37
1. SUSUT BOBOT
Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu buah markisa. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan. Semakin lama buah markisa disimpan maka bobot buah
markisa semakin berkurang. Sedangkan besar penyusutannya berbeda-beda tergantung pada perlakuan yang diberikan pada buah markisa.
Menurut Wijandi 1981, penurunan bobot pada komoditi setelah panen disebabkan oleh hilangnya air dari jaringan-jaringan hidup selama proses transpirasi. Susut bobot juga disebabkan oleh
terurainya glukosa menjadi CO
2
dan air selama proses respirasi, walaupun dalam jumlah yang kecil. Pengukuran susut bobot pada buah markisa dilakukan setiap 2 hari sekali menggunakan timbangan digital
merk Mettler tipe PM4800 Delta Range dengan skala gram. Berdasarkan hasil perhitungan yang dirata- ratakan dari setiap pengukuran susut bobot yang dilakukan pada buah markisa didapatkan besar susut
bobot buah markisa yang disimpan pada suhu ruang yaitu 0.053 markisa kontrol, 0.055 untuk markisa dengan perlakuan pelapisan kitosan 0.5, 0.071 untuk markisa dengan perlakuan pelapisan
kitosan 1, dan 0.082 untuk markisa dengan perlakuan pelapisan kitosan 1.5. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa markisa yang diberi perlakuan pelapisan kitosan 1.5 yang disimpan pada suhu
ruang memiliki persentase susut bobot paling besar pada setiap hari penyimpanan. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa konsentrasi kitosan yang diberikan pada buah markisa berpengaruh nyata terhadap
susut bobot buah markisa baik yang disimpan pada kondisi dingin maupun kondisi ruang. Pada hari kedua dan hari keempat, markisa dengan perlakuan pelapisan kitosan 1 dan 1.5
yang disimpan pada suhu ruang tidak menunjukkan perbedaan yang begitu signifikan, hal ini terlihat dari persentase susut bobot markisa kedua konsentrasi tersebut. Namun pada hari ke-12 dan ke-14 terjadi
perbedaan yang nyata antara markisa perlakuan pelapisan kitosan 1 dan markisa perlakuan pelapisan kitosan 1.5. perbedaan ini terlihat pada data yang diperoleh selama penelitian dilakukan. Grafik dari
susut bobot buah markisa dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.
38
Gambar 6. Grafik susut bobot buah markisa terlapis kitosan pada suhu ruang dan berbagai konsentrasi kitosan
Gambar 7. Grafik susut bobot buah markisa terlapis kitosan pada suhu dingin 15
C dan berbagai konsentrasi kitosan Pada penyimpanan kondisi dingin, susut bobot yang terjadi realtif lebih kecil dibandingkan
dengan yang disimpan pada kondisi ruang. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedibyo 1979 yang mengatakan bahwa penyimpanan suhu rendah dapat menekan kecepatan respirasi dan transpirasi sehingga
proses ini berjalan lambat, sebagai akibatnya ketahanan simpannya cukup panjang dengan susut bobot minimal, mutu masih baik dan pasaran tetap tinggi. Menurut hasil dari pengolahan data ke dalam bentuk
39
data statistik dapat diketahui bahwa perbedaan konsentrasi lapisan kitosan yang diberikan pada markisa yang disimpan pada suhu ruang tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan bobot
buah markisa yang disimpan pada suhu ruang. Mulai dari hari ke-0 hingga hari ke-18, perbedaan konsentrasi lapisan kitosan tidak menunjukkan dampak yang signifikan terhadap susut bobot buah markisa
yang disimpan pada suhu ruang. Perbedaan konsentrasi lapisan kitosan tidak memberikan suatu perbedaan yang menonjol pada
susut buah markisa yang disimpan pada suhu ruang. Sedangkan untuk markisa yang disimpan pada suhu dingin 15
C perbedaan konsentrasi lapisan kitosan pada buah markisa memberikan dampak yang signifikan terhadapa perubahan bobot markisa mulai dari hari ke-0 hingga hari ke-8. Sedangkan mulai hari
ke-10 hingga hari ke-22, perbedaan konsentrasi lapisan kitosan sudah tidak lagi memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan bobot markisa yang disimpan pada suhu dingin 15
C.
2. KEKERASAN KULIT BUAH