pada kelompok tanaman yang berumur semusim. Batasan ini di masa mendatang harus diperbaiki karena akan menyebabkan sumber karbohidrat menjadi terbatas.
Tanaman pangan sebaiknya memasukkan jenis tanaman lain yang dapat menjadi sumber karbohidrat tanpa dibatasi pada kelompok
tanaman semusim. Dengan
perbaikan batasan ini, tanaman umbian selain ubi kayu, ubi jalar dan talas dapat masuk ke dalam kelompok tanaman pangan misalnya garut, ganyong dan kimpul.
Demikian juga dengan buah yang merupakan sumber karbohidrat dapat masuk ke dalam tanaman pangan, misalnya sukun.
Kajian ini membahas resiko pertanian pada petani tanaman pangan unggul yang termasuk kelompok serealia padi dan jagung, legum pangan kacang tanah,
kedelai dan kacang hijau, umbi-umbian ubi kayu dan ubi jalar. Alasan pemilihan komoditas tersebut adalah peranannya sebagai sumber karbohidrat dan
sumber protein bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sehingga disebut sebagai tanaman pangan utama. Komoditas tanaman pangan memiliki peran
penting dalam ketahanan nasional, untuk mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan wilayah, penyerapan tenaga kerja, serta menjadi penarik bagi
pertumbuhan industri hulu dan pendorong pertumbuhan untuk industri hilir yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain itu komoditas tanaman pangan sangat dipengaruhi oleh resiko-resiko pertanian.
C. Persepsi, Resiko Pertanian dan Tipologi Resiko
Dalam Kamus Inggris-Indonesia, perception atau persepsi diartikan sebagai tanggapan, atau menanggapi sesuatu Echols dan Shadily, 1982. Persepsi
adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan Rakhmat,
1994. Menurut Walgito 1997 persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan yang merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus
oleh individu melalui alat reseptornya. Persepsi merupakan proses kognitif yang dialami setiap orang dalam
memahami informasi tentang ligkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Persepsi tersebut
merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi, bukan pencatatan yang benar terhadap situasi Thoha dalam Suthedja, dkk., 1982. Menurut Bernhardt dalam
Sarwono 1991 persepsi adalah pengetahuan mengenai sesuatu objek dalam kaitannya dengan usaha-usaha penyesuaian, sedangkan menurut Karn, persepsi
merupakan suatu kesadaran yang terpilih dan terorganisasi terhadap rangsangan yang muncul dari luar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, persepsi
adalah tanggapan yang mengandung makna yang terorganisasi tentang suatu rangsangan setelah melalui proses memahami, menafsirkan, menginterpretasikan,
dan memikirkan secara sadar. Munculnya persepsi masyarakat berkaitan dengan munculnya suatu
program, kegiatan ataupun masalah-masalah yang timbul di masyarakat maupun suatu kelompok masyarakat. Munculnya resiko-resiko pertanian dan cara-cara
mengatasinya, menimbulkan berbagai bentuk respon atau tanggapan berupa pernyataan, penilaian, komentar, argumentasi dari petani atau masyarakat yang
disebut persepsi. Kualitas persepsi yang muncul tergantung dari kemampuan petani menafsirkan, menginterpretasikan, dan memahami informasi resiko-resiko
pertanian yang diterima. Bentuk persepsi yang muncul dianggap sah, karena persepsi bukan pencatatan yang benar atas suatu rangsangan, tetapi hasil dari
menafsirkan, menginterpretasikan, dan kemampuan memahami melalui proses berpikir atas suatu rangsangan.
