41
Berdasarkan data yang telah diolah dengan metode statistik, dapat diketahui bahwa pada markisa yang disimpan di suhu dingin 15
C konsentrasi lapisan kitosan yang diberikan pada buah markisa tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai kekerasan buah markisa yang disimpan pada suhu
dingin 15 C. Sedangkan untuk buah markisa yang disimpan pada suhu ruang, konsentrasi lapisan kitosan
yang diberikan pada buah markisa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai kekerasan buah markisa hanya pada hari ke-12 dan hari ke-14. Sedangkan untuk beberapa hari lainnya tidak memberikan
dampak terhadap nilai dari kekerasan buah markisa yang disimpan pada suhu ruang.
3. TOTAL PADATAN TERLARUT
Pengukuran total padatan terlarut dilakukan dengan menggunakan refraktometer, nilai hasil pengukuran dinyatakan dalam brix. Brix adalah satuan yang menunjukkan nilai dari total padatan terlarut
yang terdapat dalam suatu larutan. Pengukuran total padatan terlarut pada buah markisa dilakukan setiap 2 hari sekali dengan cara meneteskan cairan buah markisa pada refraktometer dengan tiga buah markisa
pada masing-masing konsentrasi lapisan kitosan. Sesuai dengan data yang diperoleh dari penelitian, diketahui bahwa buah markisa yang disimpan
pada suhu kamar memiliki total padatan terlarut yang lebih tinggi daripada buah markisa yang disimpan pada suhu dingin 15
C. Hal ini disebabkan oleh adanya proses pematangan buah yang jauh lebih cepat pada buah markisa yang disimpan pada suhu ruang dan buah yang disimpan pada suhu dingin 15
C proses pematangan buah ditekan oleh suhu yang dingin dan dihambat oleh pelapisan kitosan tersebut.
Nilai total padatan terlarut buah markisa cukup tinggi karena buah markisa tergolong buah yang memiliki banyak kandungan gula. Markisa yang disimpan pada suhu dingin 15
C, meskipun sudah disimpan cukup lama di dalam lemari pendingin, namun tetap saja nilai total padatan terlarutnya cukup
tinggi. Besarnya nilai total padatan terlarut buah markisa ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah markisa sejak awal pengukuran dilakukan hingga akhir pengukuran.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada buah markisa kuning ternyata nilai dari total padatan terlarut dan kadar sukrosa buah markisa mengalami penurunan selama proses pematangan buah
markisa. Hal ini berbeda dengan yang disampaikan oleh Pruthi 1963, yang menyatakan bahwa markisa menunjukkan kandungan sukrosa yang tinggi pada saat proses pematangan. Dari penelitian yang telah
dilakukan ternyata buah markisa tidak dapat digolongkan ke dalam buah klimaterik karena kandungan sukrosa dan total padatan terlarutnya mengalami penurunan terus-menerus selama proses pematangan
buah markisa terjadi. Berdasarkan hasil data yang diolah menggunakan metode statistik, besarnya nilai dari total
padatan terlarut buah markisa yang disimpan pada suhu dingin 15 C tidak begitu dipengaruhi oleh
besarnya konsentrasi kitosan yang diberikan pada buah markisa. Besarnya konsentrasi lapisan kitosan
42
tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap total padatan terlarut buah markisa pada suhu dingin 15
C. Sedangkan untuk buah markisa yang disimpan pada suhu ruang, konsentrasi lapisan kitosan berpengaruh secara signifikan pada hari ke-0 dan hari ke-10, namun untuk hari ke-18, hari ke-16, hari ke-
14, hari ke-12, hari ke-8, hari ke-6, hari ke-4, dan hari ke-2 tidak berpengaruh secara signifikan. Grafik dari total padatan terlarut buah markisa baik pada suhu ruang dan suhu dingin 15
C dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11.
Gambar 10. Grafik total padatan terlarut buah markisa terlapis kitosan pada suhu dingin 15
C dan berbagai konsentrasi kitosan
Gambar 11. Grafik total padatan terlarut buah markisa terlapis kitosan pada suhu ruang dan berbagai konsentrasi kitosan
43
4. UJI WARNA