25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah
1. Wilayah Bogor
Secara geografis wilayah Bogor terletak antara 106
o
43’30’’BT - 106
o
51’00’’BT dan 6
o
30’30’’LS - 6
o
41’00’’LS. Wilayah Bogor berada di Provinsi Jawa Barat dan hanya berjarak kurang lebih 56 km dari pusat pemerintahan
Indonesia, Jakarta. Curah hujan rataan Bogor 4.000 mmtahun.
Sumber: BPTP Bogor, 2012
Gambar 3. Peta daerah kajian
JABAR
Wilayah Bogor yang terdiri dari Kota Bogor dan Kabupaten Bogor memiliki luas 311.277,94
ha. Wilayah ini pada tahun 2009 dihuni 5.093.047 jiwa BPS kota dan kabupaten Bogor, 2009 tersebar di 46 kecamatan, yang mencakup
85 kelurahan dan 411 desa. Kondisi geografi wilayah Bogor merupakan daerah perbukitan
bergelombang dengan ketinggian yang bervariasi antara 190 sampai dengan 350 m dpl. Sumber air bagi wilayah Bogor menurut asalnya terdiri dari sungai, air
tanah dan mata air. Sungai utama yang mengalir di wilayah Bogor terdiri dari sungai Ciliwung dan sungai Cisadane, sungai Cibeureum, sungai Cileungsi,
sungai Cidurian serta beberapa sungai yang lain. Curah hujan rata-rata di wilayah Bogor berkisar antara 250-335 mmbulan. Curah hujan minimum terjadi pada
bulan September sekitar 128 mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Oktober sekitar 346 mm. Temperatur rata-rata wilayah Bogor adalah 26
C, dan temperatur tertinggi sekitar 34,4
C. Kelembaban udara rata-rata lebih dari 70 dan kecepatan angin rata-rata adalah 2 kmjam dengan arah timur laut.
a. Penggunaan lahan
Berdasarkan gambar 4, pola penggunaan lahan identik dengan struktur penggunaan lahan dimana wilayah Bogor terdistribusi ke dalam lahan pertanian
dan lahan non pertanian. Lahan pertanian wilayah Bogor mencapai 147.684,05 ha atau 47 dari luas wilayah, yang terdiri dari lahan pertanian sawah 16 atau
49.775 ha dan lahan pertanian bukan sawah 31 atau 97.912 ha. Penggunaan luas lahan ini mengalami penurunan terus menerus akibat dari adanya perubahan
fungsi guna lahan. Luas lahan non pertanian seluas 163,593.94
ha atau 53 dari luas wilayah. Lahan non pertanian ini pada umumnya digunakan untuk wilayah
permukiman, fasilitas sosial, industri, perkantoran, perdagangan dan lain-lain yang berkembang secara linier mengikuti jaringan jalan yang ada, sehingga
berpotensi dalam menambah laju tingkat perkembangan wilayah Bogor.
Sumber: 1. Dinas Pengawasan Bangunan dan Permukiman kota Bogor, 2009
2. Dinas Pertanian dan Kehutanan kabupaten Bogor, 2009
Gambar 4. Luasan penggunaan lahan wilayah Bogor
b. Pertanian
Dalam ketersediaan pangan, khususnya aspek produksi on farm, wilayah Bogor melaksanakan program intensifikasi pertanian pada tahun 2003 dengan cara
menetapkan sasaran areal tanaman pangan dan tanaman hortikultura. Intensifikasi tanaman pangan meliputi sub kegiatan perluasan areal tanam dan areal panen
melalui peningkatan indeks pertanaman dan peningkatan mutu intensifikasi serta pengendalian organisme pengganggu tanaman pada tanaman padi, palawija dan
hortikultura. Tabel 4. Luas lahan, produksi dan produktivitas tanaman padi, palawija, dan
hortikultura sayuran di wilayah Bogor
No Komoditi
Luas Panen ha
Produksi ton
Produktivitas kwha
1 Padi
89.537 504.089
56,30 2
Jagung 1.183
3.990 33,73
3 Ubi kayu
9.510 184.527
194,04 4
Ubi jalar 3.887
55.688 143,27
5 Kacang Tanah
1.829 2.330
12,74 6
Talas 181
