Sebaran frekuensi panjang Aspek pertumbuhan dan reproduksi 1. Hubungan panjang-berat

18 Pembuatan preparat histologis dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan.

3.3.2.3. Fekunditas dan diameter telur

Penentuan fekunditas dilakukan dengan cara campuran, cara ini dilakukan dengan mengambil gonad ikan betina yang memiliki tingkat kematangan gonad TKG IV sebanyak 10 contoh gonad secara acak pada setiap bulannya. Berat gonad contoh diambil 0,1 gram yakni dari bagian posterior, median dan anterior. Selanjutnya dienceran dengan 10 ml akuades dan dihitung fekunditas pada 1 ml contoh gonad dengan menggunakan kaca pembesar. Setelah penghitungan fekunditas dilanjutkan dengan pengukuran diameter telur dengan mikrometer okuler dan mikroskop binokuler pada perbesaran 40 kali. Diameter telur ikan yang diukur merupakan telur yang memiliki bentuk yang teratur dan diambil secara acak sebanyak 150 butir tiap gonadnya.

3.4. Analisis Data

3.4.1. Sebaran frekuensi panjang

Sebaran frekuensi panjang ikan dtentukan berdasarkan data panjang total ikan banban yang tertangkap di perairan Cirebon dan didaratkan di PPI Gebang Mekar. Tahap untuk menganalisis data frekuensi panjang ikan yaitu : a. Menentukan jumlah selang kelas yang diperlukan b. Menentukan lebar selang kelas c. Menentukan kelas frekuensi dan memasukkan frekuensi masing-masing kelas dengan memasukkan panjang dan masing-masing ikan contoh pada selang kelas yang telah ditentukan. 19 3.4.2. Aspek pertumbuhan dan reproduksi 3.4.2.1. Hubungan panjang-berat Analisis panjang dan berat bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan di alam. Untuk mencari hubungan antara panjang total ikan dengan beratnya digunakan persamaan eksponensial sebagai berikut Effendie 1997 : W = aL b Keterangan : W : berat total ikan gr L : panjang total ikan mm a dan b : konstanta hasil regresi Nilai – nilai konstanta a, b diperoleh dengan membuat linier persamaan di atas : log W = log a + b log L Hubungan panjang dan berat dapat dilihat dari nilai konstanta b, yaitu bila b = 3, hubungan yang terbentuk adalah isometrik pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan berat. Bila n ≠ 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik, jika b 3 maka hubungannya bersifat allometrik positif pertambahan berat lebih dominan dari pertambahan panjangnya, sedangkan bila b 3 maka hubungan yang terbentuk bersifat allometrik negatif pertambahan panjang lebih dominan dari pertambahan beratnya.

3.4.2.2. Faktor kondisi

Faktor kondisi dihitung berdasarkan panjang dan berat ikan contoh dengan rumus sebagai berikut Effendie 1979 : Jika nilai b = 3 maka rumus yang digunakan adalah : W L K 3 5 10  Dan jika b ≠ 3 maka digunakan rumus : b aL W K  20 Keterangan : K : Faktor kondisi W : Berat ikan contoh gram L : Panjang ikan contoh cm a dan b : Konstanta

3.4.2.3. Tingkat kematangan gonad TKG

Tingkat kematangan gonad ditentukan dengan menggunakan standar kematangan gonad secara morfologi dari Engraulis encrasicolus L. 1758 menurut Bellido et al. 2000, sedangkan secara histologi berdasarkan anatomi gonad secara mikroskopik menurut Angka 1990 in Nasution 2004. Penentuan Tingkat kematangan gonad TKG dilakukan terhadap semua ikan contoh yang diambil. Sementara penentuan secara histologi diambil pada gonad ikan yang masih segar dengan gonad TKG I hingga TKG IV. Untuk menduga ukuran pertama kali ikan matang gonad berdasarkan selang kelas dimana terdapat ikan yang memiliki tingkat kematangan gonad yang matang yakni gonad TKG IV dengan menggunakan rumus Spearman Karber : ; Ragam = ; Keterangan: X = selisih log nilai tengah kelas Xi = log nilai tengah kelas panjang Pi = Nb Ni Nb = jumlah ikan matang gonad pada kelas ke-i Ni = jumlah ikan pada kelas ke-i Qi = 1 – Pi

3.4.2.4. Indeks kematangan gonad IKG

Indeks kematangan gonad diukur dengan menggunakan rumus Yustina and Arnentis 2002: 100 :   Bt Bg IKG Keterangan : IKG : Indeks Kematangan Gonad Bg : Berat gonad gram Bt : Berat tubuh gram 21

3.4.2.5. Fekunditas

Fekunditas ditentukan dengan metode gabungan, yaitu dengan menggunakan rumus Effendie 1979 : F = Q f V G   Keterangan : F : fekunditas total butir F : fekunditas dari subgonad butir G : berat gonad total gram Q : berat subgonad V : volume pengenceran Selanjutnya Effendie 1997 menyatakan hubungan fekunditas dengan panjang dan bobot melalui persamaan berikut : Hubungan Fekunditas dengan Panjang total : F = a L b atau log F = log a + b log L Hubungan Fekunditas dengan Bobot tubuh : F = a + Bw Keterangan : F : fekunditas butir L : panjang total ikan mm W : berat tubuh ikan gram a dan b : konstanta hasil regresi

3.4.2. Mortalitas dan laju eksploitasi