Analisis QSPM Alternatif Strategi

Quantitative Strategic Planning Matrix QSPM berdasarkan pengembangan David 2006. Faktor strategik internal dan eksternal diformulasikan dengan menentukan tingkat pengaruh setiap strategi yang ada dari hasil SWOT kemudian dikalikan dengan bobot masing-masing faktor. Berdasarkan hasil perhitungan matriks QSP sebagaimana terlampir dalam Lampiran 7, diperoleh urutan strategi penanganan resiko-resiko pertanian untuk peningkatan pembangunan pertanian. Penilaian daya tarik strategis menunjukkan bahwa strategi paling menarik untuk diterapkan adalah strategi meningkatkan konsistensi pemerintah dalam kebijakan pertanian. Gambar 12. Urutan strategi prioritas berdasarkan QSPM Berdasarkan hasil QSPM maka urutan strategi prioritas adalah sebagai berikut : a Meningkatkan konsistensi pemerintah dalam kebijakan pertanian. b Penguatan pengembangan agribisnis. c Mendorong investasi di sektor agribisnis tanaman pangan. d Intensifikasi dan diversifikasi tanaman pangan. e Pembinaan terpadu dan meningkatkan kemitraan. f Melindungi hak pelaku agribisnis melalui legislasi dan regulasi.

2. Implikasi hasil kajian

Implikasi hasil kajian perlu diterapkan dan dilaksanakan agar upaya menangani resiko pertanian tanaman pangan di wilayah Bogor dapat tercapai. Manajemen resiko pertanian melibatkan semua orang, baik petani, stakeholder, akademisi, kalangan pemerintah, pengusaha dan masyarakat pada umumnya. Implikasi yang harus dilakukan oleh pelaku-pelaku di sektor pertanian dalam penanganan yang tepat terhadap resiko pertanian untuk mencapai tujuan dari pembangungan pertanian. Implikasi dari hasil kajian yang telah dihasilkan, harus diwujudkan dalam berbagai aspek, yaitu : a. Aspek teknik ekonomi Implikasi penerapan strategi pengendalian resiko pertanian dalam aspek teknis ekonomi di tingkat petani adalah petani harus mampu bekerjasama dalam bentuk wadah kelembagaan petani yang nantinya akan mengembangkan kerjasama dengan pihak pemerintah lewat ekstensi dan pihak swasta lewat kemitraan usaha atau contract farming. Lewat kelembagaan ini, petani harus bisa memanfaatkan hasil riset dan pengembangan teknologi di sektor pertanian untuk peningkatan produksi usahatani maupun untuk peningkatan pendapatan rumah tangga petani. Di tingkat pemerintah, harus dimulainya langkah untuk melakukan Good Governance Practices. Hal ini tidak lain untuk menghindari tumpang tindih kebijakan yang tidak saling mendukung dan menciptakan koordinasi yang terarah antara departemen dalam pemerintahan. Untuk melindungi kepentingan dan hak-hak pelaku agribisnis, pemerintah dituntut untuk mengeluarkan kebijakan yang melindungi dan menjamin hak-hak tersebut melalui legislasi dan regulasi. b. Aspek sosial Dengan adanya pembinaan terpadu dan pengembangan kemitraan untuk penguatan kelembagaan petani, maka diharapkan akan tercipta kegiatan agroindustri yang mendukung pengembangan agribisnis tanaman pangan. Hal ini bukan hanya akan berdampak pada peningkatan pendapatan petani namun juga akan meningkatakan serapan tenaga kerja dari on farm maupun off farm yang menggunakan bahan baku dari produk pertanian tersebut. c. Aspek lingkungan Analisis lingkungan merupakan salah satu strategi intensif yang harus dilakukan agar pelaku-pelaku di sektor pertanian mampu menilai pada posisi mana kondisi pertanian saat ini. Perubahan-perubahan lingkungan perlu diantisipasi karena sering kali terjadi perubahan yang tidak terduga dan dapat menyebabkan kondisi pertanian berada dalam posisi yang semakin lemah dan kesulitan. Eksistensi pertanian itu sendiri juga harus ditunjukkan dengan kinerja pelaku-pelaku di sektor pertanian untuk saling meningkatkan kinerja, meningkatkan koordinasi dan saling mendukung sehingga tercipta kerjasama yang maksimal dalam menghadapi resiko-resiko pertanian yang ada.