1.231 68,00
7 Sayuran
5.416 59.559
109,97 Jumlah
111.543 811.415
72,74
Sumber: 1. Dinas Pertanian kota Bogor, 2009 2. Dinas Pertanian dan Kehutanan kabupaten Bogor, 2009
Tabel 4 memperlihatkan bahwa dari seluruh luasan lahan pertanian tanaman pangan dan sayuran pada tahun 2009 yang mencapai luasan panen
sebesar 111,543 ha, luas lahan panen padi mencapai 80,27 dengan produktivitas 56,30 kwha. Luas panen ubi kayu sebesar 8,53 dengan produktivitas paling
tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya yaitu 194,04 kwha. Produktivitas terbesar kedua setelah ubi kayu adalah tanaman ubi jalar yaitu
sebesar 143,27 kwha dengan luas panen 3,48. Kacang tanah dengan luas panen 1,64 memiliki produktivitas paling kecil yaitu 12,74 kwha. Jagung dan talas
merupakan tanaman pangan yang memiliki luas panen paling kecil pada tahun 2009 dengan luas panen masing-masing 1,06 dan 0,16. Komoditas
hortikultura terutama sayuran memiliki luas panen 4,86 yang terdiri dari wortel, bawang daun, ketimun, kacang panjang, cabe, tomat, terung, bayam, kangkung,
buncis, katuk, dan caysin. Kebutuhan konsumsi bahan pangan masyarakat wilayah Bogor dipenuhi
oleh hasil kegiatan on farm maupun off farm. Hal ini dapat dilihat pada gambar 5 yang menggambarkan pemenuhan kebutuhan konsumsi bahan pangan masyarakat
pada tahun 2009.
Sumber: 1. BPS kota Bogor, 2009 2. BPS kabupaten Bogor, 2009
Gambar 5. Pemenuhan kebutuhan konsumsi bahan pangan masyarakat wilayah Bogor tahun 2009
Kebutuhan bahan makanan masyarakat wilayah Bogor pada tahun 2009 cukup tinggi yaitu 2.590.450 ton, khusus padisereal sebesar 40,92, umbi-
umbian 13,96, kacang-kacangan 6,61, sayur-sayuran 16,56 dan buah buahan 14,45. Dari Gambar 5 terlihat bahwa ketersediaan pangan lokal produksi lokal
belum dapat memenuhi kebutuhan bahan makanan dari tanaman pangan, sayuran dan buah-buahan yaitu rata-rata masih di bawah 50 dari kebutuhan konsumsi
penduduk yang berjumlah 5.093.047 jiwa. Kekurangannya dipenuhi dengan mendatangkan dari luar daerah ataupun luar negeri impor yaitu sekitar 70,75.
Adapun persediaan pangan lokal produksi lokal berkisar antara 1,74 sampai dengan 70,73 dari kebutuhan konsumsi penduduk. Kekurangannya dipenuhi
dengan mendatangkan dari luar daerah atau pun luar negeri impor. Khususnya untuk pemenuhan kebutuhan beras, wilayah Bogor disuplai dari luar daerah
seperti Indramayu, Karawang dan Cianjur serta dari luar negeri seperti Cina, Vietnam dan Amerika Serikat.
Mengingat persediaan pangan lokal produksi lokal untuk kebutuhan konsumsi penduduk lebih kecil dibanding suplai dari luar. Untuk itu pemerintah
wilayah Bogor telah melaksanakan kegiatan pemantauan cadangan pangan, baik cadangan pangan milik pemerintah yang diperuntukkan bagi keluarga miskin
raskin maupun cadangan pangan milik masyarakat ditingkat petani dan pasar. Selain itu, di wilayah Bogor telah dilakukan peningkatan hasil produksi
padi di daerah sentra-sentra produksi padi, seperti kecamatan Cariu, Pamijahan, Cibungbulang, Jonggol dan Leuwiliang. Wilayah Bogor juga merupakan salah
satu daerah unggulan dalam produktivitas padi di propinsi Jawa Barat, dalam rangka memenuhi ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan strategis terutama
beras untuk mewujudkan ketahanan pangan di wilayah Bogor maupun propinsi Jawa Barat.
2. Karakteristik Responden