Analisis QSPM Implikasi hasil kajian

lainnya.khususnya produksi komoditas prioritas nasional yang meliputi komoditi padi, jagung dan kedelai disamping juga komoditas prioritas daerah: ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, sayur-sayuran serta buah-buahan. Diversifikasi tanaman pangan dapat dikatakan berhasil bila masyarakat dapat mengkonsumsi makanan non beras seperti jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar dan komoditi lainnya dalam upaya pelestarian swasembada pangan. Kebijaksanaan ini ditempuh untuk memenuhi kebutuhan akan bahan makanan juga bertujuan untuk meningkatan pendapatan petani serta memperkecil resiko bagi petani jika terjadi kegagalan panen atau terjadi pemerosotan harga pada salah satu komoditi. f. Melindungi hak pelaku agribisnis melalui legislasi dan regulasi W2,W3,W4, T1,T2,T3, T4, T5 Strategi yang masih tergolong dalam kategori strategi weaknesses-threats W-T adalah melindungi hak pelaku agribisnis melalui legislasi dan regulasi. Banyaknya kelemahan petani menjadikan ancaman-ancaman dari luar akan mudah melumpuhkan pembangunan pertanian di Indonesia. Kelemahan- kelemahan petani tersebut juga menyebabkan pengendalian resiko pertanian menjadi tidak maksimal. Oleh sebab itu, dalam hal ini pemerintah dituntut bertanggung jawab melalui peran konkrit untuk melindungi hak kepemilikan pelaku agribisnis kecil – menengah – besar melalui legislasi dan regulasi termasuk menjamin hak-hak dalam kontrak agribisnis antar pelaku tanah, pekerja, pemasaran, supervisi pembiayaan Jurnal Ekonomi Rakyat, 2007. Melindungi hak-hak pelaku agribisnis terutama petani tidak hanya dalam hal status kepemilikan lahan, namun juga kemudahan dalam akses permodalan, perlindungan produksi tanaman lewat asuransi hingga kebijakan dalam harga produk pertanian untuk menguatkan kesejahteraan rumah tangga petani.

F. Alternatif Strategi

1. Analisis QSPM

Tahap akhir dari analisis SWOT adalah penentuan urutan alternatif strategi sebagai strategi prioritas yang dilakukan dengan menggunakan alat analisis Quantitative Strategic Planning Matrix QSPM berdasarkan pengembangan David 2006. Faktor strategik internal dan eksternal diformulasikan dengan menentukan tingkat pengaruh setiap strategi yang ada dari hasil SWOT kemudian dikalikan dengan bobot masing-masing faktor. Berdasarkan hasil perhitungan matriks QSP sebagaimana terlampir dalam Lampiran 7, diperoleh urutan strategi penanganan resiko-resiko pertanian untuk peningkatan pembangunan pertanian. Penilaian daya tarik strategis menunjukkan bahwa strategi paling menarik untuk diterapkan adalah strategi meningkatkan konsistensi pemerintah dalam kebijakan pertanian. Gambar 12. Urutan strategi prioritas berdasarkan QSPM Berdasarkan hasil QSPM maka urutan strategi prioritas adalah sebagai berikut : a Meningkatkan konsistensi pemerintah dalam kebijakan pertanian. b Penguatan pengembangan agribisnis. c Mendorong investasi di sektor agribisnis tanaman pangan. d Intensifikasi dan diversifikasi tanaman pangan. e Pembinaan terpadu dan meningkatkan kemitraan. f Melindungi hak pelaku agribisnis melalui legislasi dan regulasi.

