60 sedangkan atasan pegawai kurang setuju bahwa pegawai selalu
menyelesaikan tugas tepat waktu. Penilaian tentang sikap pegawai dalam mengerjakan tugas dengan
semangat dan sungguh-sungguh dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Pegawai selalu mengerjakan tugas dengan semangat dan
sungguh-sungguh
No Jawaban Responden
Pegawai Atasan Pegawai
Rekan Kerja Pegawai
Frek. Frek.
Frek 1
Sangat Tidak Setuju 2
Tidak Setuju 1
3,13 1
3,13 3
Kurang Setuju 10
31,25 1
3,13 7
21,88 4
Setuju 20
62,50 8
25 24
75 5
Sangat Setuju 1
3,13 23
71,88 1
3,13 Jumlah
32 100
32 100
32 100
Berdasarkan Tabel 33 diketahui bahwa pegawai menjawab setuju 62,50 bahwa pegawai selalu mengerjakan tugas dengan semangat
dan sungguh-sungguh, sebanyak 31,25 menjawab kurang setuju, sebanyak 3,13 menjawab sangat setuju dan sebanyak 3,13
menjawab tidak setuju. Atasan pegawai menjawab sangat setuju 71,88 bahwa pegawai selalu mengerjakan tugas dengan semangat
dan sungguh-sungguh, sebanyak 25 menjawab setuju, sebanyak 3,13 menjawab kurang setuju dan sebanyak 3,13 menjawab tidak
setuju. Rekan kerja pegawai menjawab setuju 75 bahwa pegawai selalu mengerjakan tugas dengan semangat dan sungguh-sungguh,
sebanyak 21,88 menjawab kurang setuju, dan sebanyak 3,13 menjawab sangat setuju. Dari keseluruhan jawaban, disimpulkan bahwa
pegawai dan rekan pegawai setuju bahwa pegawai selalu mengerjakan tugas dengan semangat dan sungguh-sungguh sedangkan atasan
pegawai sangat setuju bahwa pegawai selalu mengerjakan tugas dengan semangat dan sungguh-sungguh.
4.4. Analisis Pengaruh Diklat terhadap Peningkatan Kompetensi
Pegawai Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan Uji regresi dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari
Diklat terhadap peningkatan kompetensi pegawai. Berdasarkan hasil pengolahan, diperoleh nilai R square sebesar 0,170 atau 17. Ini berarti
61 keragaman dari kompetensi pegawai dipengaruhi oleh hubungan
linearnya dengan pendidikan dan pelatihan, sedangkan sisanya sebesar 83 dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Tabel 34. Nilai Koefisien dan p-value Indikator Diklat
No. Variabel
B p-value sig.
Interpretasi
1 Metode X1
0,078 0,372
tidak berpengaruh nyata 2
Materi X2 - 0,007
0,942 tidak berpengaruh nyata
3 Waktu Pelaksanaan X3
- 0,024 0,629
tidak berpengaruh nyata 4
Kesesuaian Diklat
dengan Tugas X4 0,037
0,644 tidak berpengaruh nyata
5 Pengajar X5
0,133 0,200
tidak berpengaruh nyata
Dilakukan juga uji F untuk mengetahui pengaruh bersama-sama Diklat terhadap peningkatan kompetensi pegawai. Berdasarkan hasil uji
F didapatkan nilai sig. sebesar 0,402. Nilai tersebut lebih besar dari nilai nilai sig.α 0,05, artinya bahwa indikator Diklat secara bersama-sama
tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan kompetensi pegawai. Dari hasil uji t diperoleh data nilai koefisien dan p-value indikator
Diklat seperti terlihat pada Tabel 34. Nilai B menunjukkan nilai koefisien untuk masing-masing
indikator Diklat. Dari Tabel 34 kita dapat melihat bahwa nilai p-value semua indikator lebih besar dari nilai sig. α 0,05, artinya bahwa tidak
ada indikator Diklat yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan kompetensi pegawai.
Dari Tabel 34 kita dapatkan persamaan sebagai berikut: Y = 3,261 + 0,078 X
1
– 0,007 X
2
– 0,024 X
3
+ 0,037 X
4
+ 0,133 X
5
Pada persamaan regresi terlihat bahwa koefisien metode Diklat sebesar 0,078 artinya bahwa setiap penambahan metode Diklat sebesar
satu satuan, maka kompetensi pegawai akan meningkat sebesar 0,078 satuan, koefisien materi Diklat sebesar - 0,072 artinya bahwa setiap
penambahan materi Diklat sebesar satu satuan, maka kompetensi pegawai akan berkurang sebesar 0,072 satuan, koefisien waktu
pelaksanaan Diklat sebesar - 0,024 artinya bahwa setiap penambahan waktu pelaksanaan Diklat sebesar satu satuan, maka kompetensi
62 pegawai akan berkurang sebesar 0,024 satuan, koefisien kesesuaian
Diklat dengan tugas sebesar 0,037 artinya bahwa setiap kenaikan keseuaian Diklat dengan tugas sebesar satu satuan, maka kompetensi
pegawai akan meningkat sebesar 0,037 satuan dan koefisien kualitas pengajar sebesar 0,133 artinya bahwa setiap kenaikan kualitas pengajar
sebesar satu satuan, maka kompetensi pegawai akan meningkat sebesar 0,133 satuan. Kemudian dilakukan uji multikolinearitas. Dalam uji ini
dilakukan dengan melihat nilai VIF. Jika nilai VIF lebih besar dari 35 maka disimpulkan bahwa telah terjadi multikolinearitas. Nilai VIF
masing-masing indikator Diklat dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35 Nilai VIF Masing-masing Indikator Diklat Hasil Uji Regresi
No. Variabel
VIF Interpretasi
1 Metode X1
1,407 tidak terjadi multikolinearitas
2 Materi X2
3,302 tidak terjadi multikolinearitas
3 Waktu Pelaksanaan X3
1,445 tidak terjadi multikolinearitas
4 Kesesuaian Diklat dengan Tugas
X4 2,900
tidak terjadi multikolinearitas 5
Pengajar X5 1,437
tidak terjadi multikolinearitas
Berdasarkan hasil pengolahan yang dapat dilihat pada Tabel 35, nilai VIF seluruh indikator bernilai dibawah 5, artinya bahwa model
regresi linear berganda terbebas dari multikolinearitas. Uji untuk mendeteksi terjadinya heterokedastisitas dapat dilihat
dari ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot. Hasil uji Heterokedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Scatterplot Hasil Uji Heterokedastisitas
63 Berdasarkan Gambar 8 dapat terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas. Hal ini berarti bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi,
sehingga model regresi pada penelitian ini layak dipakai untuk memprediksi dependen variabel.
Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan kurva normal P-Plot seperti terlihat pada Gambar 9.
Gambar 9. P-Plot Hasil Uji Normalitas Data Dari Gambar 9 dapat terlihat bahwa distribusi dari titik-titik data
menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah dengan garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data dapat
dikatakan normal.
4.5. Analisis Perbedaan Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap