61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil kajian di lapangan terhadap beberapa responden petani tanaman pangan di wilayah Bogor dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Resiko-resiko pertanian di wilayah Bogor antara lain: a resiko produksi
berupa serangan hama dan penyakit, iklim dan bencana alam; b resiko pasarpemasaran yaitu perubahan harga input maupun output, lemahnya
distribusi, serta perubahan ekonomi nasional; c resiko keuangan mencakup sulitnya akses permodalan, menyempitnya luas dan tingginya harga lahan,
serta tingkat bunga pinjaman yang tinggi; d resiko manusia terdiri dari tenaga kerja, kecelakaan dan kesehatan, situasi keluarga serta pencurian; dan
e resiko institusi mencakup perubahan kebijakan serta ketidakmampuan petani melakukan kontrak.
2. Berdasarkan persepsi di tingkat petani saat ini terhadap beberapa resiko
pertanian dapat teridentifikasi bahwa resiko produksi merupakan resiko yang paling dominan diantara resiko yang lain. Resiko produksi ini terutama
diakibatkan oleh serangan hama dan penyakit serta pengaruh perubahan cuaca. Resiko penting lainnya adalah resiko pemasaran yang disebabkan oleh
pengaruh perubahan harga output dan input serta distribusi komoditas. Resiko finansial juga merupakan salah satu resiko yang penting di wilayah Bogor, hal
ini menyangkut lahan status kepemilikan, penyempitan lahan dan harga. Resiko manusia umumnya disebabkan oleh pengaruh kesehatan dan
kecelakaan dalam bekerja. Resiko institusional tentunya didominasi oleh kebijakan pemerintah di sektor pertanian.
3. Adapun manajemen strategi di tingkat petani dalam menghadapi resiko
produksi adalah dengan monitoring terhadap serangan hama dan penyakit serta melakukan penyemprotan, melakukan diversifikasi serta mengubah pola
tanam yang lebih ekonomis dan adaptif dengan lingkungan, pengairan serta menanam dalam kapasitas penuh untuk meningkatkan produksi. Resiko
pemasaran dihadapi dengan mencari informasi harga komoditas yang berbeda di pasar, mengikuti kelompok tani dan melakukan kontrak usaha dengan
pengusaha, serta melakukan diversifikasi usahatani. Resiko keuangan terutama dihadapi dengan menjaga hutang agar tetap kecil, melakukan
pengaturan pengeluaran, jika modal tidak ada untuk usahatani maupun keperluan sehari-hari maka petani lebih cenderung meminjam kepada
tetangga, teman ataupun tengkulak. Untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga petani, umumnya petani maupun anggota keluarga petani di wilayah
Bogor melakukan pekerjaan sampingan di luar usahatani seperti buruh pasar, buruh tani, tukang bangunan, dan lain sebagainya.
4. Adapun alternatif strategi manajemen resiko untuk penanganan resiko
pertanian antara lain ; a peningkatan konsistensi pemerintah dalam kebijakan, b penguatan pengembangan agribisnis, c mendorong investasi di
subsektor agribisnis tanaman pangan, d intensifikasi dan diversifikasi tanaman pangan e pembinaan terpadu dan pengembangan kemitraan, dan f
perlindungan hak pelaku agribisnis melalui legislasi dan regulasi.
B. Saran