28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN
Dari  penelitian  pendahuluan  diperoleh  bahwa  konsentrasi  kitosan  yang  terbaik    untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5. Pada pengamatan yang dilakukan selama empat hari,
kondisi  buah  markisa  yang  disimpan  pada  suhu  ruang  tersebut,  belum  menunjukkan  perbedaan  yang nyata, seperti warna buah markisa untuk setiap markisa dengan konsentrasi kitosan yang berbeda  belum
menunjukkan perbedaan atau masih terlihat sama untuk setiap konsentrasi, struktur kulit dari buah markisa juga  belum  menunjukkan  perubahan,  dan  belum  adanya  kerutan-kerutan  pada  kulit  buah  markisa.  Pada
pengamatan yang dilakukan hingga 8 hari baru terlihat perbedaan yang nyata dimana warna dan struktur kulit  dari  setiap  markisa  berbeda-beda  dan  terdapatnya  kerutan-kerutan  pada  kulit  buah  markisa.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada buah markisa kuning  yaitu timbulnya kerutan-kerutan pada kulit buah,  warna  kulit  buah  yang  semakin  gelap,  penurunan nilai  total  padatan  terlarut,  serta  kekerasan  dari
kulit buah markisa kuning yang menurun. Markisa  dengan  konsentrasi  kitosan  1.5  ternyata  memiliki  daya  tahan  yang  jauh  berbeda
dengan markisa dengan konsentrasi diatas 1.5 yaitu 2.0 dan 2.5. Hal ini terlihat dari bentuk fisik dari buah markisa yang masih bagus hingga hari ke-16. Dengan demikian untuk penelitian tahap selanjutnya
digunakan konsentrasi kitosan 0.5, 1.0 dan 1.5 wv.
B. KARAKTERISTIK DAN MUTU MARKISA BERLAPIS LILIN
1. LAJU RESPIRASI
Buah  markisa  yang  telah  dipetik  dari  tanaman  induknya  masih  menunjukkan  suatu  aktivitas hidup.  Suplai  energi  dibutuhkan  untuk  memelihara  tetap  berfungsinya  suatu  komponen  sistem
metabilosme  sel.  Energi  dapat  diperoleh  dari  kegiatan  respirasi  dari  buah  markisa.  Respirasi  dapat diartikan sebagai suatu perubahan energi potensial menjadi energi panas. Proses respirasi tergantung pada
suhu penyimpanan, dimana semakin tinggi suhu penyimpanan proses respirasi berlangsung lebih cepat. Selama  penyimpanan  konsentrasi  CO
2
terus  bertambah  melalui  pengukuran  sistem  tertutup. Peningkatan  konsentrasi  CO
2
tersebut  menunjukkan  bahwa  buah  markisa  melakukan  respirasi  sebagai salah satu ciri masih hidup. Besarnya laju respirasi dari buah markisa dapat dihitung dengan mengetahui
perubahan  konsentrasi  gas  CO
2
tiap  satuan  waktu  pengamatan.  Respirasi  dapat  terjadi  secara  aerob
29
dengan udara dan anaerob tanpa udara. Pada respirasi aerob karbohidrat sepenuhnya menjadi air dan CO
2,
sedangkan pada respirasi anaerob pemecahan karbohidrat  hanya sebagian dan produksi ATP lebih kecil Apandi,1984. Proses respirasi pada buah markisa kuning menyebabkan terjadinya perubahan warna
pada  kulit  buah  markisa  kuning.  Hal  ini  terjadi  karena  peningkatan  laju  respirasi  buah  markisa menimbulkan  peningkatan  proses  pematangan  buah  yang  menyebabkan  perubahan  warna  kulit  buah
markisa  selama  proses  pematangan.  Gambar  perubahan  buah  markisa  yang  dilapisi  kitosan  selama penyimpanan pada suhu kamar dan 15
C sampai buah rusak dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Buah markisa kuning selama pengukuran dilakukan
Hari ke-
Konsentrasi kitosan
Sampel Gambar
0.5 1, 2, 3
Suhu 15 C
Suhu Kamar
1 1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar 1.5
1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar Kontrol
1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar
30
4 0.5
1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar 1
1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar 1.5
1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar Kontrol
1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar
8 0.5
1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar 1
1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar
31
1.5 1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar Kontrol
1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar
12 0.5
1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar 1
1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar 1.5
1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar Kontrol
1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar
32
16 0.5
1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar 1
1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar 1.5
1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar 16
Kontrol 1,2,3
Suhu 15 C
Suhu Kamar 0.5
1,2,3
Suhu 15 C
1 1,2,3
Suhu 15 C
33
20 1.5
1,2,3
Suhu 15 C
Kontrol 1,2,3
Suhu 15 C
24 0.5
1,2,3
Suhu 15 C
24 1
1,2,3
Suhu 15 C
1.5 1,2,3
Suhu 15 C
Kontrol 1,2,3
Suhu 15 C
34
Pada  penyimpanan  suhu  ruang,  buah  markisa  yang  disimpan  mengalami  respirasi  lebih  cepat dibandingkan dengan penyimpanan buah markisa pada suhu dingin 15
C. Gambar memperlihatkan pada pengamatan  tiga  jam  pertama  buah  markisa  kontrol  penyimpanan  suhu  ruang  mengalami  respirasi
tertinggi  123.22  mlkg.jam  CO
2.
