Beban Pencemaran Limbah Industri

5.4.2 Beban Pencemaran Limbah Industri

Limbah industri bersumber dari kegiatan industri baik karena proses secara langsung maupun proses secara tidak langsung. Limbah yang bersumber langsung dari kegiatan industri yaitu limbah yang terproduksi bersamaan dengan proses produksi sedang berlangsung dimana produk dan limbah hadir pada saat yang sama, sedangkan limbah tidak langsung terproduksi sebelum proses maupun sesudah proses produksi Ginting, 2007. Di wilayah DAS Ciliwung Kota Bogor banyak sekali industri yang sulit mengontrol limbahnya sehingga hampir semua industri kecil di Kota Bogor membuang limbahnya langsung ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu. Perhitungan beban pencemaran untuk industri tahu, tempe dan tapioka berdasarkan faktor konversi hasil penelitian yang terkait dengan industri tersebut. Faktor konversi beban pencemaran industri tahu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Damayanti et al. 2004 dimana dalam 1 liter air dalam proses pembuatan tahu mengandung 5389.5 mg BOD dan 7050 mg COD. Industri tempe berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiryani 1991 dimana dalam 1 liter air dalam proses pembuatan tempe mengandung 1302.03 mg BOD dan 4188.27 mg COD. Industri tapioka berdasarkan hasil penelitian dari Jesuitas 1996 dalam Kurniati 2003 dimana dalam 1 liter air pada proses pembuatan tepung tapioka mengandung 6400 mg BOD dan 15900 mg COD. Beberapa industri beserta potensi beban pencemarannya dapat dilihat pada Tabel 26 sebagai berikut : Tabel 26 Potensi Beban Pencemaran Limbah Industri Jenis Industri Total Volume Limbah Cair literhari Faktor Konversi mgl Potensi Peningkatan Beban Pencemaran tonbulan BOD COD BOD COD Tahu 34500 5389.5 7050 5.58 7.29 Tempe 45500 1302.03 4188.27 1.77 5.72 Tapioka 34500 6400 15900 6.62 16.46 Jumlah 80000 13.97 29.47 Berdasarkan pengamatan di lapangan terdapat tujuh jenis industri kecil di DAS Ciliwung Kota Bogor. Industri-industri ini membuang limbahnya langsung ke sungai tanpa ada pengolahan lebih dulu. Selain industri tempe, tahu dan tapioka juga terdapat beberapa industri lainnya seperti industri papan gipsum, oncom, siomay dan kerupuk kulit. Apabila diasumsikan industri tempe, tahu dan tapioka membuang limbahnya ke sungai maka potensi peningkatan BOD sebesar 13.97 tonbulan dan COD sebesar 29.47 tonbulan. Nilai BOD dan COD ini telah melampaui baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Potensi beban pencemaran BOD dan COD yang tinggi disebabkan oleh jumlah industri tempe dan tahu yang berkembang sangat pesat dan tidak bisa dikontrol baik dalam pengelolaan limbah dan penyebarannya yang sporadis, selain itu proses produksi yang mudah dalam mengolah bahan baku kacang kedelai menjadi tempe dan tahu tidak memerlukan tempat yang luas. Industri tempe dan tahu yang dijumpai saat pengamatan berlokasi di pinggiran sungai, sehingga memudahkan pelaku industri untuk membuang langsung limbahnya ke sungai. Hal ini sangat menguntungkan pelaku industri karena tidak mengeluarkan biaya untuk mengolah limbahnya tetapi akibat yang ditimbulkan kualitas air sungai menjadi tercemarburuk. Kesadaran dari pengrajin tahu, tempe dan tapioka terhadap kebersihan lingkungan dan tingkat ekonomi yang rendah menjadikan mereka sulit membangun sarana pengolahan air limbah. Menurut Adibroto 1997 teknologi biofilter aerob dibuat untuk mempertinggi komponen lokal sesuai dengan potensi dan kebutuhan masyarakat akan teknologi pengolahan limbah yang praktis, mudah dioperasikan dan harganya terjangkau khususnya bagi kelas menengah ke bawah. Gambar 22 Industri Tempe Gambar 23 Industri Tahu Kontribusi beban pencemaran dari limbah industri telah melampaui daya tampung beban pencemaran yang seharusnya. Beban pencemaran ini melampaui pada saat daya tampung maksimum dan minimum. Untuk limbah industri tahu besarnya penyimpangan beban pencemaran dari daya tampung yang seharusnya sebesar 5.01 - 5.57 tonbulan BOD dan 2.54 - 7.17 tonbulan COD, untuk limbah industri tempe sebesar 1.2 - 1.76 tonbulan BOD dan 0.97 – 5.6 tonbulan COD, dan untuk limbah industri tepung tapioka sebesar 6.05 – 6.61 tonbulan BOD dan 11.71 – 16.34 tonbulan COD. Kontribusi beban pencemaran ini menyebabkan kualitas air mengalami penurunan ditandai dengan meningkatnya nilai BOD dan COD dari Katulampa sampai ke Kedunghalang. Industri-industri kecil seperti: papan gipsum, oncom, siomay dan kerupuk kulit juga merupakan penyumbang pencemaran yang menimbulkan perubahan kualitas air sungai. Limbah dari industri ini tidak dapat diprediksikan karena ketidaktersedian data berupa faktor konversi limbahnya.

5.4.3 Beban Pencemaran Limbah Peternakan