2. Implikasi hasil kajian

Implikasi hasil kajian perlu diterapkan dan dilaksanakan agar upaya menangani resiko pertanian tanaman pangan di wilayah Bogor dapat tercapai. Manajemen resiko pertanian melibatkan semua orang, baik petani, stakeholder, akademisi, kalangan pemerintah, pengusaha dan masyarakat pada umumnya. Implikasi yang harus dilakukan oleh pelaku-pelaku di sektor pertanian dalam penanganan yang tepat terhadap resiko pertanian untuk mencapai tujuan dari pembangungan pertanian. Implikasi dari hasil kajian yang telah dihasilkan, harus diwujudkan dalam berbagai aspek, yaitu : a. Aspek teknik ekonomi Implikasi penerapan strategi pengendalian resiko pertanian dalam aspek teknis ekonomi di tingkat petani adalah petani harus mampu bekerjasama dalam bentuk wadah kelembagaan petani yang nantinya akan mengembangkan kerjasama dengan pihak pemerintah lewat ekstensi dan pihak swasta lewat kemitraan usaha atau contract farming. Lewat kelembagaan ini, petani harus bisa memanfaatkan hasil riset dan pengembangan teknologi di sektor pertanian untuk peningkatan produksi usahatani maupun untuk peningkatan pendapatan rumah tangga petani. Di tingkat pemerintah, harus dimulainya langkah untuk melakukan Good Governance Practices. Hal ini tidak lain untuk menghindari tumpang tindih kebijakan yang tidak saling mendukung dan menciptakan koordinasi yang terarah antara departemen dalam pemerintahan. Untuk melindungi kepentingan dan hak-hak pelaku agribisnis, pemerintah dituntut untuk mengeluarkan kebijakan yang melindungi dan menjamin hak-hak tersebut melalui legislasi dan regulasi. b. Aspek sosial Dengan adanya pembinaan terpadu dan pengembangan kemitraan untuk penguatan kelembagaan petani, maka diharapkan akan tercipta kegiatan agroindustri yang mendukung pengembangan agribisnis tanaman pangan. Hal ini bukan hanya akan berdampak pada peningkatan pendapatan petani namun juga akan meningkatakan serapan tenaga kerja dari on farm maupun off farm yang menggunakan bahan baku dari produk pertanian tersebut. c. Aspek lingkungan Analisis lingkungan merupakan salah satu strategi intensif yang harus dilakukan agar pelaku-pelaku di sektor pertanian mampu menilai pada posisi mana kondisi pertanian saat ini. Perubahan-perubahan lingkungan perlu diantisipasi karena sering kali terjadi perubahan yang tidak terduga dan dapat menyebabkan kondisi pertanian berada dalam posisi yang semakin lemah dan kesulitan. Eksistensi pertanian itu sendiri juga harus ditunjukkan dengan kinerja pelaku-pelaku di sektor pertanian untuk saling meningkatkan kinerja, meningkatkan koordinasi dan saling mendukung sehingga tercipta kerjasama yang maksimal dalam menghadapi resiko-resiko pertanian yang ada. 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil kajian di lapangan terhadap beberapa responden petani tanaman pangan di wilayah Bogor dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Resiko-resiko pertanian di wilayah Bogor antara lain: a resiko produksi berupa serangan hama dan penyakit, iklim dan bencana alam; b resiko pasarpemasaran yaitu perubahan harga input maupun output, lemahnya distribusi, serta perubahan ekonomi nasional; c resiko keuangan mencakup sulitnya akses permodalan, menyempitnya luas dan tingginya harga lahan, serta tingkat bunga pinjaman yang tinggi; d resiko manusia terdiri dari tenaga kerja, kecelakaan dan kesehatan, situasi keluarga serta pencurian; dan e resiko institusi mencakup perubahan kebijakan serta ketidakmampuan petani melakukan kontrak. 2. Berdasarkan persepsi di tingkat petani saat ini terhadap beberapa resiko pertanian dapat teridentifikasi bahwa resiko produksi merupakan resiko yang paling dominan diantara resiko yang lain. Resiko produksi ini terutama diakibatkan oleh serangan hama dan penyakit serta pengaruh perubahan cuaca. Resiko penting lainnya adalah resiko pemasaran yang disebabkan oleh pengaruh perubahan harga output dan input serta distribusi komoditas. Resiko finansial juga merupakan salah satu resiko yang penting di wilayah Bogor, hal ini menyangkut lahan status kepemilikan, penyempitan lahan dan harga. Resiko manusia umumnya disebabkan oleh pengaruh kesehatan dan kecelakaan dalam bekerja. Resiko institusional tentunya didominasi oleh kebijakan pemerintah di sektor pertanian. 3. Adapun manajemen strategi di tingkat petani dalam menghadapi resiko produksi adalah dengan monitoring terhadap serangan hama dan penyakit serta melakukan penyemprotan, melakukan diversifikasi serta mengubah pola tanam yang lebih ekonomis dan adaptif dengan lingkungan, pengairan serta menanam dalam kapasitas penuh untuk meningkatkan produksi. Resiko