Sumber Pencemaran dan Karakteristiknya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sumber Pencemaran dan Karakteristiknya

Sumber pencemar polutan dapat berupa suatu lokasi tertentu point source atau tak tentutersebar non-pointdiffuse source. Sumber pencemar non- point source dapat berupa point source dalam jumlah yang banyak, misalnya: limpasan dari daerah pertanian yang mengandung pestisida dan pupuk, limpasan dari daerah permukiman domestik dan limpasan dari daerah perkotaan Effendi, 2003. Gambar 6 Limbah Domestik Gambar 7 Limbah Peternakan Wilayah DAS Ciliwung Kota Bogor yang padat permukiman dan jumlah penduduk yang banyak menjadikan wilayah Kota Bogor sulit memiliki ruanglahan untuk pembuangan sampah bagi masayarakat. Alasan inilah yang menjadikan masyarakat untuk membuang sampah ke sungai. Kondisi serupa juga disampaikan oleh Wijayanti 1998 dalam Yulaswati et al. 2004 berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Kota Bogor diketahui bahwa timbulan sampah dengan laju rata-rata 0,634 kgoranghari yang terus meningkat serta keterbatasan lahan pembuangan akhir menyebabkan masalah sampah perkotaan menjadi semakin rumit. Hal ini mengakibatkan banyak terlihat sampah menumpuk di pinggir sungai baik itu sampah organik maupun sampah anorganik sehingga apabila terjadi hujan akan terbawa hanyut ke sungai dan bisa menyebabkan banjir. Limbah rumah tangga selain sampah juga terdapat limbah cair yang berasal dari aktivitas manusia seperti mencuci, mandi dan buang hajat. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di 5 lima kelurahan yaitu kelurahan Katulampa, Sukasari, Sempur, Kebon Pedes dan Kedung Halang didapatkan data bahwa masyarakat di DAS Ciliwung sebanyak 16,68 masih membuang sampah ke sungai, dibakar sebanyak 22,66 dan dibuang ke tempat pembuangan sementara sebanyak 60,66 . Masih adanya masyarakat yang membuang sampah ke sungai disebabkan oleh tidak adanya petugas sampah dan tempat penampungan sementara. Hasil wawancara menunjukkan masyarakat di kelurahan Kedung Halang lebih banyak membuang sampahnya ke sungai jika dibandingkan dengan kelurahan lainnya. Bentuk penanganan sampah oleh masyarakat dapat dilihat pada Tabel 12 sebagai berikut : Tabel 12 Bentuk Penanganan Sampah Oleh Masyarakat No. Bentuk Penanganan Sampah Persentase 1 Dibakar 22,66 2 Dibuang ke sungai 16,68 3 Dibuang ke TPS 60,66 Limbah yang dihasilkan dari peternakan dapat menjadi sumber pencemar air sungai jika tidak ada pengelolaan limbah lebih lanjut baik berupa kotoran, urin, sisa pakan, serta air dari pembersihan ternak dan kandang. Kotoran dari feces dan urin merupakan limbah ternak yang paling banyak dihasilkan. Di wilayah DAS Ciliwung Kota Bogor terdapat peternakan sapi perah dan ayam potong, umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan oleh sapi perah menghasilkan 2 kg limbah padat feces dan setiap kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses Sihombing, 2000. Salah satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah meningkatnya kadar nitrogen. Menurut Farida 1978 senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek polusi yang spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi penurunan kualitas perairan sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi, penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil proses nitrifikasi yang terjadi di dalam air yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air. Pada umumnya masyarakat di DAS Ciliwung Kota Bogor memanfaatkan limbah ternak sebagai pupuk organik bagi tanaman dan pakan cacing tanah. Potensi industri-industri yang ada di DAS Ciliwung Kota Bogor disamping meningkatkan pertumbuhan perekonomian juga menimbulkan masalah lain seperti pencemaran air, penurunan kualitas air sungai dan berkurangnya pemanfaatan air sungai oleh penduduk. Sumber pencemar dari limbah industri paling banyak disumbangkan oleh industri tahu, tempe dan tapioka yang jumlahnya mencapai 26, 21 dan 20 industri, biasanya bertempat di pinggiran sungai. Industri-industri yang ada membuang limbah cairnya ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar limbahnya. Air digunakan sebagai bahan penolong dalam proses produksi, sehingga dalam air terdapat kandungan bahan organik dan anorganik yang berbahaya ataupun beracun. Biaya pengolahan dan pembuangan limbah semakin mahal dan pemeliharaan fasilitas bangunan air limbah yang terbatas menyebabkan industri-industri enggan menginvestasikan dananya untuk pencegahan kerusakan lingkungan serta biaya untuk membuat unit Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL merupakan beban biaya yang besar yang dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Limbah dari kegiatan pertanian dapat menyebabkan pencemaran air sungai karena adanya penggunaan pupuk dan pestisida untuk merawat tanaman. Penggunaan pupuk buatan dan pestisida dapat menjadi sumber pencemar terutama unsur fosfat, nitrogen dan unsur lainnya. Unsur fosfat yang terdapat pada limbah pupuk dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok. Menurut Prochazkova 1978 jumlah nitrogen yang hilang dari lahan pertanian setiap hektarnya adalah sekitar 5-50 kg Nhatahun dan fosfat sekitar 0,05 sampai 0,5 kg Phatahun. Hal ini dipengaruhi oleh jenis tanaman, frekuensi, dan intensitas curah hujan serta kehilangan terbesar fosfat sendiri dapat disebabkan oleh erosi yang berat. Limbah pestisida mempunyai aktifitas dalam jangka waktu yang lama dan ketika terbawa aliran air masuk ke sungai dapat mematikan hewan air.

5.2 Perkembangan Kualitas Air Sungai Ciliwung Segmen Kota Bogor tahun 2005-2009