Secara  umum  terdapat  kecenderungan  pada  awal  penyimpanan  laju respirasi buah markisa masih tinggi, hal ini juga terjadi di beberapa jenis buah seperti pisang.
Peningkatan  laju  respirasi  pada  awal  penyimpanan  disebabkan  oleh  adanya  usaha  untuk mempertahankan  tetap  berfungsinya  organ-organ  respirasi,  setelah  berpisah  dari  tanaman  induknya.
Disamping itu laju produksi karbondioksida awal penyimpanan memiliki nilai besar disebabkan oleh suhu buah  pada  awal  penyimpanan  masih  tinggi  karena  belum  menyesuaikan  dengan  kondisi  ruang
penyimpanan,  suhu  awal  buah  ditambah  dengan  dari  panas  lapang  menyebabkan  produk  memiliki kecepatan respirasi yang tinggi.
Hal  ini  sesuai  dengan  pernyataan  Muchtadi  1992  yang  menerangkan  bahwa  kecepatan respirasi  merupakan  hasil  dari  pengaruh  suhu  dimana  kecepatan  respirasi  pada  buah-buahan  akan
meningkat  sama  dengan  dua  setengah  kalinya  untuk  kenaikan  suhu  sebesar  10 C  yang  menunjukkan
adanya pengaruh proses biologi maupun kimia. Buah  dengan  perlakuan  pelapisan  kitosan  1.5    mengalami  laju  respirasi  yang  paling  lambat
pada  awal  penyimpanan  yaitu  69.19  mlkg.jam  CO
2
.  Pengukuran  laju  respirasi  dilakukan  setiap  3  jam untuk hari pertama dan 6 jam untuk hari kedua dan ketiga serta setiap 18 jam. Perhitungan laju respirasi
didasarkan pada jumlah CO
2
yang dihasilkan, karena selama berespirasi buah markisa mengeluarkan CO
2
. Bila  dibandingkan  dengan  buah  markisa  pada  penyimpanan  suhu  ruang  maka  buah  markisa  pada
penyimpanan suhu dingin mengalami respirasi yang jauh lebih rendah. Berdasarkan  hasil  perhitungan  yang  dirata-ratakan  didapatkan  laju  respirasi  buah  markisa  pada
suhu ruang selama 21 hari sebagai berikut 740.21 mlkg.jam CO
2
untuk markisa kontrol, 481.00 mlkg.jam CO
2
untuk  perlakuan  pelapisan  kitosan  0.5,  493.65 mlkg.jam  CO
2
untuk  perlakuan  pelapisan  kitosan 1 , 517.97 mlkg.jam CO
2
untuk perlakuan pelapisan kitosan dengan 1.5 kitosan. Pada penyimpanan buah markisa dengan konsentrasi pelapisan kitosan 0.5  dan bersuhu ruang konsentrasi CO
2
berubah dari 0.03  menjadi  12.2  dengan  laju  produksi  CO
2
sebesar  481.00  mlkg.jam.  Sedangkan  konsentrasi  O
2
berubah dari 21 menjadi 11.6 dengan laju konsumsi O
2
sebesar 375.44 mlkg.jam. Pada perlakuan pelapisan kitosan 1  dan bersuhu ruang terjadi perubahan konsentrasi CO
2
dari 0.03 menjadi  16.82  dengan  laju  produksi  CO
2
sebesar 493.65 mlkg.jam.  Sedangkan  konsentrasi  O
2
menurun dari 21 menjadi 11.9 dengan laju konsumsi O
2
sebesar 349.32 mlkg.jam. Penyimpanan buah markisa pada suhu dingin dilakukan selama 26 hari di dalam lemari pendingin
bersuhu  15 C,  sesuai  dengan  suhu  yang  umum  dipakai  di  berbagai  supermarket  yang  menjual  berbagai
jenis buah-buahan. Selama penyimpanan 26 hari tersebut masih tetap dilakukan pengukuran laju respirasi buah  markisa,  hal  ini  dilakukan  karena  buah  markisa  yang  disimpan  pada  suhu  dingin  dengan  kondisi
tertutup di dalam toples mengalami proses pematangan yang lebih lambat daripada sampel yang disimpan
35
terbuka  di  dalam  lemari  pendingin  cold  storage.  Penyimpanan  buah  markisa  pada  suhu  dingin  15 C
jauh lebih lama dibandingkan dengan penyimpanan markisa pada suhu ruang. Penyimpanan markisa pada suhu  dingin  15
C  mencapai  24  hari  sedangkan  penyimpanan  buah  markisa  pada  suhu  ruang  hanya mencapai 18 hari. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan suhu penyimpanan buah markisa.