Kegiatan ekonomi pada usaha tani beresiko tinggi dan sangat tidak pasti. Kurangnya kapasitas untuk mengantisipasi resiko dan ketidakpastian telah
menyebabkan kerugian besar akibat rendahnya produksi Pasaribu et al., 2010. Menurut Bodie dan Merton 1998 resiko adalah ketidakpastian yang
mempengaruhi kesejahteraan individu, dan sering dikaitkan dengan kesulitan dan kerugian. Resiko adalah ketidakpastian yang penting, dan mungkin melibatkan
probabilitas kehilangan uang, bahaya yang mungkin terjadi terhadap kesehatan manusia, dampak yang mempengaruhi sumber daya dan jenis lain dari peristiwa
yang berpengaruh terhadap kesejahteraan seseorang Harwood et al. 1999. Lee et al. 1980 mengklasifikasikan ketidak pastian di bidang pertanian
menjadi enam tipe yaitu: 1 ketidakpastian produksi yang penyebabnya terkait dengan faktor alam kekeringan akibat kemarau yang berkepanjangan, serangan
hamapenyakit; 2 resiko bencana yang sulit diprediksi misalnya kebanjiran, kebakaran, tanah longsor, letusan gunung berapi, dan sebagainya; 3
ketidakpastian harga masukan maupun keluaran, 4 ketidak pastian yang terkait dengan ketidak-tepatan teknologi sehingga produktivitas jauh lebih rendah dari
harapan; 5 ketidakpastian akibat tindakan pihak lain sabotase, penjarahan, ataupun adanya peraturan baru yang menyebabkan usahatani tak dapat
dilanjutkan; dan 6 ketidakpastian yang sifatnya personal, misalnya petanianggota keluarganya sakit atau meninggal dunia. Resiko yang terkait tipe
1 dan 2 kadangkala bersifat katastropik dan dapat menyebabkan gagal panen dalam skala yang luas.
Menurut Iturrioz 2009 produksi pertanian menghadapi berbagai resiko. Namun, dua resiko utama yang menjadi perhatian, adalah resiko harga pertanian
yang disebabkan oleh volatilitas potensial dari harga dan resiko produksi yang disebabkan oleh ketidakpastian tentang tingkat produksi yang dapat dicapai
produsen primer dari kegiatan mereka saat ini. Kemungkinan besar akan terjadi peningkatan resiko di masa depan pada resiko harga akibat liberalisasi
perdagangan dan resiko produksi yang disebabkan oleh efek dari perubahan iklim. Hardaker et al 1997 membagi resiko di perusahaan-perusahaan pertanian
sebagai resiko bisnis dan resiko keuangan. Manajemen resiko berarti mengidentifikasi resiko dan berbagai pilihan, kemudian mengevaluasi, memilih
dan menerapkan tindakan. Manajemen resiko bisnis berarti mengetahui bisnis, dan melakukannya dengan cara yang terampil. Yang termasuk resiko bisnis adalah
resiko produksi; resiko harga atau pasar, resiko kelembagaan; dan resiko manusia atau pribadi.
1. Resiko produksi terlihat dari ketidakpastian proses perkembangan alami
tanaman pangan dan peternakan. Resiko produksi timbul dari ketidakpastian tentang cuaca termasuk kekeringan, beku, curah hujan yang berlebihan pada
saat panen, hama, penyakit, dan banyak faktor-faktor tak terduga lainnya yang mempengaruhi jumlah dan kualitas produksi.
2. Resiko harga atau pemasaran terjadi karena ketidakpastian harga yang
diterima setiap menghasilkan produk pertanian atau harga yang harus dibayar petani untuk mendapatkan input. Sumber resiko pemasaran meliputi: resiko
harga akibat kenaikan pasokan, atau permintaan berubah; hilangnya akses pasar karena relokasi atau penutupan pabrik pengolahan; dan kehilangan
tenaga pemasaran karena ukurannya yang kecil. 3.
Resiko institusional atau kelembagaan timbul karena ketidakpastian kebijakan pemerintah. Perubahan dalam aturan, hukum pajak, peraturan yang
berhubungan dengan penggunaan bahan kimia, peraturan-peraturan tentang limbah peternakan, dan tingkat harga atau dukungan pendapatan merupakan
contoh-contoh dari keputusan pemerintah yang dapat memberikan dampak yang besar terhadap usaha pertanian.
4. Resiko sumberdaya manusia mencakup beberapa kemungkinan seperti
masalah pada kesehatan manusia atau hubungan pribadi yang dapat memberi pengaruh kepada usaha pertanian. Kecelakaan, sakit, kematian dan cerai juga
merupakan contoh-contoh dari krisis personal yang dapat mengancam usaha pertanian.
Resiko finansial atau keuangan, berbeda dengan resiko bisnis. Resiko keuangan lebih menekankan pada masalah modal, penggunaan dana pinjaman,
asuransi, dan kewajiban.
D. Analisis SWOT dan QSPM