Faktor kondisi Aspek Pertumbuhan dan Reproduksi 1. Hubungan panjang-berat

32 apabila mendekati 1 atau -1, maka terdapat hubungan yang linear antara kedua variabel. Gambar 10. Hubungan panjang-berat ikan banban Engraulis grayi di setiap bulan pengamatan

4.3.2. Faktor kondisi

Faktor kondisi dapat menunjukan keadaan ikan baik dilihat dari segi kapasitas fisik untuk bertahan hidup dan reproduksi. Nilai rata-rata faktor kondisi ikan banban berdasarkan selang kelas berada pada kisaran 0,2971 – 0,6014. Faktor kondisi terbesar terdapat pada selang kelas 118 – 126 mm sebesar 1,9135, pernyataan ini dapat diduga bahwa pada selang kelas tersebut ikan-ikan mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam mempertahankan hidupnya dan memanfaatkan 33 makanan di sekitarnya. Sedangkan yang terkecil terdapat pada selang kelas antara 100 – 108 mm sebesar 0,0402. Rendahnya nilai faktor kondisi di selang kelas tersebut dapat disebabkan karena ikan-ikan yang masih muda belum mempunyai kemampuan hidup yang baik di tempat hidupnya dan dapat diduga pula karena kalah bersaing mendapatkan makanan dengan ikan yang lebih tua Gambar 11. Gambar 11. Faktor kondisi ikan banban Engraulis grayi berdasarkan selang kelas panjang Pada selang kelas tertinggi yaitu selang kelas 199 – 207 mm, di mana pada selang kelas ini terdapat ikan-ikan yang tua dan besar, akan tetapi nilai faktor kondisinya mengalami penurunan, hal ini karena ikan-ikan pada kelompok ukuran tersebut diduga menggunakan energinya untuk proses pemijahan hingga usai. Fluktuasi nilai faktor kondisi ikan banban dipengaruhi oleh aktivitas ikan dalam kemampuannya beradaptasi terhadap kondisi lingkungan selama pematangan gonad dan pemijahan. Nilai faktor kondisi ikan banban dihitung berdasarkan bulan pengamatan dapat terlihat pada Gambar 12, terdapat nilai faktor kondisi yang beragam dari tiap bulannya berkisar antara 0,4138 – 0,6386 dengan rata-rata sebesar 0,4912. Nilai faktor kondisi tertinggi terdapat pada bulan November dengan nilai sebesar 0,6386 dan pada bulan Februari merupakan bulan dengan nilai faktor kondisi terkecil sebesar 0,4138. Sedangkan pada penelitian Sheima 2010, faktor kondisi ikan banban berkisar antara 0,9295-1,0490, dengan nilai faktor kondisi tertinggi terdapat 34 pada bulan Juli yaitu sebesar 1,0490 dan terendah pada bulan Agustus yaitu sebesar 0,9295. Perbedaan tersebut kemungkinan diduga karena pada bulan pengamatan Sheima 2010, merupakan musim timur atau musim kemarau, sehingga ikan banban mampu tumbuh dan melakukan perkembangan gonad dengan baik dengan adanya lingkungan yang baik pula. Menurut Effendie 1997, adanya variasi faktor kondisi bergantung pada kepadatan populasi, tingkat kematangan gonad, makanan, jenis kelamin, dan umur ikan. Gambar 12. Faktor kondisi ikan banban Engraulis grayi berdasarkan bulan pengamatan Nilai faktor kondisi ikan banban relatif menurun dari bulan November hingga Februari, kemudian mengalami kenaikan pada bulan Maret. Penurunan nilai faktor kondisi pada bulan November sampai bulan Februari diduga karena ikan-ikan enggan melakukan pemijahan pada bulan-bulan basah atau bulan-bula dimusim barat, serta sedikitnya asupan makanan dari lingkungan perairan tersebut. Untuk bulan Maret terjadi peningkatan nilai faktor kondisi, hal ini dapat dipengaruhi dengan seiring meningkatnya perkembangan tingkat kematangan gonad ikan banban dan dapat diketahui pula bahwa ikan-ikan pada bulan Maret kebanyakan ikan-ikan yang memiliki TKG III dan TKG IV. Pernyataan ini dibenarkan oleh Effendie 1997 dengan menyatakan bahwa peningkatan faktor kondisi diakibatkan oleh perkembangan gonad yang akan mencapai puncaknya sebelum memijah. 35

4.3.3. Tingkat kematangan gonad ikan banban Engraulis grayi