Besar  laju  respirasi  buah  markisa  pada  suhu  dingin  15 C  yaitu  373.96  mlkg.jam  CO
2
untuk markisa  kontrol  tanpa  perlakuan  pelapisan  kitosan,  330.85  mlkg.jam  CO
2
untuk  perlakuan  pelapisan kitosan 0.5, 292.52 mlkg.jam CO
2
untuk perlakuan pelapisan kitosan 1, 275.91 mlkg.jam CO
2
untuk perlakuan  pelapisan  kitosan  1.5.  Ada  kecenderungan  semakin  besar  konsentrasi  lapisan  lilin  yang
diberikan maka laju respirasi akan semakin rendah. Pada perlakuan pelapisan kitosan 0.5  dan bersuhu dingin 15
C terjadi perubahan konsentrasi CO
2
dari  0.03  menjadi  10.11  dengan  laju  produksi  CO
2
sebesar  330.85  mlkg.jam.  Sedangkan konsentrasi O
2
menurun dari 21 menjadi 12.1 dengan laju konsumsi O
2
sebesar 245.82 mlkg.jam. Konsentrasi O
2
buah markisa dengan perlakuan pelapisan kitosan  1  dan disimpan pada suhu dingin berubah dari 21 menjadi 14.6 dengan laju konsumsi O
2
sebesar 197.31 mlkg.jam. Sedangkan konsentrasi CO
2
berubah dari 0.03 menjadi 6.82 dengan laju produksi CO
2
sebesar 292.52 mlkg.jam. Kurva  respirasi  mencerminkan  proses-proses  yang  terjadi  pada  buah  markisa,  baik  perubahan  fisik
maupun perubahan kimia. Pada awal penyimpanan perubahan kurva respirasi terjadi secara lambat, tetapi semakin lama waktu penyimpanan kurva respirasi cenderung meningkat.
Gambar 4. Grafik laju respirasi CO
2
buah markisa terlapis kitosan pada suhu ruang dan berbagai konsentrasi kitosan
36
Gambar 5. Grafik laju respirasi CO
2
buah markisa terlapis kitosan pada suhu dingin 15
C dan berbagai konsentrasi kitosan Dari  Gambar  4  terlihat  bahwa  baik  pada  penyimpanan  kondisi  dingin  maupun  kondisi  ruang,
buah yang dilapisi kitosan dengan konsentrasi 1, 1.5 laju repirasinya jauh lebih rendah dibandingkan kontrol, sedangkan pada konsentrasi 0.5 laju respirasinya hampir mendekati kontrol. Hal ini disebabkan
karena  konsentrasi  kitosan  0.5  terlalu  tipis  sehingga  kurang  efektif  dalam  menghambat  laju  respirasi buah markisa.
Hal ini sesuai dengan pendapat Roosmani 1975 yang mengatakan bahwa pelapisan lilin dapat memperpanjang  kesegaran  buah-buahan  karena  dapat  mengurangi  laju  respirasi  dan  transpirasi.  Meyer,
Anderson 1960  mengemukakan  beberapa  faktor  yang mempengaruhi laju respirasi  jaringan  antara lain kondisi protoplasma, suhu, substrat untuk respirasi, konsentrasi CO
2
dan O
2,
luka, sinar, efek mekanis serta komponen kimia tertentu.
Grafik  respirasi    CO
2
pada  suhu  ruang  dan  suhu  dingin  memperlihatkan  bahwa  pada  akhir penyimpanan, laju respirasi buah markisa yang tidak dilapisi lilin masih cenderung lebih tinggi daripada
yang  dilapisi lilin.  Hal ini  dapat  terjadi  karena  buah markisa  telah  benar-benar  mengalami  pembusukan. Buah markisa  yang  disimpan memiliki laju respirasi  yang  lebih  tinggi  sehingga  membuat  buah markisa
jauh lebih cepat busuk daripada buah markisa yang disimpan pada suhu dingin 15 C.
37
1. SUSUT BOBOT