota Bogor